SELAMAT DATANG DI BLOG KOLEKSI TAUJIH

Semoga Bermanfaat

Selasa, 19 Agustus 2014

Mendung Di Langit GAZA

dakwatuna.com - Tak seperti hari-hari biasanya, langit terlihat kelabu pagi ini. Ia nampak tak ramah dengan senyumnya yang biasanya cerah. Tak terlihat tanda-tanda matahari akan muncul dengan sinar wajahnya yang berbinar. Ia masih malu-malu, tak seperti biasanya, setiap pagi menebar cahaya senyumnya kepada segenap penduduk alam.
Mendung bergulung-gulung memaksa mentari menyembunyikan diri. Bersembunyi di balik perkasanya awan-awan kelabu yang berjingkrak-jingkrak berkejar-kejaran. Membuktikan kedigdayaannya pada penduduk bumi sekalian alam.
Di sudut sebuah masjid, di kota Gaza tampak seorang gadis itu masih saja bersimpuh menunduk wajah. Dia diam seribu bahasa. Menunduk meratapi semua yang telah terjadi pada dirinya, pada seorang yang dicintainya, mengingat semua dosa dan durhaka. Mengiba di hadapan yang Maha Kuasa. Tasbih dan tahlil masih saja ia teriakkan tak henti-henti dalam dada. Dia tertunduk pilu tenggelam dalam gelimang nestapa. Meratapi dan meminta diampuni segala dosa oleh yang Maha Mengampuni dosa-dosa.
Sebulan lamanya ia menunduk mengadu dalam doa. Ia merintih, melangkah datang kepada Rabbnya dengan tertatih. Mungkin ini karena sebab masih tersisa bercak-bercak dosa di dalam jiwa. Hingga Allah mengujinya dengan ujian berat tiada tara. Maka tak henti, tak letih dia meminta ampun dari khilaf dan silaf yang telah tertoreh.
“Dosaku telah menggores luka dan nestapa” gumamnya. Tak pernah sebelumnya Allah menguji dengan beban ujian seberat ini. Yang dia tau, Rabbnya begitu sayang kepadanya. Namun kali ini dia sadar, sebulan sudah dia lupa dan tak bermesra dengan-Nya. Bahwa ia segera tahu maksud Tuhannya. Sebulan sudah cintanya mendua. Cintanya terbelah antara Tuhan dan cinta kepada makhluk ciptaan-Nya. Seorang pemuda yang menyebabkan senyumnya kini mengembang. Pikirannya terus melayang terbang. Jiwanya tidak lagi kosong. Ya… sebulan ini ia telah jatuh cinta. Dan ia telah memutuskan untuk menikah dengan pemuda belahan jiwanya. Ia telah menerima pinangan pemuda Jabaliya. Sebuah kota utara Gaza yang menjadi benteng lapis pertama menuju Gaza city.
Namun ironisnya, cintanya kepada pemuda itu tak berbuah manis. Justru dia menggores luka di dalam dada, perih, teriris-iris. Sebulan menanti jawaban indah berseri bertabur bunga yang ia dambakan. Dan saat waktu yang dijanjikan benar-benar datang, ternyata pemuda yang menjadi pujaan hati itu bukanlah jodoh baginya. Cintanya dan segala pengorbanan jiwanya seolah sia-sia tiada artinya. Sebulan lamanya ia berharap. Dan baru beberapa saat harapnya terjawab. Jawaban datang dari ayah pemuda itu menyayat pilu. Kini wajahnya masih saja tertunduk malu. Mengharap cinta Tuhan yang telah ia duakan sejak sebulan yang lalu kembali.
Tak ada bejana hati yang tak remuk, tak retak jika api cinta yang menyala dipaksa padam seketika. Memuncak mendidih dipaksa membeku. Hancur lebur suasana hatinya. Bermaksud menentukan hari pernikahan tak berjalan sesuai harapan. Sesak tak habis-habis. Melayang terbang terbayang wajah sang pejuang sejuk begitu menawan. Namun mungkin tuhan sudah punya pilihan untuk dirinya selaksa zaman di kemudian.
***
Mendung masih saja menyelimuti langit kota Gaza. Kini ia menggelantug, bergelayut seolah tak kuat menahan beban. Warna kelabu seketika menjadi hitam pekat menakutkan. Sesekali warna kelabu berubah memerah bak senja menanti mentari dari peraduan.
“Dhuuuummmmmm”. Suara yang tak asing bagi penduduk Gaza. Bom dan rudal Israel.  Membumbung tinggi kepul asap kelabu dibakar api kecongkakan rudal-rudal Israel. Gegap suara sirine memekak telinga. Menjerit-jerit memenuhi ruang angkasa.
Sementara siang masih saja murung dan enggan disinari matahari. Para wanita, anak-anak, tua muda, laki-laki perempuan, besar kecil telah berbaris–baris berteriak menangis seolah menyayat hati di pinggir-pinggir kota. Suara takbir menggema membuncah bersahut-sahutan bak suasana takbiran hari raya. Namun ini suasana Gaza. Sirine menjadi peringatan bagi penduduk Gaza bahwa Israel kembali melancarkan serangan udaranya ke kota kecil di Negara Palestina itu.
Sudah hampir sebulan Gaza kembali berduka. Di saat Zahra memantapkan hati menerima cinta pemuda Jabaliya. Hamid bin Muhammad namanya. Dan Hamid berjanji akan menikahinya di akhir Ramadhan nanti. “Aku meminta waktu satu bulan, aku ingin mengambil momen akhir Ramadhan. Semoga keberkahan pernikahan ini akan kita raih di akhir Ramadhan, saat hari kemenangan itu datang”. Begitu janji Hamid.
“Dhuuuummm..” Suara itu semakin menggema, dekat sekali. Zahra pun berusaha bangkit dari mihrabnya. Ia teringat calon suaminya yang telah syahid dengan suara dentuman itu. Dentuman rudal-rudal liar bak memanggil-manggil namanya untuk segera menyusul. Calon suaminya telah mendahului ke surga.
“Mau kemana kau Zahra” Suara yang tak asing ditelinganya itu menyeru.
“Aku ingin menyusul calon suamiku” Jawabnya tanpa beban.
“Tetap duduklah di masjid. Jangan keluar. Di luar sangat berbahaya Zahra. Jika kau ingin menyusul calon suamimu bukan sekarang waktunya.”
Zahra teringat peristiwa intifadhah dua puluh tahun lalu. Hampir seluruh kota Gaza dipadati kerumunan berbaris-baris tak beraturan. Bahkan anak-anak berbadan kurus kering mengacung-acungkan tangan mereka. Sementara jemari kecil mengepal menggenggam bongkahan batu-batu kasar sekenanya. Sedang di hadapan mereka berderet-deret rapi tank-tank tentara bengis Israel seperti rumah-rumah berjalan. Moncong tank mereka siap memecahkan kepala mungil anak-anak dekil di hadapan roda-rodanya.
Intifadhah… Sebuah perjuangan melawan penjajahan dan pembantaian terhadap rakyat Palestina. Bersenjatakan batu-batu di tangan dan kantong-kantong bajunya melawan tentara Israel yang dilengkapi senjata-senjata super modern. Begitulah anak-anak dekil itu. Mereka siap mengusir tentara Israel dengan melempari tank-tank raksasa berlapis baja itu dengan batu sebesar kepalan tangan mereka.
***
Zahra masih berkabung. Setelah kesyahidan colon suaminya, Ia teringat Peristiwa lima hari yang lalu. Umminya yang sedang terbaring sakit di rumahnya. Saat ia baru tiba membeli obat di apotek dekat rumah, didapatinya ummi masih berbaring lemas di atas tikar kasar. Tiba-tiba berdiri di hadapan Zahra tiga manusia bengis tak punya hati itu menenteng senjata di pundak kanan mereka. Tak banyak kata, mereka menebar peluru ke arah keluarga itu sekenanya. Zahra merintih, mungkin menahan rasa perih yang teramat sangat. Berbutir timah panas bersarang di pundak dan tangannya. Ia terjatuh lemas di samping umminya yang sudah terkulai berlumur darah.
Samar-samar ia melihat sosok adik kecilnya yang berlari tertatih kearahnya. Dan kini giliran anak yang tak punya dosa menjadi korban kebiadaban zionis yang tak punya hati itu. Si kecil pun tersungkur. Dengan deraian air mata Zahra terus mencoba merangkak ke arahnya. Merangkak sekuat yang ia bisa dengan sisa tenaga yang dia punya. Dan lagi-lagi zionis Israel mendaratkan timah panasnya punggungnya berkali-kali. Kini ia tak bergerak, tenang dan tertidur nyaman.
***
Saat pertama kali ia membuka matanya. Tepatnya tiga hari setelah peristiwa memilukan itu; abah, ummi dan tiga adiknya telah tiada menyusul calon suaminya. Zahra tak sadarkan diri selama tiga hari. Dan kini dia masih terbujur lemas di atas tikar kasar di sebuah masjid di kota Gaza. Sesekali ia terduduk dan berjalan tertatih mengusir kebosanan dalam pembaringan.
Kemenangan itu telah datang di akhir Ramadhan bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Namun langit Gaza masih saja mendung. Belum ada tanda-tanda mentari akan muncul. Semendung langit-langit hati Zahra yang pilu hidup sebatang kara ditinggal semua orang-orang terkasihnya.
Semendung hati seluruh penduduk Gaza yang telah dirampas kemerdekaannya oleh kerakusan dan kebengisan Zionis Yahudi Israel. Semendung penduduk muslim seluruh dunia yang telah dihinakan dan dinistakan kehormatan dan kemuliaan masjid Al-Aqsha.
Mendung bertambah mendung oleh kepul asap hitam pekat rudal-rudal yang membumbung memenuhi seluruh langit Gaza. Hanya Intifadhah jilid tiga yang akan mengusir mendung permusuhan Zionis Yahudi dari negeri Palestina.
Kalian akan dapati orang yang paling getol memusuhi (kalian) orang-orang beriman adalah Yahudi dan orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Maidah: 82)


Sumber: http://www.dakwatuna.com

Taujih : Ujian Keteguhan

Zulfi Akmal
Al-Azhar Cairo
PKS Piyungan
 Kalau tidak melihat kenyataan hidup, sulit rasanya mempercayai ada orang yang punya hati sebebal hati Fir'aun, Abu Jahal, Abu Lahab, Bal'am bin Ba'ura', Musailimah al Kazzab, Ibnu Ubay bin Salul, Huyyay bin Akhthab, dan semacam mereka.

Kadang ingin rasanya berteriak sampai ke langit melihat kekejaman, ketidakadilan, keanehan, keganjilan, dan kedustaan yang dilakukan dengan terang-terangan, yang disaksikan jutaan mata. Namun apakah semua mata itu melihat entah tidak? Allah yang Maha Tahu. Apakah semua hati merasakan entah tidak? Dalam ilmu Allah itu semua.

Orang yang diharapkan untuk membela yang benar, justru dialah sumber kebatilan itu. Orang yang diharapkan lantang untuk bersuara, malah dialah yang memerintahkan untuk membungkam siapa saja yang berteriak. Garam yang diharapkan untuk mencegah segalanya dari kebusukan, kiranya garam itu yang duluan busuk.

Untunglah Allah selalu memberikan bimbingan-Nya melalui lantunan ayat-ayat-Nya yang tiada keraguan sedikitpun di dalamnya.

"Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk mengujimu, siapa di antara kalian yang terbaik amalannya". (Al Mulk: 2)

Bagaikan orang tersadar dari lamunan, oh kiranya ini semua hanya ujian. Tak akan berlangsung lama.

Sejenak....betul-betul hanya sejenak. Sekejap, benar-benar sekejap. Bila dibandingkan dengan kehidupan di akhirat sana.

Sediakan waktu setiap hari untuk berdialog dengan diri sendiri. Periksa setiap sudutnya. Adakah sifat-sifat para durjana itu lengket dalam diri?

Kalau ada, segera guyur dengan pengakuan yang tulus. Jujurlah kepada diri sendiri. Lanjutkan dengan istighfar sebanyak-banyaknya. Ikuti dengan pendekatan diri dan penghambaan penuh kepada Allah. Sediakan waktu istimewa untuk beribadah khusus buat-Nya.

Nikmat itu bukanlah ketika kita terbebas dari kekejaman para durjana, tapi nikmat sesungguhnya adalah ketika kita mampu membebaskan diri dari sifat para durjana.

Sungguh mengakui kesalahan di dunia ini jauh lebih ringan dari pada penyesalan yang tidak ada gunanya di akhirat kelak. Di hari yang ketika itu harta dan anak-anak tidak berguna lagi. Kecuali orang yang kembali kepada Allah dengan hati pasrah berserah diri.

Wahai Zat yang maha membolak-balikkan hati, kokohkanlah hati kami di atas agama-Mu dan dalam keta'atan kepada-Mu.

Bunuhlah setiap waktu kosong dengan 'pisau' kesibukan!

'Aidh al-Qarni

Orang-orang yang banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya akan menjadi penebar isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal pikiran mereka selalu melayangdayang tak tahu arah. Dan,
Saat paling berbahaya bagi akal adalah manakala pemiliknya menganggur dan tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu, ibarat mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan dan ke kiri.

Bila pada suatu hari Anda mendapatkan diri Anda menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas! Sebab, dalam keadaan kosong itulah pikiran Anda akan menerawang ke mana-mana; mulai dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini, hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu Anda alami. Dan itu, membuat akal pikiran Anda tak terkendali dan mudah lepas kontrol. Maka dari itu, saya nasehatkan kepada Anda dan diriku sendiri bahwa mengerjakan amalan-amalan yang bermanfaat adalah lebih baik daripada terlarut dalam kekosongan yang membinasakan. Singkatnya, membiarkan diri dalam kekosongan itu sama halnya dengan bunuh diri dan merusak tubuh dengan narkoba.

Waktu kosong itu tak ubahnya dengan siksaan halus ala penjara Cina; meletakkan si narapidana di bawah pipa air yang hanya dapat meneteskan air satu tetes setiap menit selama bertahun-tahun. Dan dalam masa penantian yang panjang itulah, biasanya seorang napi akan menjadi stres dan gila.

Berhenti dari kesibukan itu kelengahan, dan waktu kosong adalah pencuri yang culas. Adapun akal Anda, tak lain merupakan mangsa empuk yang siap dicabik-cabik oleh ganasnya terkaman kedua hal tadi; kelengahan dan si "pencuri".

Karena itu bangkitlah sekarang juga. Kerjakan shalat, baca buku, bertasbih, mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau berbuatlah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain untuk mengusir kekosongan itu! Ini, karena aku ingin mengingatkan Anda agar tidak berhenti sejenak pun dari melakukan sesuatu yang bermanfaat.

Bunuhlah setiap waktu kosong dengan 'pisau' kesibukan! Dengan cara itu, dokter-dokter dunia akan berani menjamin bahwa Anda telah mencapai 50% dari kebahagiaan. Lihatlah para petani, nelayan, dan para kuli bangunan! Mereka dengan ceria mendendangkan lagu-lagu seperti burung-burung di alam bebas. Mereka tidak seperti Anda yang tidur di atas ranjang empuk, tetapi selalu gelisah dan menyeka air mata kesedihan.


*Isi Waktu Luang Dengan Berbuat! (Laa Tahzan)

Kamis, 27 Februari 2014

Taujih : Dzikurul Maut

I. Pendahuluan
Hal yang paling menyakitkan bagi kebanyakan orang adalah kematian. Bila diceritakan tentang kematian seolah-olah berakhirlah segalanya. Musnah sudah semua yang sudah dirintis dan diusahakannya. Berakhir sudah episode kehidupannya. Berhenti kisah hidupnya. Tak ada lagi yang dapat dilakukan, hanya tinggal mengenang dirinya.
Bagi seorang muslim kematian merupakan bagian dari episode kehidupan yang masih ada kelanjutannya. Tidak berhenti di pintu gerbang kematian saja. Kehidupan di dunia adalah ladang bagi kehidupan selanjutnya, di mana kehidupan tersebut adalah kekal abadi. Oleh karena itu bagi seorang muslim, kematian adalah pintu gerbang yang mengarahkan seseorang menuju keadaan dimana ia akan mendapat balasan atas segala perbuatannya. balasan itu berujung pada dua cabang, yaitu kebahagiaan yang abadi atau kesengsaraan yang tak berkesudahan.
Setiap muslim diajarkan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dengan demikian setiap muslim diperintahkan untuk mempersiapkan diri mencari bekal sebanyak-banyaknya agar mudah dihisab nanti. Rasulullah SAW bersabda : “Orang yang cerdas adalah orang yang mengendalikan diri dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian.” (HR. Tirmidzi)
Dzikrul maut pada dasarnya melatih jiwa untuk terus mengenal dan merasa diawasi oleh Allah SWT. Peristiwa kematian baginya bukan sesuatu yang menakutkan, bukan juga merupakan keberakhiran hidup seseorang tanpa mendapat balasan. Baginya peristiwa kematian merupakan pertemuan hamba dengan penciptanya. Agar ia dapat bertemu dengan penciptanya dalam kebahagiaan maka ia perlu menyiapkan sebaik-baiknya bekal. Dengan persiapan inilah diharapkan kelak bila saatnya tiba ia akan menghadap Rabbnya dengan keridhaan dari Rabbnya sehingga bahagia di sisi Allah selamanya.
II. Keutamaan Dzikrul Maut
1. Dzikrul maut menghindarkan diri dari kampung tipu daya dan menggiatkan persiapan untuk kampung akhirat.
Dalil Hadits : “Hadiah orang mu’min adalah kematian” (HR. Abu Dunya, Thabrani dan Al Hakim secara mursal dengan sanad hasan)
2. Dzikrul maut membongkar berbagai keburukan dunia sehingga menyadarkan manusia bahwa dunia hanyalah perhiasan yang semu tak akan kekal abadi. Dalil Hadits : “Tinggal di dunia ibarat musafir yang sedang istirahat sejenak di bawah pohon untuk kemudian pergi melanjutkan perjalanan.”
3. Dengan dzikrul maut segala kesusahan dan penderitaan dunia menjadi ringan baginya.
4. Dzikrul maut melembutkan hati dan menajamkan bashiroh. Dengan dzikrul maut setiap insan akan merasa perlu untuk memperbaiki dirinya dan terus mengupayakan amal sholeh sebanyak-banyaknya sehingga ia akan berhati-hati dan lebih menghargai orang lain karena baginya tidak ada yang abadi di dunia ini dan setiap orang berpotensi lebih baik dari dirinya, jadi ia tidak tertipu dengan kesenangan dan kebahagiaan semu.
III. Cara Menghidupkan Dzikrul Maut
Maut adalah janji Allah yang pasti sedangkan kehadirannya dapat kapan saja. Oleh karena itu kita sebaiknya selalu mengingatkan diri pada kemungkinan bahwa setiap saat maut dapat hadir menemui kita.
Untuk menghadapi maut yang akan datang kapan saja, sebaiknya setiap kita menyiapkan diri. Sebagai contoh, perbedaan orang yang bersegera menyiapkan diri dan orang yang menunda-nunda adalah ibarat menunggu tamu yang akan berkunjung sehari lagi dengan menunggu tamu yang sepekan lagi akan berkunjung. Persiapan kita tentu akan berbeda. Bila kita mengetahui tamu yang akan datang sehari lagi, kita akan merapikan kondisi rumah dengan segera, untuk menyambut tamu tersebut, sedangkan bila tamu akan datang sepekan lagi, kita tidak terburu-buru untuk merapikan rumah tersebut karena kita berpikir masih memiliki waktu yang luang untuk menyiapkannya.
Rasulullah SAW bersabda : “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: Masa mudamu sebelum masa tuamu; Masa sehatmu sebelum masa sakitmu; Masa kayamu sebelum masa kemiskinanmu; Masa luangmu sebelum masa sibukmu; Masa hidupmu sebelum masa kematianmu.” (HR. Abu Dunya dengan sanad hasan) dan dalam riwayat yang lain : “Dua nikmat yang disia-siakan oleh banyak orang ialah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Referensi :
1. Intisari Ihya Ulumuddin, Al Ghazali
2. Mensucikan Jiwa, Said Hawwa

Sumber : Materitarbiyah.wordpress.com

Rabu, 19 Februari 2014

Jangan rusak kebahagiaanmu dengan rasa cemas

Ibnu al Qayyim al Jauziyah berkata:

Jangan kamu rusak kebahagiaanmu dengan rasa cemas!

Jangan rusak akalmu dengan kepesimisan!

Jangan rusak keberhasilanmu dengan kepongahan!

Jangan rusak keoptimasan orang lain dengan menjatuhkan mentalnya!

Jangan rusak harimu sekarang dengan melihat hari kemaren!

Kalau kamu perhatikan kondisi dirimu, kamu pasti menemukan bahwa Allah telah memberimu segala sesuatu tanpa kamu minta.

Oleh karena itu yakinlah bahwa Allah tidak akan menghalangi dirimu dari kebutuhan yang kamu inginkan, kecuali dibalik keterhalangan itu ada kebaikan.

Barangkali saja kamu lagi tidur pulas, sementara pintu-pintu langit diketuk puluhan do'a yang ditujukan untukmu, yang berasal dari orang fakir/miskin yang kamu bantu, atau orang sedih yang kamu hibur, atau dari orang lewat yang kamu senyum kepadanya, atau orang dalam kesempitan yang kamu lapangi. Maka jangan sekali-kali memandang kecil segala perbuatan baik untuk selamanya.

Renungan : Jangan Berhenti Merawat Keimanan

Oleh Abdullah Haidir 

Umumnya, jalan-jalan ketaatan yang Allah berikan akan mengantarkan kita pada hidayah dan keimanan yang lebih kuat. Sebaliknya, jalan-jalan keburukan dan kemaksiatan yang Allah larang, akan mengantarkan kita pada kelemahan iman dan kesesatan.

Akan tetapi, jangan pernah berhenti pada kondisi yang kita alami sekarang ini. Jika kita berada dalam hidayah, jangan sombong, seakan-akan keselamatan telah diboyong. Sedangkan jika kita berada dalam kubangan dosa, bertaubatlah segera. Jangan putus asa, seakan tidak ada pintu keselamatan yang terbuka.

Prinsipnya…. Jangan pernah berhenti merawat, menjaga, menyuburkan keimanan, baik dengan doa, ibadah dan berbagai ketaatan serta menjauh dari kemaksiatan.

Sebab, dalam beberapa kondisi, hidayah adalah misteri;

Nabi Musa yang diasuh Fir'aun menjadi tokoh beriman dan pejuang, namun Kan'an yang diasuh oleh Nabi Nuh alaihissalam, justeru kufur dan membangkang….

Asiah isteri Fir'aun yang tinggal di istana bersamanya, tetap istiqamah dalam iman. Namun isteri Nabi Nuh dan Nabi Luth alaihimassalam justeru memilih kesesatan.

Abu Thalib yang begitu dekat dengan Rasulullah saw, meninggal tanpa membawa iman, sementara Ushairam (salah seorang shahabat yang baru masuk Islam, tak lama kemudian syahid di medan juang) di kesempatan terakhir kehidupannya membawa syahid meraih impian.

Najasyi, raja Habasyah, negeri tujuan hijrah para shahabat pertama kali, dikabarkan akhirnya menerima Islam dan mati membawa keimanan. Sementara Ubaidillah bin Jahsy yang hijrah bersama isterinya Ummu Habibah ke Habasyah untuk menyelamatkan imannya dari kekejaman kafir Quraisy, justeru di sana murtad, dan akhirnya mati dalam kekufuran.

Di negeri-negeri Islam, tidak sedikit generasi muslim yang kepincut budaya western, sedikit demi sedikit mereka menjauhi Islam sebagai pedomannya. Sementara di Eropa-Amerika yang menjadi sumber budaya tersebut, orang kafir berbondong-bondong mempelajari Islam untuk memeluknya.

Di kantor dakwah tempat saya bekerja (Riyadh), hampir setiap hari ada orang mengucapkan syahadat ingin mendapatkan nikmat Islam, tapi sekitar dua pekan lalu saya kedatangan suami yang membawa isterinya (warga Indonesia). Dia mengadu bahwa isterinya ingin keluar dari Islam...!

Allahumma yaa muqallibal quluub, tsabbit quluubanaa alaa diinik….
Allahumma tawaffana muslimiin wa alhiqnaa bisshaalihiin....

Yaa Allah yang membolakbalikkan hati, tetapkan hati kami dalam agama-Mu…
Ya Allah, matikan kami sebagai orang muslim dan kumpulkan kami bersama orang-orang saleh....

Kamis, 13 Februari 2014

Taujih : Berjuanglah Untuk Islam Walau Anda Pelaku Maksiat

 


Farid Nu'man Hasan


Apa yang kau anggap atas dirimu sendiri? Begitu banyakkah dosa dan noda? Ketahuilah, setiap manusia –siapa pun dia- juga memiliki kesalahan, dan sebaik-baik manusia yang membuat kesalahan adalah yang mau bertaubat. Mari jadilah yang terbaik…
Saudaraku …
Apa yang menghalangimu membela agamamu? Apa yang merintangimu beramal demi kejayaan Islam dan kaum muslimin? Dosa, noda, dan maksiat itu? Ketahuilah, jika kau diam saja, tidak beramal karena merasa belum pantas berjuang, masih jauh dari sempurna, maka daftar noda dan maksiat itu semakin bertambah. Itulah tipu daya setan atas anak Adam, mereka menghalangi manusia dari berjuang dan hidup bersama para pejuang, dengan menciptakan keraguan di dalam hati manusia dengan menjadikan dosa-dosanya sebagai alasan.
Saudaraku …
Hilangkan keraguanmu, karena Rabbmu yang Maha Pengampun telah berfirman:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan keburukan-keburukan. (QS. Hud: 114)
Hilangkan pula kebimbanganmu, karena kekasih hati tercinta, Nabi-Nya yang mulia –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- telah bersabda:
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
Ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baik, niscaya itu akan menghapuskannya. (HR. At Tirmidzi No. 1987, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21354, 21403, 21487, 21536, 21988, 22059, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 296, 297, 298, juga Al Mu’jam Ash Shaghir No. 530, Ad Darimi No. 2833, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 178, katanya: “Shahih, sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim.” Disepakati oleh Imam Adz DZahabi dalam At Talkhish. Sementara Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Al Albani menghasankannya dalam kitab mereka masing-masing)
Saudaraku …
Tidak usah berkecil hati dan jangan putus asa, sungguh agama mulia ini pernah dimenangkan oleh orang mulianya dan para fajir (pelaku dosa)nya. Semuanya mengambil bagian dalam gerbong caravan pejuang Islam. Imam Al Bukhari telah membuat Bab dalam kitab Shahihnya, Innallaha Yu’ayyidu Ad Diin bir Rajul Al Faajir (Sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya melalui seseorang yang fajir). Ya, kadang ada pelaku maksiat, seorang fajir, justru dia melakukan aksi-aksi nushrah (pertolongan) terhadap agamanya, dibanding laki-laki yang shalih. Semoga aksi-aksi nushrah tersebut bisa merubahnya dari perilaku buruknya, dan dia bisa mengambil pelajaran darinya sampai dia berubah menjadi orang shalih yang berjihad, bukan lagi orang fajir yang berjihad.
Saudaraku … Ada Abu Mihjan!!
Kukisahkan kepadamu tentang Abu Mihjan Radhiallahu ‘Anhu. Ditulis dengan tinta emas para ulama Islam, di antaranya Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala pada Bab Sirah Umar Al Faruq. (2/448. Darul Hadits, Kairo), juga Usudul Ghabah-nya Imam Ibnul Atsir. (6/271. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Beliau adalah seorang laki-laki yang sangat sulit menahan diri dari khamr (minuman keras). Beliau sering dibawa kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk diterapkan hukum cambuk (Jild) padanya karena perbuatannya itu. Bahkan Ibnu Jarir menyebutkan Abu Mihjan tujuh kali dihukum cambuk. Tetapi, dia adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai jihad, perindu syahid, dan hatinya gelisah jika tidak andil dalam aksi-aksi jihad para sahabat nabi Radhiallahu ‘Anhum.
Hingga datanglah perang Al Qadisiyah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash Radhiallahu ‘Anhu melawan Persia, pada masa pemerintahan Khalifah Umar Radhiallahu ‘Anhu. Abu Mihjan ikut andil di dalamnya, dia tampil gagah berani bahkan termasuk yang paling bersemangat dan banyak membunuh musuh. Tetapi, saat itu dia dikalahkan keinginannya untuk meminum khamr, akhirnya dia pun meminumnya. Maka, Sa’ad bin Abi Waqash menghukumnya dengan memenjarakannya serta melarangnya untuk ikut jihad.
Di dalam penjara, dia sangat sedih karena tidak bisa bersama para mujahidin. Apalagi dari dalam penjara dia mendengar suara dentingan pedang dan teriakan serunya peperangan, hatinya teriris, ingin sekali dia membantu kaum muslimin melawan Persia yang Majusi. Hal ini diketahui oleh istri Sa’ad bin Abi Waqash yang bernama Salma, dia sangat iba melihat penderitaan Abu Mihjan, menderita karena tidak dapat ikut berjihad, menderita karena tidak bisa berbuat untuk agamanya! Maka, tanpa sepengetahuan Sa’ad -yang saat itu sedang sakit, dan dia memimpin pasukan melalui pembaringannya, serta mengatur strategi di atasnya- Beliau membebaskan Abu Mihjan untuk dapat bergabung dengan para mujahidin. Abu Mihjan meminta kepada Salma kudanya Sa’ad yaitu Balqa dan juga senjatanya. Beliau berjanji, jika masih hidup akan mengembalikan kuda dan senjata itu, dan kembali pula ke penjara. Sebaliknya jika wafat memang itulah yang dia cita-citakan.
Abu Mihjan berangkat ke medan tempur dengan wajah tertutup kain sehingga tidak seorang pun yang mengenalnya. Dia masuk turun ke medan jihad dengan gesit dan gagah berani. Sehingga Sa’ad memperhatikannya dari kamar tempatnya berbaring karena sakit dan dia takjub kepadanya, dan mengatakan: “Seandainya aku tidak tahu bahwa Abu Mihjan ada di penjara, maka aku katakan orang itu pastilah Abu Mihjan. Seandainya aku tidak tahu di mana pula si Balqa, maka aku katakan kuda itu adalah Balqa.”
Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada istrinya, dan istrinya menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Abu Mihjan, sehingga lahirlah rasa iba dari Sa’ad kepada Abu Mihjan.
Perang usai, dan kaum muslimin menang gilang gemilang. Abi Mihjan kembali ke penjara, dan dia sendiri yang memborgol kakinya, sebagaimana janjinya. Sa’ad bin Waqash Radhiallahu ‘Anhu mendatanginya dan membuka borgol tersebut, lalu berkata:
لا نجلدك على خمر أبدا فقال: وأنا والله لا أشربها أبدا
Kami tidak akan mencambukmu karena khamr selamanya. Abu Mihjan menjawab: “Dan Aku, Demi Allah, tidak akan lagi meminum khamr selamanya!”
Saudaraku ….
Sangat sulit bagi kita mengikuti dan menyamai Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para sahabat nabi yang mulia, Radhiallahu ‘Anhum. Tetapi, paling tidak kita masih bisa seperti Abu Mihjan, walau dia pelaku maksiat namun masih memiliki ghirah kepada perjuangan agamanya, dan ikut hadir dalam deretan nama-nama pahlawan Islam. Semoga Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam deretan para pejuang agama-Nya, mengikhlaskan, dan memberikan karunia syahadah kepada kita. Amin.
Wallahu A’lam.