SELAMAT DATANG DI BLOG KOLEKSI TAUJIH
Semoga Bermanfaat
Jumat, 17 Februari 2012
Taujih untuk Aktivis Harokah
Abdullah Nashih ‘Ulwan
Kesatu : Keimanan Aktivis Dakwah
A.Ajal adalah mutlak di tangan Allah
Aktivis dakwah akan mempunyai jiwa kesabaran, keberanian dan semangat yang tinggi dan terbebas dari rasa cemas, takut dan khawatir “..Maka apabila telah datangnya waktunya, mereka tidak bisa meminta ditunda sesaatpun dan tidak pula dimajukan.” (QS Al A’raaf : 34)
B.Rezeki berada di tangan Allah
Seorang aktivis dakwah adalah insan yang senantiasa komit terhadap firman Allah SWT : “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya, Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS Al Israa : 30). Aktivis dakwah akan memiliki sifat kedewasaan, kasih sayang dan itsaar yang tinggi. Ia akan terbebas dari perbudakan nafsu dunia, egoistis, kerakusan dan bakhil serta bahagia dengan hidup yang qonaah.
C.Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar
Aktivis dakwah akan selalu bermuraqabatullah, tawadhu dan istiqomah (QS Al Anam : 59)
Kedua : Keikhlasan Aktivis Dakwah
Ikhlas merupakan kekuatan iman, pengendali jiwa yang menyingkirkan kepentingan pribadi dan menjauhkan keinginan-keinginan materi/duniawi. Sehingga tujuan amaliyahnya semata-mata hanya kepada mardhotillah karena sebesar apapun amaliyahnya kalau tidak dengan hati yang ikhlas akan sia-sia saja amalnya. Aktivis dakwah harus mampu mengendalikan diri dan menundukkan tipu daya yang menyesatkan. Firman Allah SWT dalam surah Al Bayyinah : 5
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
Hadits Rasulullah : Sesungguhnya Allah tidak menerima amal melainkan amal yang ikhlas dan tertuju kepada ridha Allah SWT (HR Abu Dawud).
Indikasi Ikhlas
1.Amal yang dikerjakan sesuai dengan syariat.
2.hanya mengharap ridha Allah SWT.
3.Tidak kecewa pada hasil/balasan yang tidak sesuai dengan keinginan
Kiat Menggapai Ikhlas
1.Niatkan amalan hanya kepada Allah SWT.
2.Setiap amalan harus disesuaikan dengan syariat.
3.Bermuhasabah atas segala aktivitas.
4.Memperhatikan apa yang diperbuat sudah sesuai dengan apa yang diucapkan
5.Meningkatkan kewaspadaan terhadap nafsu yang menyesatkan (ammaratun bi suu’)
Ketiga : Keberanian Aktivis Dakwah
Banyak dicontohkan oleh para sahabat, tabiin dan ulama salaf dimana mereka berani mengkritik pemerintahan yang korup dan materialistis. Dalam menyerukan kebenaran diperlukan keberanian karena begitupun telah diutus para Rasul untuk menyerukan kebenaran di tengah kaum yang jahil dan ingkar kepada Allah. Keberanian tidak sama dengan kekerasan, oleh karena itu dalam menyampaikan dakwah harus dengan kata-kata yang lemah lembut.
Keempat : Kesabaran Aktivis Dakwah
Seorang aktivis dakwah harus mempunyai kesabaran dan kesiapan dalam menghadapi kendala-kendala antara lain :
Siap menghadapi tuduhan bohong
Siap berhadapan dengan penjara, pencekalan dan penyiksaan
Siap menghadapi resiko pemecatan jabatan dan pemutusan kerja
Siap diisolir lingkungan bahkan diusir
Siap menghadapi tipu daya dan bujukan kedudukan, jabatan, harta, status dan wanita cantik
Siap mengorbankan nyawanya untuk menegakkan dien Islam
Kelima : Optimisme Aktivis Dakwah
Optimisme merupakan suatu kekuatan jiwa seseorang untuk menyongsong masa depan dengan semangat dan penuh keyakinan.
1.Al Quran melarang berputus asa
a.Putus asa adalah sikap orang kafir (QS Yusuf : 87)
b.Putus asa adalah sikap orang sesat (QS Al Hijr : 55 – 56)
c.Putus asa adalah sikap orang yang tercela (QS Ar Ruum : 36)
2.Optimistis dan realitas sejarah
3.Kabar kejayaan umat dari Rasulullah
Bahaya Waktu Luang
Di samping pengangguran telah lahir ribuan hal-hal buruk dan mengajak kepada kemusnahan dan kebinasaan. Kalau bekerja itu adalah misinya orang-orang hidup, maka orang-orang yang menganggur itu adalah orang-orang mati. Kalau dunia kita sekarang ini merupakan waktu bekerja menanam untuk kehidupan mendatang, maka mereka yang tidak bekerja itu lebih patut disebut sebagai manusia yang pailit. Tidak ada panenan yang akan mereka tuai kecuali kebinasaan dan kerugian.
Nabi SAW telah memperingatkan terhadap kelalaian banyak orang dari nikmat sehat dan nikmat waktu yang telah diberikan kepada mereka: "Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu; sehat dan waktu luang." (HR.Bukhari)
Berapa banyak orang yang mendapat kesehatan jasmani dan mempunyai banyak waktu luang terombang-ambing dalam hidup tanpa cita-cita yang akan ditujunya. Atau tanpa pekerjaan yang menyibukkannya. Atau tanpa misi yang akan dikerjakannya. Ataupun mengkhususkan umurnya buat kesuksesannya.
Allah SWT telah berfirman: "Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah; Raja Yang Sebenarnya… ". (QS. 23:115-116)
Sesungguhnya kehidupan itu diciptakan dengan haq, demikian juga dengan bumi, langit dan yang ada di antara keduanya. Dan manusia di alam ini wajib mengenal yang haq itu dan hendaknya hidup menurut ketentuannya. Sedangkan kalau ia masuk ke dalam kungkungan nafsu syahwatnya yang sempit serta bersembunyi dalam batas-batasnya lupa akan segala sesuatu, itulah seburuk-buruk tempat yang ia pilih untuk masa kini dan masa depannya.
Alangkah tepatnya ungkapan yang dikatakan oleh Imam Syafi'ie di dalam asas-asas pendidikan:
"Jika anda tidak menyibukkan diri anda dengan kebenaran, maka ia akan menyibukkan anda dengan kebatilan."
Yang paling utama untuk memelihara kehidupan manusia adalah dengan menyusun rencana (planning) yang akan mengisi seluruh waktunya, dan tidak memberi kesempatan kepada setan untuk dapat menembusnya dengan bisikan-bisikan yang menyesatkan.
Maka akan termasuk kewajiban para pendidiklah untuk selalu memberi peringatan akan bahaya waktu luang itu, dan membentengi jiwa dari kejahatannya. Jalan yang paling dapat diandalkan dalam keadaan ini adalah dengan meletakkan strategi yang pasti untuk pertumbuhan yang kontinyu dan pembinaan yang rutin.
Mengisi waktu dengan kewajiban-kewajiban dan beralih dari satu pekerjaan kepada pekerjaan lain walau dari pekerjaan berat ke pekerjaan ringan; hanya inilah jalan untuk melindungi kita dari penyakit-penyakit pengangguran dan noda-noda waktu luang.
Masyarakat akan mampu membebaskan diri dari banyak sumber kerusakan kalau dapat menguasai waktu-waktu luang. Yaitu dengan menciptakan satu kerja keras yang mengerahkan segenap potensi yang ada serta mengarahkannya ke arah yang memberi manfaat dalam penghidupan dunia dan akhirat. Maka tidak tertinggal lagi celah bagi seseorang untuk merasa sesudahnya bahwa tidak ada pekerjaan untuknya.
Pengangguran orang-orang kaya adalah jalan pintas menuju perbuatan yang fasik. Sedangkan pengangguran orang-orang miskin adalah pengabaian terhadap kemampuan manusia yang besar dan kemualan yang memalukan terhadap kemampuan yang ditanamkan Allah dalam otot-otot, urat-urat syaraf dan hati, yang kalau disingsingkan akan mampu merubah wajah dunia.
Berapa banyak orang yang mendapat kesehatan jasmani dan mempunyai banyak waktu luang terombang-ambing dalam hidup tanpa cita-cita yang akan ditujunya. Atau tanpa pekerjaan yang menyibukkannya. Atau tanpa misi yang akan dikerjakannya. Ataupun mengkhususkan umurnya buat kesuksesannya.
Allah SWT telah berfirman: "Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah; Raja Yang Sebenarnya… ". (QS. 23:115-116)
Sesungguhnya kehidupan itu diciptakan dengan haq, demikian juga dengan bumi, langit dan yang ada di antara keduanya. Dan manusia di alam ini wajib mengenal yang haq itu dan hendaknya hidup menurut ketentuannya. Sedangkan kalau ia masuk ke dalam kungkungan nafsu syahwatnya yang sempit serta bersembunyi dalam batas-batasnya lupa akan segala sesuatu, itulah seburuk-buruk tempat yang ia pilih untuk masa kini dan masa depannya.
Alangkah tepatnya ungkapan yang dikatakan oleh Imam Syafi'ie di dalam asas-asas pendidikan:
"Jika anda tidak menyibukkan diri anda dengan kebenaran, maka ia akan menyibukkan anda dengan kebatilan."
Yang paling utama untuk memelihara kehidupan manusia adalah dengan menyusun rencana (planning) yang akan mengisi seluruh waktunya, dan tidak memberi kesempatan kepada setan untuk dapat menembusnya dengan bisikan-bisikan yang menyesatkan.
Maka akan termasuk kewajiban para pendidiklah untuk selalu memberi peringatan akan bahaya waktu luang itu, dan membentengi jiwa dari kejahatannya. Jalan yang paling dapat diandalkan dalam keadaan ini adalah dengan meletakkan strategi yang pasti untuk pertumbuhan yang kontinyu dan pembinaan yang rutin.
Mengisi waktu dengan kewajiban-kewajiban dan beralih dari satu pekerjaan kepada pekerjaan lain walau dari pekerjaan berat ke pekerjaan ringan; hanya inilah jalan untuk melindungi kita dari penyakit-penyakit pengangguran dan noda-noda waktu luang.
Masyarakat akan mampu membebaskan diri dari banyak sumber kerusakan kalau dapat menguasai waktu-waktu luang. Yaitu dengan menciptakan satu kerja keras yang mengerahkan segenap potensi yang ada serta mengarahkannya ke arah yang memberi manfaat dalam penghidupan dunia dan akhirat. Maka tidak tertinggal lagi celah bagi seseorang untuk merasa sesudahnya bahwa tidak ada pekerjaan untuknya.
Pengangguran orang-orang kaya adalah jalan pintas menuju perbuatan yang fasik. Sedangkan pengangguran orang-orang miskin adalah pengabaian terhadap kemampuan manusia yang besar dan kemualan yang memalukan terhadap kemampuan yang ditanamkan Allah dalam otot-otot, urat-urat syaraf dan hati, yang kalau disingsingkan akan mampu merubah wajah dunia.
Abu Ibrahim Abdussalaam
(Disarikan dari buku Jaddid Hayatak -“PERBAHARUI HIDUPMU”- Muhammad Al Ghazali)
Dekat Allah, Kunci Segalanya
“Seseorang boleh saja berkata, “Saya telah menemukan kebahagiaan sejati setelah bergelimang dengan harta kekayaan yang saya miliki. Saya sudah puas dengan hasil keringat saya.” Atau seorang pejabat bergaji tinggi bisa saja bertutur bahwa dengan posisinya yang ‘basah’ ia akan berkesempatan merasakan kenikmatan hidup. Atau mungkin saja seorang bintang film bercerita bahwa ia merasakan kedamaian dalam hidup setelah duit tak pernah berhenti mengalir ke sakunya.
Tetapi tidak mungkinkah di balik pernyataan itu ada terselubung perasaan cemas, khawatir dan gelisah, ibarat awan hitam yang menutupi wajah rembulan?
Kegelisahan, kecemasan, ketidakteteraman, adalah ‘pekerjaan harian’ bagi manusia, kecuali mereka yang telah menemukan jalan yang benar. Rasa cemas itu bisa menyangkut urusan yang kecil-kecil maupun yang besar-besar. Bahkan banyak orang yang sekadar menginginkan seorang gadis lalu tidak kesampaian, bisa memilih bunuh diri saking stresnya. Tidak sedikit pula yang mengamuk hanya karena persoalan uang seribu rupiah.
Bagi yang telah mengenal hakikat hidup, hal-hal remeh seperti itu tidak perlu membuatnya hilang akal. Allah swt jauh-jauh sebelumnya telah menurunkan obat penawar kegelisahan dan kecemasan ini dengan agama. Melalui agama (Islam) ini, Allah memperkenalkan diri-Nya bahwa Dialah yang Maha Kuasa, Maha Sempurna dan Maha Ahad. Pengetahuannya meliputi segala yang telah lalu, kini dan esok. Penglihatan-Nya jauh di atas menembus ruang dan waktu. Melalui pendekatan kepada kekuasaan-Nya ini sebenarnya sudah bermakna obat. Dijamin manusia tidak akan gelisah selamanya.
Islam memperkenalkan cara pandang yang jauh lebih luas tentang kehidupan. Bahwa hidup ini bukan sekadar pulang-balik dari rumah ke tempat kerja, sampai rumah lalu tidur, besok berangkat lagi, kawin, punya anak. Hidup ini indah dan penuh dimensi, yang terdiri dari beberapa babak. Babak akhir nanti bergantung pada kesuksesan menapaki hidup pada babak sekarang ini. Konsep seperti ini akan menuntut seseorang untuk mengontrol dirinya secara mandiri, dan membimbing untuk tidak segera putus asa menghadapi persoalan.
Terapi Shalat
Terapi Shalat
Kaum muslimin tidak perlu ikut-ikutan orang lain untuk mencari ketenangan hidup dengan melakukan meditasi segala macam. Seperti diketahui, belakangan ini bermunculan kelompok meditasi di berbagai kota. Malah dua di antaranya, yang mengaku berasal dari India dan kini membuka cabang di Jakarta, mengklaim telah memiliki lebih 8.000 cabang di 58 negara. Tujuan organisasi ini tidak lain adalah untuk menjaring para eksekutif yang kini makin banyak ditimpa penyakit modern: stres dan gelisah.
Sungguh sangat disayangkan kalau ada kaum muslimin yang tertarik pada tatacara pengobatan yang seperti ini. Sebab secara syar’i bukan saja telah terjadi pelanggaran, karena bercampurnya lelaki dan perempuan dalam satu ruangan tanpa aturan yang jelas, tetapi juga ada sebuah gambar ka’bah dan dua kaligrafi bertuliskan Allah dan Muhammad yang dihimpit dua simbol agama lain.
Sebenarnya shalat jauh menawarkan terapi yang lebih efektif dan ampuh untuk penyakit-penyakit gelisah seperti itu. Tentunya apabila shalat yang ada ditegakkan dengan cara yang baik dan khusyu’. Sayangnya yang kita lakukan selama ini shalat bukan hanya dianggap sebagai suatu kewajiban, tapi terkadang sebagai beban. Padahal teori pengobatan berkata, apabila kita yakin, maka sebagian dari penyakit itu telah disembuhkan.
Shalat bahkan bukan hanya akan memberikan kesembuhan terhadap beben-beban ruhani akibat lelahnya menghadapi pertarungan hidup, tapi juga akan memberikan kemenangan, di dunia dan di akhirat. Orang yang shalatnya benar, tidak malah gelisah setelah shalat, akan tetapi ada perasaan lega dan tenteram karena baru saja bertemu dengan Allah, Penguasa Segala Sesuatu. Bertemu kepada Dzat yang menciptakan segala sesuatu di alam ini, termasuk jalan yang terbaik untuk hamba-Nya. Orang yang ketika menghadapi Tuhan mempunyai perasaan penghambaan seperti ini akan enteng hidupnya. Shalat akan dijadikan sebagai media untuk memohon bimbingan dan petunjuk agar tidak keliru dalam meniti kehidupan. Hidup ini dipasrahkan kepada-Nya, tawakkal.
Meraih Cinta-Nya
Meraih Cinta-Nya
Untuk mendapatkan cinta tentu memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Begitu juga untuk dapat meraih cinta dari Allah swt, kita dituntut berkorban. In tanshurullaha yanshurkum, kata Allah, apabila kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu. Menolong, bila yang melakukan adalah Allah, maka dapat diartikan dengan selesainya segala urusan yang ditolong. Ini adalah kunci kehidupan itu sendiri.
Manusia yang meyakini Islam sebagai jalan hidup satu-satunya berarti sudah memilih tauhid yang benar. Berarti ia akan cenderung mengenal Allah lebih dekat, sehingga menimbulkan perasaan cinta kepada-Nya. Kalau sudah tumbuh cinta maka ia akan memandang Allah sebagai Sumber segala hidup, Sumber kesempurnaan, Sumber segala rahmat, serta percaya bahwa Dia dekat dengannya setiap saat. Temali batinpun akan berbicara, ke mana pun juga pergi akan ada ‘benang’ kontrol yang menghubungkan dengan Dia. Keyakinan dan kesadaran seperti ini selain memberikan nuansa yang indah juga plus menciptakan kekuatan baru untuk melangkah menapaki hidup. Mungkin pertanyaan yang menggelitik akan muncul, menggoda pikiran kita, “Bagaimana sesungguhnya kita dapat berhubungan akrab dengan Tuhan dan sejauh mana kita mengetahui bahwa kita telah dekat kepada-Nya?”
Allah swt berfirman, “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Makin kuat keyakinan dan kesadaran kita akan dekatnya Allah maka makin tenteram pula hati ini dan makin besar kebahagiaan yang dicapai. Oleh karena itu dalam al-Qur’an disebutkan, alaa bidzikrillahi tathmainnul-quluub, ingatlah sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
Dzikir yang dilakukan terus-menerus akan membuat ruhani menjadi kuat, pribadi manusia akan memperolah kekuatan transenden yang luar biasa. Sebagai dampaknya hati akan selalu bahagia, tenteram dan memperoleh kedamaian abadi.
Kunci Segalanya
Kekuatan apa lagi yang akan bisa menyaingi jika manusia telah menemukan Tuhannya? Kekuatan ini dapat menyingkirkan ila-ilah yang bertengger dalam pikiran manusia, dalam jiwanya. Tidak hanya itu, semua kekuatan, harta kekayaan, pangkat dan status, serta semua urusan dunia tidak banyak artinya di kala Allah telah menyatu dalam jiwa.
Inilah kunci dari segalanya. Mereka yang sudah merapatkan dirinya pada sandaran Sang Maha Kuasa, akan menghadapi kehidupan dengan serba mudah. Kesulitan yang ada bahkan dianggapnya sebagai kesyukuran. Karena dengan kesulitan itu akan mengurangi beban dosa dan kesalahannya. Kesulitan dan kesusahan hidup bukan dianggap sebagai musibah yang dapat menyeretnya kepada kekufuran, tapi justru sebagai cubitan peringatan agar kontrol komunikasinya dengan Tuhan tetap berjalan, tetap seimbang.
Inilah bentuk kecintaan dari Yang Maha Hakiki kepada hamban-Nya. Demonstrasi kecintaan itu diwujudkan dalam berbagai tindakan-Nya yang terkesan menyengsarakan dan menyulitkan si hamba. Padahal itulah cara yang paling baik dan pas untuk manusia. Musibah dan penderitaan-penderitaan digelar-Nya, yang bagi kebanyakan manusia lebih mudah mengantar kepada kesadaran dan keinsyafan.
Sumber: Ikadi Jatim
Senin, 06 Februari 2012
Dia Bukan Temanku, Tapi Dia Saudaraku
Pertemanan adalah satu hubungan sosial yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia sehebat apapun dia, tak akan bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan rasa cinta, kasih sayang, dan bantuan dari orang di sekitar kita. Untuk membuat hidup ini jauh lebih indah, jauh lebih bermakna. Namun, sejauh mana kita mengartikan sebuah pertemanan? Apakah pertemanan itu hanya sekedar simbolik atau kita telah benar-benar memahami dan mengamalkan apa makna pertemanan yang sesungguhnya. Pertemanan adalah hal yang sedikit berbeda dengan persaudaraan. Pertemanan adalah hal yang cukup dan tidak mendetil. Cukup tahu nama, dan profil general .Selanjutnya terserah kita mau menyelami kepribadiannya atau tidak. Bukan merupakan kewajiban untuk kita mengenalnya, dan memahaminya lebih jauh.
Ada yang bilang, seorang teman itu akan datang ketika dia lagi butuh lalu meminta bantuan kita. Seorang saudari tidak. Seorang saudari itu memiliki kewajiban dan hak atas saudarinya. Perbedaan yang cukup jauh dapat disatukan atas nama persaudaraan. Persaudaraan yang dilandaskan atas cinta. Persaudaraan atas nama cinta karena ALLAH. Bahkan saudara atas nama nasab dapat dikalahkan dengan persaudaraan karena ALLAH. Karena betapa mulianya jika kita membangun sebuah persaudaraan atas nama kecintaan kita pada ALLAH SWT.
“Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az Zukhruf: 67)
Orang-orang yang saling mencintai karena ALLAH akan mendapat naungan di yaumul akhir nanti. Karena semasa hidupnya mereka menjaga cinta atas namaNYA tidaklah mudah, membutuhkan pengorbanan dan kesabaran.
Suatu ketika kita bertemu saudari saat pertama kali. Ada rasa yang menyusup di jiwa. Ada keteduhan di dalam wajahnya, ada senyum yang mengesankan, ada salam yang membangkitkan. Meski pertama kali melihat, pertama kali berjumpa. Namun semuanya terasa begitu dekat begitu akrab. Yah, itulah makna seorang saudari di jalan ini. Saudari yang rasanya sulit untuk dilepaskan. Sulit untuk mengatakan salam perpisahan. Dan berharap suatu hari bertemu dalam ikatan istimewa yang saling menguatkan.
Begitu pula keberadaan kita di jalan ini tak pernah lepas atas peran seorang saudari. Seorang saudari yang senantiasa mengulurkan bantuan. Tanpa perlu bertanya “Perlukah kau aku bantu”? Namun, seorang saudari yang selalu sigap memberikan bantuan tanpa bertanya terlebih dahulu. Seorang saudari yang tak kenal lelah mengingatkan saudarinya dalam kebenaran. Seorang saudari yang selalu memberikan senyuman terbaiknya untuk kita. Seorang saudari yang selalu meringankan beban saudarinya. Seorang saudari yang bisa menjadi penghibur di kala sedih, pembangkit di kala terpuruk, penyejuk di kala gersang. Begitu banyak kata yang sulit untuk melukiskan mu. Begitu hebat sosoknya diriku di mataku.
Menyadari bahwasanya perjuangan ini penuh dengan rintangan. Tak sedikit yang tidak menyukai kita. Tak sedikit dari mereka yang berusaha untuk meregangkan ikatan kita. Tak sedikit acara-acara yang kita buat sedikit peminatnya, tak sedikit dari mereka yang mencerca kita. Tak sedikit dari mereka yang mengadu-domba kita satu sama lain. Itu semua adalah bumbu. Bumbu untuk membuat perjuangan kita semakin terasa lezat. Semakin terasa nikmat. Tanpa adanya bumbu perjuangan akan terasa hambar. Mungkin apa yang kita alami saat ini belum ada apa-apanya dibanding dengan perjuangan yang dialami oleh tauladan kita, Rasulullah SAW dan para sahabat. Jadikanlah perjuangan mereka sebagai sumber semangat untuk kita berjuang.
Tak hanya gangguan dari luar, gangguan dari dalam pun kami dapati. Memahami karakter saudari perjuangan tidaklah mudah. Terkadang ego mengalahkan segalanya. Terkadang kita ingin selalu dimengerti oleh orang lain. Terkadang kita selalu menyalahkan kinerja saudari kita dalam sebuah acara, terkadang kita selalu mengharap diberi bukannya malah memberi. Terkadang kita tidak mau menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki saudari kita.
Padahal sebuah persaudaraan yang kita bangun, harus siap atas segalanya dari kita. Siap untuk memberikan hati, jiwa, raga dan harta kita untuk saudari kita. Saling memahami dalam diam. Saling menegur di kala yang lain menyimpang. Saling mengulurkan bantuan. Saling menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki yang lain. “Jangan paksakan sepatumu, dipakai oleh orang lain”. Niscaya tidak akan muat, begitulah persaudaraan .kita tidak bisa memaksa untuk merubah seorang saudari bertindak dan bersikap sesuai dengan keinginan kita. Yang dibutuhkan adalah sebuah pemahaman. Bukankah berbagai macam karakter mereka, membuat hidup kita lebih berwarna? Coba lihat sahabat rasul yang memiliki karakter dan kelebihannya masing-masing. Abu bakar yang lembut membenarkan. Begitu teguhnya dalam membenarkan segala ajaran yang dibawa Rasulullah. Sosok nya yang kecil, kurus, bahkan sarungnya sering mengulur kebawah. Umar yang begitu tegas dan jujur. Tegas dalam melawan segala bentuk kemungkaran yang terjadi saat zaman Rasulullah. Jujur pada ALLAH, jujur pada Rasulullah, jujur pada dirinya sendiri. Selalu berterus terang. Tak peduli orang lain mengatakan apapun tentangnya. Sosoknya yang begitu tinggi, besar, bahkan suatu hari saat Umar bersin untuk mengecek shaf shalat, empat makmumnya jatuh terjengkang. Utsman yang begitu pemalu. Sosok yang begitu tampan karena keturunan saudagar kaya dan Ali yang begitu sabar dalam menjalani hidup. Meski segalanya kurang namun tiada hentinya untuk bersyukur. Mereka pun memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perbedaan itulah yang membuat semuanya semakin beragam. Perbedaanlah yang membuat semuanya semakin berwarna. Perbedaan karakter itulah yang dibingkai dalam satu kata kemuliaan dalam Islam.
“Sulitnya mencari saudari di dunia?”Karena yang kau cari adalah saudari yang bisa memberi bukan untuk diberi”.
“Jagalah saudari mu, terimalah ia apa adanya. Karena persaudaraan bukan mencari kesempurnaan. Namun mencari pengorbanan atas nama cinta karena ALLAH SWT. Bimbinglah ia, jadikan ia sumber inspirasi untuk terus berlomba -lomba dalam kebaikan.
“Jagalah saudari mu, terimalah ia apa adanya. Karena persaudaraan bukan mencari kesempurnaan. Namun mencari pengorbanan atas nama cinta karena ALLAH SWT. Bimbinglah ia, jadikan ia sumber inspirasi untuk terus berlomba -lomba dalam kebaikan.
Karena dia bukan temanmu, namun dia saudarimu…
“Malam telah berlalu,
Namun aku tak bisa memejamkan mata…
Teringat wajah mereka para penghuni Syurga”(Salim A Fillah)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18345/dia-bukan-temanku-tapi-dia-saudariku/#ixzz1lcA6VfMD
Kamis, 02 Februari 2012
Taujih : Qiyamullail
Qiyamullail
Dari Jabir r.a., ia barkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya); dan itu setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Qiyamullail adalah sarana berkomunikasi seorang hamba dengan Rabbnya. Sang hamba merasa lezat di kala munajat dengan Penciptanya. Ia berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memuji Sang Pencipta. Dan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesuai dengan janjinya, akan mencintai hamba yang mendekat kepadanya. Kalau Allah swt. mencintai seorang hamba, maka Ia akan mempermudah semua aspek kehidupan hambaNya. Dan memberi berkah atas semua aktivitas sang hamba, baik aktivitas di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Sang hamba akan dekat dengan Rabbnya, diampuni dosanya, dihormati oleh sesama, dan menjadi penghuni surga yang disediakan untuknya.
Seorang muslim yang kontinu mengerjakan qiyamullail, pasti dicintai dan dekat dengan Allah swt. Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita, “Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR. Ahmad)
Jika Anda ingin mendapat kemuliaan di sisi Allah dan di mata manusia, amalkanlah qiyamullail secara kontinu. Dari Sahal bin Sa’ad r.a., ia berkata, “Malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi saw. lalu berkata, ‘Wahai Muhamad, hiduplah sebebas-bebasnya, akhirnya pun kamu akan mati. Berbuatlah semaumu, pasti akan dapat balasan. Cintailah orang yang engkau mau, pasti kamu akan berpisah. Kemuliaan orang mukmin dapat diraih dengan melakukan shalat malam, dan harga dirinya dapat ditemukan dengan tidak minta tolong orang lain.’”
Orang yang shalat kala orang lain lelap tertidur, diganjar dengan masuk surga. Kabar ini sampai kepada kita dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abdullah bin Salam dari Nabi saw., beliau bersabda, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, dan shalat malamlah pada waktu orang-orang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat.”
Seorang dai yang ingin berhasil dakwahnya, harus mennabur kasih sayang kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat digapai dengan wajah yang berseri-seri, mengucapkan salam, mengulurkan bantuan, silaturahim, dan pada malam hari memohon kepada Allah diawali dengan qiyamulail. Tapi sayang, yang melaksanakan qiyamulail secara kontinu sangat sedikit jumlahnya. Semoga kita termasuk kelompok yang sedikit ini dan berhak masuk surga tanpa dihisab. Rasululah saw. bersabda, “Seluruh manusia dikumpulkan di tanah lapang pada hari kiamat. Tiba-tiba ada panggilan dikumandangkan dimana orang yang meninggalkan tempat tidurnya, maka berdirilah mereka jumlahnya sangat sedikit, lalu masuk surga tanpa hisab. Baru kemudiaan seluruh manusia diperintah untuk diperiksa.”
Kiat Mudah Qiyamullail
Qiyamullail memerlukan kesungguhan dan kebulatan tekad. Jika ada tekad, akan sangat mudah merealisasikannya dengan izin Allah. Berikut ini kiat-kiat pendorong meninggalkan tempat tidur untuk bermunajat kepada Yang Maha Pengasih.
1. Programlah aktivitas Anda di hari yang malamnya Anda rencanakan untuk qiyamulail agar memungkinkan Anda tidak kelelahan. Sehingga tidak membuat Anda tidur terlalu lelap.
2. Pahamilah bahwa Anda punya kebutuhan jasmani, aqli, dan ruhani, serta Anda wajib memenuhinya dengan seimbang.
3. Hindari maksiat. Sebab menurut pengalaman Sufyan Ats-Tsauri, “Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan.”
4. Ketahuilah fadhilah (keutamaan) dan keistimewaan qiyamulail. Dengan begitu Anda termotivasi untuk melaksanakannya.
5. Tumbuhkan perasaan sangat ingin bermunajat dengan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
6. Makan malam jangan kekenyangan, berdoa untuk bisa bangun malam, dan jangan lupa pasang alarm sebelum tidur.
7. Baik juga jika Anda janjian dengan beberapa teman untuk saling membangunkan dengan miscall melalui telepon atau handphone yang Anda miliki.
8. Buat kesepakatan dengan istri dan anak-anak bahwa keluarga punya program qiyamullail bersama sekali atau dua malam dalam sepekan.
9. Berdoalah kepada Allah swt. untuk dipermudah dalam beribadah kepadaNya.
Taujih Ruhiyah: Obsesi pada Akhirat
Taujih Ruhiyah: Obsesi pada Akhirat
Sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa akhirat menjadi obsesinya, maka Allah menjadikan semua urusannya lancar, hatinya kaya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan, barangsiapa dunia menjadi obsesinya, maka Allah mengacaukan semua urusannya, menjadikannya miskin dan dunia datang kepadanya sebatas yang ditakdirkan untuknya.” Ibnu Majah meriwayatkan dengan sanad shahih
Barangsiapa akhirat menjadi kesibukan utamanya dan obsesinya, maka setiap hari ia ingat perjalanan hidupnya kelak, apa pun yang ia lihat di dunia pasti ia hubungkan dengan akhirat, dan akhirat selalu ia sebut di setiap pembahasannya. Ia tidak bahagia kecuali karena akhirat, tidak sedih kecuali karena akhirat. Tidak ridha kecuali karena akhirat. Tidak marah kecuali krn akhirat. Tidak bergerak, kecuali karena akhirat. Dan tidak berusaha kecuali krn akhirat.
Siapa saja yang bisa seperti itu, ia diberi tiga kenikmatan oleh Allah Ta’ala. Nikmat yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya. Yaitu orang-orang yang menyiapkan jiwa mereka hanya untuk ALLAH Ta’ala dan tdk ada selain DIA yang masuk ke hati mereka, baik itu berhala-berhala dunia, atau perhiasan, atau pesonanya.
Nikmat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Seluruh urusan lancar
Allah SWT memberinya ketentraman dan kedamaian, mengumpulkan semua idenya, meminimalkan sifat lupanya, mengharmoniskan keluarganya, menambah jalinan kasih sayang antara dirinya dan pasangannya, merukunkan anak-anaknya, mendekatkan anak2 padanya, menyatukan sanak kerabat, menjauhkan konflik dari mereka, mengumpulkan hartanya, ia tidak pusing memikirkan bisnisnya yg tdk begitu baik, tidak bertindak spt orang bodoh, membuat hati manusia terarah padanya, siapapun mencintainya dan melancarkan urusan-urusan yang lain.
2. Kaya hati
Nikmat yang paling agung adalah kaya hati, sebab Rasulullah SAW bersabda dalam hadits shahih, yg artinya; “ Kekayaan hakiki bukan berarti harta melimpah. Tapi, kekayaan ialah kekayaan hati” (HR. Muslim)
Imam Al Manawi berkata; maksudnya, kekayaan terpuji itu bukan banyak harta dan perabotan. Sebab banyak sekali orang dibuat kaya oleh Allah, namun kekayaannya yg banyak itu tidak bermanfaat baginya dan ia berambisi menambah kekayaannya, tanpa peduli dari mana sumbernya.
Ia seperti orang miskin, karena begitu kuat ambisinya. Orang ambisius itu miskin selama-lamanya. Tapi, kekayaan terpuji dan ideal menurut orang-orang sempurna adalah kekayaan hati.
Di riwayat lain disebutkan kekayaan jiwa. Maksudnya, org yang punya kekayaan jiwa merasa tidak membutuhkan jatah rizkinya, menerimanya dengan lapang dada, dan ridha dengannya, tanpa memburu dan memintanya dengan menekan.
Barangsiapa dijaga jiwanya dari kerakusan, maka jiwanya tentram, agung, mendapatkan kebersihan, kemuliaan, dan pujian. Itu semua jauh lebih banyak ketimbang kekayaan yang diterima orang yg miskin hati. Kekayaan membuat org yg miskin hati terpuruk dalam hal-hal hina dan perbuatan-perbuatan murahan, karena kecilnya obsesi yang ia miliki. Akibatnya, ia menjadi org kerdil di mata orang, hina di jiwa mereka, dan menjadi orang paling hina.
Jika seseorang punya harta yang berlimpah, namun ia tidak qana’ah (merasa cukup) dengan rizki yang diberikan Allah SWT kpdnya, maka ia hidup terengah-engah spt binatang buas dan menjadikan hartanya sbg tuhan baru. Sungguh, ia orang miskin sejati, krn org miskin ialah orang yg selalu tidak punya harta dan senantiasa merasa membutuhkannya.
Dikisahkan, seseorang berkata kepada orang zuhud, Ibrahim bin Adham, lalu berkata, “saya ingin anda menerima jubah ini dariku.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau Anda kaya, saya mau menerima hadiah ini. Jika anda miskin, saya tdk mau menerimanya.” Orang itu berkata,”saya org kaya.”
Ibrahim bin Adham berkata,”Anda punya jubah berapa?” Orang itu menjawab,”Dua ribu jubah.” Ibrahim bin Adham berkata,”Apakah Anda ingin punya empat ribu jubah?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau begitu anda miskin (karena masih butuh jubah lebih banyak lagi). Saya tidak mau menerima hadiah jubah ini darimu.”
3. Dunia datang kepadanya
Saat ia lari dari dunia, justru dunia mengejarnya dalam keadaan tunduk. Spt yg dikatan Ibnu Al-jauzi,” Dunia itu bayangan. Jika engkau berpaling dari bayangan, maka bayangan itu membuntutimu. Jika engkau memburu bayangan, maka bayangan menghindar darimu. Orang zuhud tidak menoleh kepada bayangan dan malah diikuti bayangan. Sedang org ambisius (rakus) tidak melihat bayangan setiapkali ia menoleh kepadanya.”
Sedang orang yang dunia menjadi obsesinya, ia hanya memikirkan dunia, bekerja karenanya, peduli kepadanya, tidak bahagia kecuali karenanya, tidak berteman dan memusuhi orang karenanya. Akibatnya, ia dihukum Allah dengan tiga hukuman;
1. Urusannya kacau
Allah SWT mengacaukan semua urusannya. Hatinya menjadi gundah tidak tenang, pikirannya kacau, jiwanya guncang dan kalut dalam hal yg sepele. Allah SWT mengacaukan hartanya, mengacaukan anak-anak dan pasangannya. Allah SWT membuat manusia antipati kepadanya. Tidak ada seorngpun yang mencintainya sebab Allah SWT menentukannya dibenci orang di bumi.
2. Selalu miskin
Hukuman ini membuatnya selalu tidak puas, padahal memiliki harta banyak. Ia senantiasa merasa miskin. Dan itu menjadikannya lari hingga terengah-engah di belakang harta.
3. Dunia lari darinya
Dunia selalu lari darinya. Ia memburu dunia tapi malah dijauhi dan ia berlari dibelakangnya, persis seperti orang yang mengira fatamorgana itu air. Ketika ia tiba di fatamorgana, ia tidak mendapatkan apa-apa.
Inilah yang membuat Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu berkata, “Obsesi dunia itu kegelapan di hati, sedang obsesi kepada akhirat itu cahaya di hati.”
Bagaimana karakteristik dari orang-orang yang terobsesi pada akhirat?
Kita bisa mengukur dengan membandingkannya pada diri kita.
Sebelumnya mengenai hal ini ada tiga kelompok orang dalam berobsesi thd akhirat:
1. Orang yang lebih sibuk dengan akhirat daripada dunia.
Mereka mebuat hidupnya didominasi oleh akhirat. Dunia hanya diletakkan digenggaman tangannya bukan di hatinya. è kelompok orang yang sukses
2. Orang yang lebih sibuk dengan dunia daripada dengan akhirat
Mereka begitu cinta dunia hingga dunia menguasainya dan membuatnya lupa total kepada akhirat dan mereka juga tidak tahu bahwa dunia itu jembatan menuju akhirat. è kelompok orang yang celaka
3. Orang yang sibuk dengan keduanya sekaligus.
Mereka tidak ingin masuk pada kelompok pertama atau kedua, namun ingin mendapatkan sebagian karakteristik kelompok pertama dan sebagian kelompok kedua. è kelompok orang yang dalam kondisi kritis.
Tentunya kita tidak ingin masuk ke dalam kelompok kedua dan ketiga, karenanya kita perlu mengetahui karakteristik kelompok pertama yaitu orang-orang yang sukses.
Karakteristik dari kelompok pertama antara lain:
1. Sedih karena akhirat
Sedih karena akhirat membuat orang punya perasaan takut Allah Ta’ala meng-hisab dirinya pd Hari Kiamat, lalu ia meng-hisab dirinya sebelum ia dihisab kelak di akhirat.
2. Selalu mengadakan Muhasabah (evaluasi diri)
Umar bin Khattab Ra berkata “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan, bersiap-siaplah menghadapi Hari Kiamat.”
3. Selalu beramal utk akhirat
Amal shalih bukan hanya shalat, puasa, membaca Al-qur’an dan dzikir, tapi amal shalih adalah apa saja yang dicintai Allah Ta’ala.
4. Trenyuh melihat pemandangan kematian
Seorang tabi’in Ibrahim An Nakhai berkata, “Jika kami datang ke rumah orang yang meninggal atau mendengar ada orang yang meninggal dunia, hal itu membekas pada kami hingga berhari-hari, karena kami tahu ada sesuatu (ajal) datang pada org tersebut, lalu membawanya ke surga atau neraka”
Itulah pengingat bagi kita semua, bahwa sesungguhnya kehidupan ini adalah sarana untuk kembali kepada Allah, sekolah yang raportnya nanti akan dibagikan di akhirat. Mari kita sama-sama mengevaluasi diri kita, selalu meluruskan niat kita hanya kepada Allah dan berdoa kepada memohon ketetapan iman di hati sampai pada hari penutup kita nanti.
“Yaa muqollibalquluub tsabbit qolbiy alaa diinika” Wahai Dzat yang membolak-balik hati, kokohkan hatiku tetap berada di atas agamamu.
Wallahu’alam
-Taujih Ruhiyah, Al-Bilali, Abdul Hamid
Barangsiapa akhirat menjadi kesibukan utamanya dan obsesinya, maka setiap hari ia ingat perjalanan hidupnya kelak, apa pun yang ia lihat di dunia pasti ia hubungkan dengan akhirat, dan akhirat selalu ia sebut di setiap pembahasannya. Ia tidak bahagia kecuali karena akhirat, tidak sedih kecuali karena akhirat. Tidak ridha kecuali karena akhirat. Tidak marah kecuali krn akhirat. Tidak bergerak, kecuali karena akhirat. Dan tidak berusaha kecuali krn akhirat.
Siapa saja yang bisa seperti itu, ia diberi tiga kenikmatan oleh Allah Ta’ala. Nikmat yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya. Yaitu orang-orang yang menyiapkan jiwa mereka hanya untuk ALLAH Ta’ala dan tdk ada selain DIA yang masuk ke hati mereka, baik itu berhala-berhala dunia, atau perhiasan, atau pesonanya.
Nikmat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Seluruh urusan lancar
Allah SWT memberinya ketentraman dan kedamaian, mengumpulkan semua idenya, meminimalkan sifat lupanya, mengharmoniskan keluarganya, menambah jalinan kasih sayang antara dirinya dan pasangannya, merukunkan anak-anaknya, mendekatkan anak2 padanya, menyatukan sanak kerabat, menjauhkan konflik dari mereka, mengumpulkan hartanya, ia tidak pusing memikirkan bisnisnya yg tdk begitu baik, tidak bertindak spt orang bodoh, membuat hati manusia terarah padanya, siapapun mencintainya dan melancarkan urusan-urusan yang lain.
2. Kaya hati
Nikmat yang paling agung adalah kaya hati, sebab Rasulullah SAW bersabda dalam hadits shahih, yg artinya; “ Kekayaan hakiki bukan berarti harta melimpah. Tapi, kekayaan ialah kekayaan hati” (HR. Muslim)
Imam Al Manawi berkata; maksudnya, kekayaan terpuji itu bukan banyak harta dan perabotan. Sebab banyak sekali orang dibuat kaya oleh Allah, namun kekayaannya yg banyak itu tidak bermanfaat baginya dan ia berambisi menambah kekayaannya, tanpa peduli dari mana sumbernya.
Ia seperti orang miskin, karena begitu kuat ambisinya. Orang ambisius itu miskin selama-lamanya. Tapi, kekayaan terpuji dan ideal menurut orang-orang sempurna adalah kekayaan hati.
Di riwayat lain disebutkan kekayaan jiwa. Maksudnya, org yang punya kekayaan jiwa merasa tidak membutuhkan jatah rizkinya, menerimanya dengan lapang dada, dan ridha dengannya, tanpa memburu dan memintanya dengan menekan.
Barangsiapa dijaga jiwanya dari kerakusan, maka jiwanya tentram, agung, mendapatkan kebersihan, kemuliaan, dan pujian. Itu semua jauh lebih banyak ketimbang kekayaan yang diterima orang yg miskin hati. Kekayaan membuat org yg miskin hati terpuruk dalam hal-hal hina dan perbuatan-perbuatan murahan, karena kecilnya obsesi yang ia miliki. Akibatnya, ia menjadi org kerdil di mata orang, hina di jiwa mereka, dan menjadi orang paling hina.
Jika seseorang punya harta yang berlimpah, namun ia tidak qana’ah (merasa cukup) dengan rizki yang diberikan Allah SWT kpdnya, maka ia hidup terengah-engah spt binatang buas dan menjadikan hartanya sbg tuhan baru. Sungguh, ia orang miskin sejati, krn org miskin ialah orang yg selalu tidak punya harta dan senantiasa merasa membutuhkannya.
Dikisahkan, seseorang berkata kepada orang zuhud, Ibrahim bin Adham, lalu berkata, “saya ingin anda menerima jubah ini dariku.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau Anda kaya, saya mau menerima hadiah ini. Jika anda miskin, saya tdk mau menerimanya.” Orang itu berkata,”saya org kaya.”
Ibrahim bin Adham berkata,”Anda punya jubah berapa?” Orang itu menjawab,”Dua ribu jubah.” Ibrahim bin Adham berkata,”Apakah Anda ingin punya empat ribu jubah?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau begitu anda miskin (karena masih butuh jubah lebih banyak lagi). Saya tidak mau menerima hadiah jubah ini darimu.”
3. Dunia datang kepadanya
Saat ia lari dari dunia, justru dunia mengejarnya dalam keadaan tunduk. Spt yg dikatan Ibnu Al-jauzi,” Dunia itu bayangan. Jika engkau berpaling dari bayangan, maka bayangan itu membuntutimu. Jika engkau memburu bayangan, maka bayangan menghindar darimu. Orang zuhud tidak menoleh kepada bayangan dan malah diikuti bayangan. Sedang org ambisius (rakus) tidak melihat bayangan setiapkali ia menoleh kepadanya.”
Sedang orang yang dunia menjadi obsesinya, ia hanya memikirkan dunia, bekerja karenanya, peduli kepadanya, tidak bahagia kecuali karenanya, tidak berteman dan memusuhi orang karenanya. Akibatnya, ia dihukum Allah dengan tiga hukuman;
1. Urusannya kacau
Allah SWT mengacaukan semua urusannya. Hatinya menjadi gundah tidak tenang, pikirannya kacau, jiwanya guncang dan kalut dalam hal yg sepele. Allah SWT mengacaukan hartanya, mengacaukan anak-anak dan pasangannya. Allah SWT membuat manusia antipati kepadanya. Tidak ada seorngpun yang mencintainya sebab Allah SWT menentukannya dibenci orang di bumi.
2. Selalu miskin
Hukuman ini membuatnya selalu tidak puas, padahal memiliki harta banyak. Ia senantiasa merasa miskin. Dan itu menjadikannya lari hingga terengah-engah di belakang harta.
3. Dunia lari darinya
Dunia selalu lari darinya. Ia memburu dunia tapi malah dijauhi dan ia berlari dibelakangnya, persis seperti orang yang mengira fatamorgana itu air. Ketika ia tiba di fatamorgana, ia tidak mendapatkan apa-apa.
Inilah yang membuat Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu berkata, “Obsesi dunia itu kegelapan di hati, sedang obsesi kepada akhirat itu cahaya di hati.”
Bagaimana karakteristik dari orang-orang yang terobsesi pada akhirat?
Kita bisa mengukur dengan membandingkannya pada diri kita.
Sebelumnya mengenai hal ini ada tiga kelompok orang dalam berobsesi thd akhirat:
1. Orang yang lebih sibuk dengan akhirat daripada dunia.
Mereka mebuat hidupnya didominasi oleh akhirat. Dunia hanya diletakkan digenggaman tangannya bukan di hatinya. è kelompok orang yang sukses
2. Orang yang lebih sibuk dengan dunia daripada dengan akhirat
Mereka begitu cinta dunia hingga dunia menguasainya dan membuatnya lupa total kepada akhirat dan mereka juga tidak tahu bahwa dunia itu jembatan menuju akhirat. è kelompok orang yang celaka
3. Orang yang sibuk dengan keduanya sekaligus.
Mereka tidak ingin masuk pada kelompok pertama atau kedua, namun ingin mendapatkan sebagian karakteristik kelompok pertama dan sebagian kelompok kedua. è kelompok orang yang dalam kondisi kritis.
Tentunya kita tidak ingin masuk ke dalam kelompok kedua dan ketiga, karenanya kita perlu mengetahui karakteristik kelompok pertama yaitu orang-orang yang sukses.
Karakteristik dari kelompok pertama antara lain:
1. Sedih karena akhirat
Sedih karena akhirat membuat orang punya perasaan takut Allah Ta’ala meng-hisab dirinya pd Hari Kiamat, lalu ia meng-hisab dirinya sebelum ia dihisab kelak di akhirat.
2. Selalu mengadakan Muhasabah (evaluasi diri)
Umar bin Khattab Ra berkata “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan, bersiap-siaplah menghadapi Hari Kiamat.”
3. Selalu beramal utk akhirat
Amal shalih bukan hanya shalat, puasa, membaca Al-qur’an dan dzikir, tapi amal shalih adalah apa saja yang dicintai Allah Ta’ala.
4. Trenyuh melihat pemandangan kematian
Seorang tabi’in Ibrahim An Nakhai berkata, “Jika kami datang ke rumah orang yang meninggal atau mendengar ada orang yang meninggal dunia, hal itu membekas pada kami hingga berhari-hari, karena kami tahu ada sesuatu (ajal) datang pada org tersebut, lalu membawanya ke surga atau neraka”
Itulah pengingat bagi kita semua, bahwa sesungguhnya kehidupan ini adalah sarana untuk kembali kepada Allah, sekolah yang raportnya nanti akan dibagikan di akhirat. Mari kita sama-sama mengevaluasi diri kita, selalu meluruskan niat kita hanya kepada Allah dan berdoa kepada memohon ketetapan iman di hati sampai pada hari penutup kita nanti.
“Yaa muqollibalquluub tsabbit qolbiy alaa diinika” Wahai Dzat yang membolak-balik hati, kokohkan hatiku tetap berada di atas agamamu.
Wallahu’alam
-Taujih Ruhiyah, Al-Bilali, Abdul Hamid
Langganan:
Postingan (Atom)