SELAMAT DATANG DI BLOG KOLEKSI TAUJIH

Semoga Bermanfaat

Selasa, 13 November 2012

Taujih : Sabar, sabar, sabar… Beginilah jalan dakwah telah kita lalui.

Sabar, sabar, sabar… Beginilah jalan dakwah telah kita lalui. Berkomunitas bersama orang-orang salih bukannya tanpa masalah, maka Allah memerintahkan agar kita selalu bersabar bersama mereka :

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.

Bisa jadi ada salah paham di antara para aktivis. Bisa jadi ada ketidaknyamanan perasaan di antara para pelaku dakwah. Bisa jadi ada data yang kurang valid, namun digunakan untuk pengambilan keputusan. Bisa jadi ada stigma yang menganga, dan tidak pernah ada pengadilan yang memberikan klarifikasi. Bisa jadi ada persepsi yang keliru. Bisa jadi ada ketidaktepatan dalam menerapkan teori.

Capek, lelah mendera jiwa dan raga. Namun ini adalah pilihan, yang tidak ada sedikitpun paksaan kita bersamanya. Bisa jadi ada ketidakpahaman, ada ketidakmengertian, dan kita tidak pernah menemukan jawaban. Bisa jadi Khalid bin Walid tidak pernah mengerti mengapa dirinya diganti dari posisi panglima perang yang demikian dihormati. Namun toh kehormatan dirinya tidak runtuh karena posisi itu tidak lagi dia miliki.

Kehormatan diri kita adanya pada konsistensi. Konsisten menapaki kebenaran. Konsisten menapaki jalan kebaikan. Komitmen pada peraturan. Teguh memegang keputusan. Mendengar dan taat, itulah karakter kader teladan. Bukankah ini ujian, karena yang kita dengar dan kita taati bisa jadi berbeda dengan suara hati nurani. “Qum Ya Hudzaifah !” Menggelegar suara perintah. Dan Hudzaifah segera bangkit berdiri.

Kehormatan diri bukan terletak pada posisi kita sebagai apa. Tidak menjadi apa-apa, tetap bisa dihormati. Kita terhormat karena karakter yang kuat, kita terhormat karena karya yang tiada pernah berhenti, kita terhormat karena kerja yang terus menerus, kita terhormat karena keteladanan, kita terhormat karena kesabaran dan kesetiaan.

Ya. sabar, sabar, dan teruslah sabar… Karena memang beginilah jalan dakwah telah kita lalui. Berkomunitas bersama orang-orang salih bukannya tanpa masalah, dan Allah telah memerintahkan agar kita selalu bersabar bersama mereka :

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.

*http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2948


___________ posted by: Blog PKS PIYUNGAN

Selasa, 06 November 2012

Taujih : Sensitivitas, Tanda Allah masih sayang sama Kita

Oleh : Lidya Angelina
dakwatuna.com - Sensitivitas perasaan yang tak mudah diasah, ia hanya akan lahir dari jiwa-jiwa yang selalu mengasahnya.
Sebentuk rasa bersalah, setelah melakukan dosa, berujung pada penyesalan. “Ya Allah begitu dhaifnya diri ini, tembok pertahanan yang selama ini kokoh dan menjulang tinggi, dengan tiba-tiba hancur, jatuh berkeping tak sedikit pun tersisa” sebegitu kuatkah gelombang tsunami dosa yang telah ku lakukan? Melalaikan dari mengingatMu, melalaikan dari bermunajat padaMu.
Alhamdulillah, bersyukurlah ketika sebentuk narasi di atas masih menendang diri kita dengan kuat memojok di gawang penyadaran akan dosa dan kelalaian yang telah kita lakukan. Ibarat sungai maka dosa-dosa yang kita lakukan dengan sendirinya mengalir, mengitari ritme kehidupan yang kita jalani. Tak banyak orang yang mampu menyadari bahwa sesaat dalam perjalanan hidup ini ia telah melakukan dosa, telah melalaikan hatinya dari mengingat Allah, telah mencari uzur untuk berhenti sejenak mengiringi jalannya kebaikan, maka kincir kesadaranlah yang mampu membuat aliran sungai itu berubah, menjadi sebentuk energy untuk bangkit, bangkit dari kubangan dosa, berputar kembali dengan ritme yang lebih pasti: ritme kebenaran. Maka sensitivitas lah yang diperlukan, karena dengannya kita akan segera tersadar kalau-kalau kaki ini telah membelok menuju kemaksiatan, kita pun akan berhenti dan kemudian mencari arah yang berlawanan agar hidup ini tetap dalam naungan Allah, dengan sensitivitaslah, kita akan sadar bahwa sedikit hati ini telah lalai dariNya.Maka karena itulah kita harus bangkit dan berjalan pada alur yang seharusnya. Sesungguhnya, sensitivitas itu adalah sebuah rahmat yang tidak diberikan Allah kepada semua orang, sensitivitas itu hanya akan lahir dari diri yang selalu menjalin hubungan yang mesra denganNya. Pada akhirnya sensitivitas itu adalah signal kalau Allah masih mencintai kita.
Beberapa Tanda Allah Mencintai Seorang Hamba
1. Allah akan menjaganya dari dunia.
Bila Allah mencintai seorang hamba maka Allah akan menjaganya, Allah jaga dia dari dunia yang melalaikannya, Allah jaga ia dari dosa yang akan menghancurkan kehidupannya. Maka dalam setiap detik perjalanan waktu Allah lah yang seharusnya menjadi tujuan kita. Bukan dunia apalagi hanya sekadar kepuasan sesaat. Nabi bersabda:
“Sesungguhnya Allah akan menjaga hambaNya yang beriman - dan Dia mencintaiNya- seperti kalian menjaga makanan dan minuman orang sakit (di antara) kalian, karena kalian takut pada (kematian)nya.”(HR. Al Hakim, Ibnu Abi ’Ashim dan Al Baihaqi).
Allah juga berfirman dalam QS. Al An’am 44:
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am 44)
2.  Keshalihan
Ketika Allah mencintai seorang hamba maka Allah akan memberikan kekuatan kepadanya untuk menjadi hamba yang shalih, Allah mudahkan ia untuk berbuat kebaikan, maka ibarat perjalanan keshalihan akan muncul dalam diri seseorang setahap demi setahap, maka ketika kita telah menemukan titik awal kesalehan, jangan hanya berhenti di situ, tapi tetaplah berjuang
Karena itu barulah tanda awal Allah mencintai kita, maka terus berjuang untuk menjadi lebih saleh adalah langkah untuk mendapatkan sepenuhnya cinta Allah
Allah memberikan dunia pada yang Dia cintai dan yang Dia benci. Tetapi Dia tidak memberikan (kesadaran ber) agama, kecuali kepada yang Dia Cintai. Maka barang siapa diberikan (kesadaran ber) agama oleh Allah, berarti ia dicintai olehNya.” (HR. Imam Ahmad, Al Hakim dan Al Baihaqi)
3.   Memahami Agama
Ketika seorang hamba dicintai Allah maka Allah akan memudahkannya dalam memahami agama, karena cinta Allah adalah bentuk kausalitas dari kecintaan yang mendalam seorang hamba kepada Allah, sejatinya Allah lah yang akan memberikan penerangan dalam hatinya, sehingga setiap ilmu yang dipelajari akan mudah dipahami dan diamalkan.
4.  Sulit Melakukan Maksiat
Di antara tanda Allah mencintai hambaNya ialah kesulitan melakukan maksiat. Ia tidak akan bisa melakukan maksiat, dan jika ia terbiasa melakukan maksiat, maka ia akan merasakan itu sangatlah sulit sehingga ia tidak bisa melakukan itu. Itu tanda cinta Allah. Sebagaimana kisah dari sang Manusia Super Rasulullah SAW, Allah yang memalingkan Baginda untuk tidak datang ke pesta malam dengan cara memberikan nikmat kantuk dan tertidur di perjalanan.
5. Husnul Khatimah
Di antara tanda Allah mencintai hambaNya adalah, Dia menutup umurnya dengan amal shalih. Tidak semua manusia yang mendapatkan kenikmatan ini. Sebagian manusia menghabiskan umurnya dalam ketaatan, tetapi mati dalam keadaan bermaksiat kepada Allah.
Abu Bakar berkata: ”Jika satu kakiku di dalam surga, dan kaki yang lain di luar surga, maka aku belum aman”
Jika kita melakukan maksiat, takutlah pada kematian, dan hati-hatilah kalau kita mati dalam keadaan melakukan maksiat.
Rasul Bersabda: ”Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memaniskannya”
Sahabat bertanya: ”Apa itu memaniskannya ya Rasulullah?”
Ia berkata: ”Dia akan memberi ia petunjuk untuk melakukan kebaikan saat menjelang ajalnya, sehingga tetangga akan meridhainya-atau ia berkata- orang sekelilingnya” (HR. Al Hakim)
Demikianlah ketika Allah mencintai kita, maka kita harus menyadari bahwa Kita hanyalah manusia biasa, bukan malaikat yang tak memiliki hawa nafsu. Kita adalah manusia, makhluk dinamis yang tak pernah puas dengan keadaan, maka dalam rute perjuangan hidup itu hawa nafsu adalah musuh terberat kita, karena pada hakikatnya ia menyatu dengan diri, yang ketika dikelola akan memberikan energy positif untuk perubahan, namun ketika ia diperturutkan , maka nafsu itulah yang akan menghancurkan kita.
Terakhir, lawanlah hawa nafsu itu tetaplah berjuang untuk sensitive, terhadap pemuasannya yang pada akhirnya mengantarkan kita pada dosa. Selamat berjuang semoga Allah selalu bersama kita.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/10/23294/sensitivitas-tanda-allah-masih-mencintai-kita/#ixzz2BRyf8zdP

Jumat, 02 November 2012

JANGAN MENYEPI DARI DAKWAH

Sardini Ramadhan
Hati-hati dengan kesepian. Inilah salah satu penyakit yang mampu menggerogoti semangat berkarya, beramal dan berdakwah. Dulu ada sebagian kaum berilmu yang menyepikan diri dari pergaulan bersama umat karena ingin fokus dalam beribadah kepada Allah SWT. Tidak mau disibukkan dengan aktivitas lain yang akan mengganggu konsentrasi ibadahnya.
Benarkah pendapat seperti diatas? Saya hanya ingin memberikan penegasan bahwa berpendapat seperti diatas sebenarnya sangat tidak salah saat umat semuanya sadar menjalankan syariat agama? Namun sekarang masih banyak kita dapati umat yang antipati menjalankan ajaran agamanya. Masih banyak orang mengaku Islam tapi tak pernah patuh menjalankan ajarannya. Lalu kalau banyak orang sholeh yang tergoda untuk menyepi dan meninggalkan kebisingan dunia, siapa yang akan menyadarkan orang-orang yang mengaku beragama tapi tak mau menjalankan syariat agamanya itu? Siapa yang memberikan pencerahan bagi umat yang semangat beribadahnya memburam? Siapa yang bangkit melawan tontonan kemaksiatan yang memerihkan mata? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Saudaraku, mari hentikan aktivitas menyepi kita. Menyepi dari urusan umat. Menyepi dari aktivitas dakwah. Sesungguhnya dakwah adaah urusan kita yang sudah tersinari dengan cahaya hidayah. Mengapa kita berhenti dari aktivitas mulia ini. Biarlah yang lain berhenti dari aktivitasnya karena godaan-godaan dunia yang tak mampu dilawannya. Tapi pastikan kau bukan dibarisan orang-orang yang tergoda itu. Biarlah yang lain menyepi karena virus merah jambu yang membuat nyali berjuangnya mati. Tapi pastikan itu bukan engkau. Biarlah yang lain pergi asalkan kau tetap berada dibarisan ini.
Kita amat tahu godaan-godaan untuk menyepi itu sangat banyak menyapa. Memanggil kita dengan sangat kerasnya untuk menghampirinya. Tapi jangan pernah tergoda. Keindahan surga dan kenikmatan bersaudara terlalu sayang untuk kita tinggalkan.
Saudaraku, kenapa panggilan untuk menyepi itu semakin kuat godaannya? Jawabannya karena kita telah kehilangan kenikmatan beribadah kepada Allah. Coba periksa tilawah Qur’an kita. Apakah tilawah itu mampu meresap dalam sanubari kita? Coba cek sholat kita, apakah sudah kita kerjakan dengan khusyuK? Coba amati sholat dhuha dan tahajud kita, sudahkah mampu kita kerjakan dengan rutin? Coba cek kedekatan kita dengan saudara-saudara seperjuangan, semakin renggang atau semakin erat?
Ketika sholat tak mampu lagi khusyuk, ketika tilawah Qur’an tak lagi menenangkan jiwa. Ketika dhuha dan Qiyamullail sudah semakin sering ditinggalkan. Ketika kita semakin jauh dari saudara-saudara seperjuangan. Waspadalah, itulah yang menyebabkan virus untuk menyepi dari jalan dakwah berkembang biak. Ketika virus-virus keinginan menyepi itu tak segera dibasmi maka dia akan menjadi penyakit dakwah yang mematikan. Hampir dapat dipastikan pengidapnya akan meninggalkan jalan menuju surga yang pernah dilaluinya selama ini. Ketika pengidapnya telah berjamaah maka akan dipastikan kapal jemaah dakwah itu akan hancur berkeping-keping. Selanjutnya kehancuran kapal jemaah dakwah akan menghancurkan jati diri umat terbaik. Dan hancurnya jati diri umat terbaik akan menghancurkan kehidupan.
Sesungguhnya dunia ini belum berakhir karena masih banyak orang beriman yang menjalani aktivitas dakwahnya dengan penuh keikhlasan dan ketundukan. Regenerasi orang beriman hanya tercipta dari kemauan para pendakwah mengorbankan waktunya, hartanyanya dan bahkan hidupnya dalam mengajarkan syariat-syariat Allah. Mari waqafkan kehidupan kita untuk menghadirkan generasi-generasi orang beriman yang patuh pada perintah Allah SWT. Jangan tergoda untuk menyepi karena bagi kita dakwah adalah nafas kehidupan yang membuat usia hidup kita masih bertahan lama.

Senin, 15 Oktober 2012

Taujih :Perubahan Yang Bergegas

I LOVE ALLAH
Ust. Rahmat Abdullah
Copy from : www.hasanalbanna.com
Hari ini baik kalangan pergerakan, pengamat politik dan futurolog, sama-sama sukar memprediksi kejadian- kejadian di depan. Ada percepatan yang tak seorangpun dapat mengklaim bahwa itu hasil usahanya sendiri. Amerika ataupun Sovyet sama sekali tak pernah membayangkan betapa negeri adi daya itu akan bubar semudah penonton topeng monyet atau gerombolan katak yang ditumpukkan di atas baki.
Kalau ada hal perubahan yang mudah menyentak perhatian kita, mungkin itu perubahan bendawi. Dan, ini berarti kekayaan. Dunia kerap berdecak kagum oleh kemajuan teknologi. Efisiensi, pragmatisasi dan ekonomisasi segala gerak terjadi dengan cepat dan mencengangkan. Setelah berabad-abad merambat, akhirnya manusia berubah dengan cepat. Itu mengagumkan- lepas dari dampak negatif yang selalu datang menyusul puluhan tahun kemudian sesuai denganm karakter ilmu yang mempunyai daya koreksi, walaupun kadang terlambat. Seharusnya ia mampu melihat kedepan dan menyelesaikan kekurangannya sendiri, tidak hanya secara kumpul pengalaman tetapi teropong jauh ke depan, analitik, sistematik dan proyektif.
Mencegat ketertinggalan
Kebudayaan materialistik telah membuat para pakar berdecak kagum, seraya meluap-luapkan bayang-bayang darah, kerangka, dan tengkorak. Begitu banyak rakyat yang di korbankan demi ‘mercusuar’ peradaban.  Sebutlah tujuh keajaiban dunia, dari Pyramida, Tembok Besar Cina sampai Borobudur. Semua adalah produk peradaban besar yang harus di akui oleh mereka yang bersedia menjustifikasi semua kezaliman atas nama keharuman kolektif dan kebanggan bangsa.
Berapa lama waktu yang ditunggu untuk terjadinya perubahan teknologi, modernisasi dan peradaban kebendaan di dunia Islam? Semoga bukan apatisme jika Sayid Quthb mengesankan pesimisme tersebut dengan angka: tiga abad. Itupun jika bangsa-bangsa yang  telah jauh melaju tiba-tiba menghentikan lari mereka. Lalu da’wah macam apa yang dapat kita berikan kepada bangsa-bangsa yang hanya mau mendengar dari mereka yang survive dan unggul dalam segala bidang kehidupan material? Kita yang dalam bidang pemikiran dan keruhanian pun belum cukup punya alasan untuk memimpin. Ada yang sangat bingung dengan tantangan ini. Lalu menawarkan solusi untuk membongkar-pasang habis-habisan manhaj yang sangat terpelihara ini. Mereka bagaikan penumpang kendaraan sempurna, yang karena tak tahan oleh bantingan-bantingan di atas jalan yang penuh kubangan, dengan ‘pintar, kultural dan liberal’ menawarkan solusi. ‘Mesinnya harus kita bongkar’. Atau lebih mengharukan lagi komentar seseorang mereka: ‘Ini pasti karena kerusakan kaca spion’.
Persoalan sekarang terkait dengan mentalitas ‘Apa kita mampu?’ atau Apa mereka mau percaya?’  Perlukan sebuah keberanian dan keyakinan diri untuk memilih islam sebagai solusi. Namun bagaimana cara meyakinkan si sakit untuk mau berobat dan meyakinkan yang sehat bahwa obat yang ia konsumsi itu patut dipasarkan. Ia tak boleh tampil dengan tubuh yang ringkih dan kesehatan yang mencemaskan.
Perubahan cepat di Zaman Awal
Mereka yang mengukur keberhasilan perubahan dari sudut pandang kebendaan akan sangat kecewa.  Dimana mereka bisa temukan prasasti kejayaan Rasul? Mereka bukan kelas para ‘pencipta’ keajaiban dunia –para kaisar yang orang tak peduli lagi apakah meraka mau mengukir, memahat dan membangun kegemilangan ‘abadi’ di atas tulang belulang dan gelimang darah rakyat-. Mereka akan lelah untuk bisa mengiyakan pesan agung Al- Musthafa Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam:   “Sebaik- baik kurun (generasi, abad) ialah kurunku, kemudian yang  sesudahnya, kemudaian yang  sesudahnya”. Kalau ada abad-abad yang menjadi monumen peradaban materi, orang pun banyak mengkaitkannya dengan Timur Persia atau Barat Yunani, bukan pada hasil taghyir  fundamental yang mulai dicanangkan dari bukit Shafa, bahkan dari rumah Fatimah bin Khattab dan rumah Al Arqam bin Abi Arqam.
Ka’bah bangunan monumental terbesar yang menjadi saksi dan disaksikan sejarah itu kosong. Tak ada pahatan patung-patung pujaan. Tak ada altar penyembahan dewata. Ia dan Batu Hitam (Hajar Aswad) tak pernah disembah, bahkan oleh orang paling musyrik di saat kemusyrikan itu berjaya. Tak ada kisah mobilisasi dan instruksi kerja paksa dari seorang raja yang sabdanya tak terbantahkan. Apa yang mau di wariskan ummat ini sebagai kalimat keabadian(kalimatan baqiyah), bila mereka tak dapat  kelurusan tauhid, kemuliaan pribadi, kecemerlangan akhlaq dan keceriaan bashirah, seperti yang telah diperankan Al –Khalil Ibrahi As? Haruskah menunggu tiga abad untuk mengejar peradaban material barat, dengan satelit khayalan dan pesawat mimpi, lalu menganngap mereka tidur? Ya, mereka mungkin akan segera hancur oleh napza, zina dan kebebasan seks, bahkan oleh perang dan perpecahan. Lalu mana saham ummat terbaik bagi tenggelamnya kezaliman akhir zaman. Buku Ma’alimfith Thariqmencatat tiga hal utama yang memicu dan memacu Taghyir pada generasi pertama dakwah. Pertama, mereka menuntut ilmu untuk suatu action dan perubahan bukan semata-mata koleksi ilmu. Kedua, mereka memutuskan hubungan dengan masa lalu jahiliyah dan tak ingin kembali ke masa lalu, walaupun sekejap. Ketiga, mereka tegak di hadapan Al-Qur’an dengan penuh kesiapan, seperti seorang Prajurit siap siaga menerima aba-aba.
Sukar membayangkan suatu perubahan dari masa lalu yang begitu berkarat, gelap dan bejad menjadi begitu cemerlang. Bayangkan dunia tanpa perubahan ini, lalu renungkan dimana dunia dapat menemukan kata ‘kemanusiaan, kesamaan, hak-hak asasi, ilmu pengetahuan, masyarakat madani, keadilan, kehormatan ibu dan perempuan, damai dan perang yang biadab….., dan seterusnya.’
Gen Ringkih
Gema taghyir (perubahan) sempat bergemuruh di negeri ini di awal abad 20. Ayat yang telah ribuan kali dibaca datang memberi pencerahan : “Sesungguhnya Alloh tak akan mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu mengubah nasib mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’d : 11). Namun yang terjadi, yang penting ada perubahan dari kita, karena Tuhan hanya akan ‘ikut’ mengubah sesudah kita mengubah nasib kita sendiri. Belum terpikir apa prioritas urutan perubahan. Bila sedangkal ini pengertian taghyir, niscaya kaum atheis semakin semakin yakin akan atheisme mereka, karena Tuhan tak berbuat apapun, kecuali bila kita berbuat.
Semangat untuk merdeka dikobarkan dengan berjuang, bukan dengan berpangku tangan. Mungkin karena refleksi kemiskinan, keterjajahan dan ketertinggalan, maka fokus utama taghyir baru sebatas ‘go to hell’ nya Belanda dengan membawa pulang kulit putih, rambut pirang dan mata biru mereka. Mereka pergi mewariskan begitu banyak masalah yang terlalu mahal untuk di laundry: Undang-undang, budaya, tradisi politik, mentalitas dan lain-lain. Tiga perempat abad telah berlalu, banyak yang berubah dibangsa ini. Adakah respon selain respon perubahan-perubahan artificial?
Jiwa-khususnya yang ringkih- menjadi perhatian utama perubahan permukaan hanya akan hidupsekejap. Kurun-kurin lalau memperlihatkan begitu banyak produk manusia berjiwa, bekarakter, dan berenergi besar. Mereka mengalahkan segala persoalan berat, membuat yang jauh menajadi dekat, bahkan ‘membuat mungkin’ segala yang selama ini mustahil. Timur dan Dunia Islam mengidap penyakit berat yang pernah diidap Bani Israil: kufur akan nikmat akal dan daya hidup. Akhirnya mereka hanya bisa menyumpahi persoalan dan bukan memecahkannya. Mereka memandang dunia dengan muram. Perubahan menjadi ‘monopoli andalan’ kalangan elit dan monopoli yang tak berbagi; “…Pergilah engkau hai Musa dengan Tuhanmu lalu berperanglah, kami tetap akan duduk-duduk di sini.” (QS. Al-Maidah:24).
Ya, setiap penyakit pasti ada obatnya, kecuali jiwa ringkih (huzalul ruh) yang tak pernah Menginginkan perubahan!

Jumat, 12 Oktober 2012

Taujih Menggugah Jiwa


Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya yakin Antum semua di bulan Ramadhan kemarin telah mengkhatamkan Alquran. Tinggal masalahnya, berapa kali khatam?Ikhwah fillah. Interaksi kita dengan Alquran baru akan terwujud ketika kita merasa dibimbing Alquran dalam setiap interaksi kita, termasuk pengalaman-pengalaman hidup kita. Pola interaksi kita dengan Alquran itulah yang harus kita tingkatkan, agar Alquran benar-benar memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita.
Ikhwah fillah. Salah satu kandungan Alquran adalah sejarah yang berisi fakta-fakta kemudian ditafsirkan. Tujuan utamanya bukan menguasai fakta-fakta itu, tetapi bagaimana kita mengambil pelajaran dari fakta-fakta sejarah tersebut.
Kisah Alquran yang erat kaitannya dengan kehidupan bernegara, di antaranya adalah kisah Nabi Yusuf, Nabi Sulaiman, dan Nabi Musa vs Penguasa kala itu.
Nabi Musa mengajarkan kepada kita tentang bagaimana memposisikan diri sebagai oposisi. Nabi Yusuf mengajarkan kepada kita konsep dan aplikasi tentang “musyarakah” sehingga kisahnya yang berawal di penjara dapat berujung di istana. Berbeda lagi kisah tentang Nabi Sulaiman, yang bercerita tentang bagaimana jika agama telah mampu menguasai negara.
Ketiga cerita tersebut meskipun berbeda, tetapi mempunyai persamaan:
(1) Konflik
Baik ketika beroposisi, bermusyarokah, maupun menguasai negara, konflik itu selalu ada. Bahkan (cikal bakal) konflik antara Nabi Musa dan Fir’aun telah ada jauh sebelum Nabi Musa lahir, yaitu keinginan Fir’aun melenyapkan setiap bayi laki-laki karena dikhawatirkan akan menyingkirkan kekuasaannya.
Konflik adalah salah satu bentuk cobaan Allah kepada manusia. Manusia yang paling keras cobaannya adalah para nabi dan orang-orang yang paling “mirip” dengan para nabi itu (orang-orang shalih).
Konflik itu biasa, bahkan konflik antara Yusuf dan Benyamin (satu ibu-satu bapak) dengan saudara-saudaranya yang juga anak-anak keturunan Nabi (keluarga Yusuf, 4 generasi ke atas adalah Nabi semua) hingga berujung pada skenario pembunuhan. Apalagi hanya dalam sebuah organisasi atau negara. Kata Sayid Qutb: kita tidak bisa memilih untuk tidak berkonflik, yang bisa kita pilih adalah di kubu mana kita berada.
Khusus cerita Yusuf kita dapati konflik terjadi karena kecemburuan akan kadar keikhlasan saudara-saudaranya. Maka, prinsip dakwah kita yang pertama dan utama adalah salamatush-shadr (lapang dada, wujud ukhuwah paling minimal -ed).
(2) Konspirasi
Hal yg patut dicatat: ayat-ayat yang berkaitan dengan konspirasi kepada para nabi itu dikaitkan dengan keimanan kepada Allah dan kepada taqdir, supaya kita punya keyakinan bahwa Allah-lah yang mengendalikan semuanya. Dia-lah sebaik-baik pembuat tipu daya.
Kita lihat bagaimana kisah Nabi Musa yang diselamatkan Allah dengan mengantarkan beliau ke istana Fir’aun melalui Sungai Nil kemudian ditemukan oleh isteri Fir’aun. Siapakah yang mengendalikan pikiran isteri Fir’aun sehingga Musa diselamatkan dan diijinkan menikmati hidup di istana? Bukankah sebelumnya Fir’aun ingin agar setiap bayi laki-laki dibunuh? Mengapa dia justeru setuju untuk membesarkan Musa di istananya? Allah telah mengubah persepsi Fir’aun dan isterinya sehingga menyelisihi niatnya sendiri.
Ingat pertempuran Fir’aun dan Musa, ketika Musa terjepit Ia justru lari ke laut. Logika perang modern dimana-mana kalau terjepit larinya ke gunung atau hutan bukan ke laut. Maka tatkala Fir’aun mengetahui hal itu, ia dan pasukannya besorak karena sangat mudah menghancurkan Musa dan pengikutnya. Tapi Allah punya rencana, diperintahkan Musa memukulkan tongkat ke laut dan terbelah-lah lautan. Fir’aun pun tak sempat berpikir panjang, mengejar ke tengah lautan yang terbuka, dan ia pun binasa ditelan lautan.
Demikian pula, siapakah yang mengendalikan pikiran saudara Yusuf sehingga mereka hanya menceburkan Yusuf ke dalam sumur, dan bukan membunuhnya? Ingat, sebab utama konflik antara Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya adalah KECEMBURUAN, yang berakhir pada konspirasi untuk membunuh Yusuf as.
Jika kita punya kesadaran tentang kekuasaan Allah, tidak boleh ada ancaman yang membuat kita berhenti bergerak dan berjuang. Maka, jangan pernah memandang besar dan kuat terhadap musuh-musuh kita. Allah-lah yang memberikan kita kekuatan dan persepsi itu.
(3) Jarak
Yang dimaksud di sini adalah jarak antara mimpi dan realisasi atas mimpi itu. Kita harus punya optimisme bahwa mimpi kita pasti terwujud. Harus punya nafas perjuangan yang panjang agar mimpi kita terwujud. Berapa lama jarak antara mimpi Nabi Yusuf dan realisasi kekuasaan beliau? Salah satu riwayat menjelaskan, jarak itu adalah 40 tahun. Kesabaran Yusuf itulah yang menjadikannya dimenangkan oleh Allah SWT.
Kesabaran adalah faktor yang sangat penting dalam suatu perjuangan. Kisah nabi Yusuf antara dibuang saudara-saudaranya dengan realitas mimpi ayahnya nabi Yakub, bahwa saudara-saudara akan menyembah/sujud ke nabi Yusuf, adalah sekitar 40 tahun (8x pemilu), riwayat lain 80 tahun (16x pemilu).
Jatuh bangun dalam pilkada, pileg, adalah biasa dalam pendakian menuju kemenangan. Yang pasti, kita harus terus naik, meskipun dlm perjalanan naik itu kadangkala butuh istirahat. Kalaupun kita menang pilkada bahkan memenangkan negara ini masih akan panjang perjuangan (tantangan dan konfliknya). Usai memenangi negara kita harus berjuang dan berkonflik memenangkan tahap berikutnya hingga sampai ustadziyatul ’alam.
Jadi miliki nafas yang panjang, jangan pernah patah arang apalagi hanya karena survey.
Siapa yang akan menang, adalah mereka yang berumur lebih panjang: stamina tetap, teknik semakin baik. Pemimpin Bosnia kala tahun 1994 diwawancarai oleh Fox News ditanya tentang masa depan Bosnia, beliau mengatakan, “Yang memenangi peperangan ini bukanlah yang membunuh lebih banyak jiwa, tetapi siapa yang bisa hidup lebih lama.” Fakta sejarah menunjukkan bahwa pada akhirnya Serbia pergi dan Bosnia berdiri merdeka.
Yakinlah kapanpun itu kita akan tetap menang pada akhirnya. Mana lebih lama umur negara atau agama? Imperium Romawi-Yunani sekarang mana? Tapi agama yang dulu pernah mereka kalahkan sampai hari ini masih tetap ada. Maka karena kita berjuang untuk agama ia akan selalu menang! Politisi menciptakan voters, tapi agama menciptakan Followers. Kuat mana voters dan followers?
(4) Mindset
Baik Nabi Yusuf, Musa, maupun Sulaiman, ketiganya punya mindset sebagai PEMENANG, bukan pengabdi. Coba perhatikan, Doa Nabi Sulaiman yang sangat dahsyat: Robbii hablii mulkan laa yanbaghii li ahadin min ba’dii. Sulaiman minta negara dan ia minta negara itu tidak diberikan kepada selainnya.
Kita doanya apa? kita doa minta istri, anak-anak sholeh, dan semua itu diberikan oleh Allah. Tapi pernahkah kita berdoa minta negara?
*Sulaiman bukan hanya minta negara, tapi negara/kekuasaan yang tak diberikan Allah kepada setelahnya*
Kalau kita tak pernah meminta (berdoa) minta negara akankah Allah berikan kita negara ini? Oleh karena itu mari kita tambah doa-doa kita dengan doa Sulaiman.
*Kalau kita minta negara maka Allah akan sertakan segala isinya, tapi kalau kita hanya minta suami, istri, anak sholeh belum tentu negara akan diberikan pada kita. Sulaiman karena doanya itu menurut riwayat istrinya 99, bahkan Daud istrinya 1000*
Berdoalah kepada Allah agar kita diberikan kekuasaan yang dengannya kita memperbaiki umat dan bangsa ini. Bahkan lebih daripada itu, kita akan tunjukkan peran kita di muka bumi ini.
Apakah Antum siap untuk mengubah mindset sebagai pemenang? Apakah Antum siap memenangkan dakwah ini? Yakinkah Antum dengan kemenangan yang akan Allah berikan?
Ditulis oleh: Andri PS
Sumber: http://www.pkspiyungan.org/

Cukup Kami Menjagamu

Lathifah M. MA.

Sesungguhnya Kami menjaga [memelihara] kamu daripada [kejahatan] orang-orang yang memperolok-olokkan [kamu] (QS. AL HIJR : 94)

Innalillahi wa inna ilaihi Rajiun. Begitulah islam mengajarkan kepada kita ketika kita menghadapi sebuah musibah. Musibah apa saja, baik kaitannya dengan diri kita, keluarga kita, ataupun musibah yang sedang dihadapi oleh ummat kita, ummat Islam. Ucapan yang pada hakikatnya mengembalikan secara total urusan kita kepada Allah.

[Yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun".  (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157). Al Baqarah.

Salah satu musibah yang sedang dihadapi oleh ummat islam saat ini yaitu musibah penghinaan  kepada salah satu symbol kaum Muslimin. Pelecehan kepada nabi mereka. Peghinaan ini tentunya tidak ada maksud lain, kecuali bahwa secara sengaja mereka menghina syariat Islam. Dimana Nabi Muhammad sebagai symbol Islam, sebagai sang pembawa risalah Islam, disudutkan dari berbagai arah. Masih ingat dibenak kita, beberapa tahun lalu tentang karikatur yg digambar oleh seorang Danish, kini kaum muslimin kembali dikejutkan dan dibuat marah oleh sebuah film berdurasi dua jam yang dengan sangat teganya menampilkan sosok Muhammad jauh dari ajaran yang dibawa. Marah, bergejolak, bahkan demo di mana2. Gerakan anarki yg membersamai demo juga terjadi di berbagai Negara yang puncaknya melibatkan pembunuhan seorang duta besar US di sebuah Negara. Inna lillahi wa inna ilaihi Rajiun.

Jika kita menelaah sejarah para Rasul yang berujung kepada sejarah penghulu para Nabi, kita lihat bahwa hampir semua mendapatkan musibah dalam dakwahnya. Semuanya mendapatkan hinaan, pelecehan, bahkan juga penyiksaan oleh kaumnya. Bedanya para Rasul itu dengan penghulu para Nabi ini, bahwa penghinaan yang ditujukan untuk mereka selesai dengan wafatnya mereka. Tapi tidak dengan penghulu para Nabi, Muhammad nan agung. Walaupun sudah 1400 tahun lalu beliau telah wafat, tapi dari masa ke masa, penghinaan dan pelecehan kepadanya masih terus dan akan terus digencarkan oleh mereka yang tidak suka dengan Islam, mereka yang ingin memfitnah dan mangadu domba serta ingin membuat kerusakan dalam ummat Islam, mereka yang di hatinya terdapat kedengkian yang dalam terhadap ummat Islam.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk [yang benar]". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (120)
Tetapi semua usaha mereka tidak akan bisa mempengaruhi kaum muslimin, kecuali menambah keyakinannya dan kecintaannya terhadap agama Islam. Justru karena inilah, Islam semakin dikenal semakin menjadi bahan perbincangan yang berbuntut pada pertambahan jumlah orang2 yg masuk Islam. Allahu Akbar !

Allah menjaga RasulNya

Dalam beberapa tempat di Al Qur’an, Allah menegaskan bahwa Allah lah yang akan menjaga RasulNya.
  • 1.       Surat Al Hijr : 94-96
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan [kepadamu] dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (94) Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada [kejahatan] orang-orang yang memperolok-olokkan [kamu], (95) [yaitu orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah; maka mereka kelak akan mengetahui [akibat-akibatnya]. (96)

  • 2.       Surat Al Baqarah : 137
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan [dengan kamu]. Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (137)

  • 3.       Surat Al Maidah : 67
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan [apa yang diperintahkan itu, berarti] kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari [gangguan] manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (67)

Janji Allah kepada RasulNya, bahwa Dialah yang akan menjaga Rasul dari semua penghinaan dan cacian yang ditujukan padanya, entah melalui adzab di dunia sebelum mereka menjemput adzab di akhirat ataupun jika selamat dari adzab dunia, tentu tak luput dari adzab akhirat.  “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya  Allah akan mela’natinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. (A Baqarah : 57)

Dalam riwayat Bukhori Muslim, Abdullah bin Mas’ud bercerita bahwa suatu ketika Rasul sedang sholat di sebelah ka’bah, salah seorang Kafir Quraisy mengumumkan siapa yang berani membawa kotoran2 hewan untuk dibawa dan diletakkan di atas punggung Rasul ketika sujud. Dan betul, salah seorang mereka melakukannya hingga yang lainpun mentertawakan kejadian tsb. Hingga ada seorang yang mengadu kepada Fatimah yang masih seorang gadis kecil, Fatimah lalu datang dengan penuh amarah, membersihkan punggung ayahanda yang masih dalam kondisi sujud sembari kembali marah-marah dan memperolok mereka. Hingga Rasul selesai sholat, beliau lalu berdoa :

اللهم عليك بقريش، اللهم عليك بقريش، اللهم عليك بقريش
اللهم عليك بعمرو بن هشام، وعتبة بن ربيعة، وشيبة بن ربيعة، والوليد بن عتبة، وأمية بن خلف، وعقبة بن أبي معيط،وعمارة بن الوليد

ya Allah, kuserahkan padaMu urusan kaum Quraisy, 3x. ya Allah, hanya kepadamu urusan Amr bin Hisyam, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabiah, Walid bin Uthbah, Umayyah bin Kholaf, Uqbah bin Abi Mu’ith, dan Imarah bin Walid.

“Demi Allah”, demikian lanjut Ibnu Mas’ud yang meriwayatkan hadits ini. “saya sungguh melihat mereka telah sekarat pada perang badar, dan ditarik menuju sumur Badar”.

Masih dalam riwayat Bukhori Muslim, kisah Hijrah Rasul ke Madinah ketika Rasulullah dan Abu Bakar dengan selamat keluar dari Makkah menuju Madinah, juga kisahnya ketika dalam perjalanan bertemu dengan Suraqah bin Malik yang memang ingin membunuhnya, tetapi Allah menjaga Rasulnya. Suraqah yang berniat membunuh, tetapi jauh dari berhasli, malah ia kembali ke Makkah dan menjadi salah seorang yang membela Rasul dalam hijrahnya.

Kita ingat pula bagaimana dua orang Raja dengan sikap yang berbeda. Kisra, Raja Persia, ketika datang kepadanya seorang duta dari Rasulullah mengirimkan kepadanya sebuah surat yang isinya ayat2 Allah, tapi ia tak mau menerima bahkan ia langsung merobek2nya. Bagaimana nasib kerjaannya setelah itu ?. bandingkan dengan Kaisar Romawi yang mengagungkan surat dari Rasulullah, walaupun ia tidak menerima dakwah islam, tetapi surat Rasul ia agungkan, ia simpan di kaca dengan rapi, Allah pun menjaga kerajaannya dari keruntuhan.

Dan masih banyak lagi kisah2 tentang penjagaan Allah terhadap RasulNya. Ummat Islam harus yakin tentang ini. Sekali lagi, bahwa Allah akan senantiasa menjaga RasulNya.

Hikmah dari Musibah

Dalam tiap musibah, selalu ada hikmahnya, sama dengan musibah yang sedang dialami oleh kaum Muslimin. Sebagai seorang muslim yang yakin bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah.
  • 1.       Diberitakan bahwa kejadian ini menjadikan Nabi Muhammad dan Islam semakin terkenal, mereka yang tidak kenal menjadi penasaran dan belajar lebih jauh hingga akhirnya banyak yang memeluk Islam.
  • 2.       Menyadarkan kaum muslimin untuk bersatu padu dalam barisan yang teratur membela Rasulullah dengan cara yang sesuai dengan syariat Islam.
  • 3.       Menambah keyakinan di dada kaum muslimin bahwa Rasulullah adalah utusan Allah, menambah keimanan terhadapnya, dan lebih mencintainya.

Sikap Kaum Muslimin

Nah bagaimana dengan kita ?. Apa yang sebaiknya kita lakukan terkait kejadian ini?. Kecintaan kepada Nabi adalah kewajiban Islami. Kecintaan kepada Nabi mutlak perlu pembuktian. Ia tidaklah ocehan dalam lisan semata, tidak pula ia hanya sekedar orasi di atas panggung, pun tidaklah sekedar ekspresi pena di atas kertas.

Ada banyak cara yang bisa lakukan untuk membela Nabi Muhammad, setidaknya ada beberapa level: level individu, level keluarga dan masyarakat, level Ummat serta para Dai dan ulama’.  Tetapi penekanan kali ini hanya pada dua level pertama saja.

Level Individu :
  • 1.       Bertafakkur tentang mukjizat Rasul, yang menunjukkan secara pasti bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Mukjizat yang dibawanya membuktikan bahwa ia adalah Rasul dari Tuhan alam semesta.
  • 2.       Belajar tentang ayat2 dan hadits2 terkait perintah ketaatan kepada Allah dan RasulNya, perintah untuk mengikutinya.
  • 3.       Merasakan rasa cinta kepadanya, juga merasakan rasa cinta Rasul kepada ummatnya. Merasakan kerinduan ingin bertemu dengannya. Mengakui segala keutamaannya atas ummatnya, mengakui bahwa ia adalah manusia agung yang disempurnakan akhlaqnya oleh Allah.
  • 4.       Menisbatkan segala kebaikan kepada Rasul setelah dinisbatkan kepada Allah. Bahwa karena Rasulullah kita dapat menikmati islam.
  • 5.       Mencintainya dan membelanya sesuai dengan kemampuan, membelanya dengan hal2 yang dibolehkan oleh syariat.
  • 6.       Beriltizam dengan sunnah2nya, selalu bershalawat jika disebut namanya.
  • 7.       Belajar tentang sirahnya, tentang akhlaqnya untuk djadikan qudwah dan teladan dalam kehidupan sehari2. 
  • 8.       Waspada dan tidak mencemooh sunnahnya dan ajaran yang dibawanya.

Level Keluarga dan Masyarakat :

  • 1.       Mendidik anak2 untuk cinta kepada Nabi.
  • 2.       Mengenalkan kepada anak2 tentang Nabi.
  • 3.       Memberikan teladan kepada mereka yang bersumberkan teladan Rasul.
  • 4.       Mengajarkan sunnah2nya, doa2 harian kepada mereka.
  • 5.       Menghidupkan sunnah2nya dalam kehidupan sehari2.
  • 6.       Mengajarkan tentang hadits2 Nabi.
  • 7.       Mendidik mereka akhlaq nabawi.
  • 8.       Menyemangati mereka untuk mau menyimpan sebagian uang saku untuk digunakan praktek akhlaq Nabi : memberi makan, memberi shodaqah kepada faqir, dll.

MUHASABAH DIRI

  • 1.       Apakah dinamakan cinta kepada Nabi jika ternyata hanya satu dua baris saja yang bisa kita ceritakan tentangnya ?
  • 2.       Apakah dinamakan cinta, jika masih banyak perbuatan dan ucapan kita jika Rasul melihatnya ia akan marah ?
  • 3.       Apakah dinamakan cinta, jika msh ada di hati kita tertawa atas orang2 yang mengamalkan sunnah dan ajarannya ?
  • 4.       Apakah dinamakan cinta, jika ternyata jauh dari sunnah2nya ?
  • 5.       Jika mengaku cinta, sudahkah kita cinta apa yang dicintainya ? sudahkah kita membenci apa yang dibencinya ?
  • 6.       Jika mengaku cinta, sudahkan kita bersalawat untuknya jika disebut namanya ?
  • 7.       Jika mengaku cinta, pernahkah kita berdoa kepada Allah semoga kita dapat bertemu dengannya di surge nanti dengan karunia Allah ?
  • 8.       Jika mengaku cinta, sudahkan kita berdiri dengan bangga sebagai seorang muslim yang menjalankan syariatnya ?

Ya Allah, Kami memohon kepadamu cintaMu, cinta orang2 yang mencintaiMu, cinta kepada amalan2 yang dapat mendekatkan kami kepada cintamu.



Taujih : Energi Cinta Meluruhkan Segala Dinamika


Oleh : Cahyadi Takariawan
 
Dinamika adalah keharusan dalam perjalanan dakwah. Harus selalu ada dinamika, untuk menguatkan kesadaran setiap aktivis akan hakikat amanah yang tengah diembannya. Bahwa perjalanan dakwah akan selalu bertemu dengan berbagai realitas yang tidak mesti sesuai keinginan dan harapan. Dengan dinamika ini, setiap aktivis akan selalu terjaga dan bergairah melaksanakan tugas di pos masing-masing.
Ada dinamika internal, ada pula dinamika eksternal. Sebagian aktivis mungkin merasakan kelelahan, rasa capek yang mendera pikiran, hati, perasaan dan badan. Namun sebagian lain memahami dinamika adalah bagian yang menggugah semangat dan keberanian. Apapun kondisi kita, dinamika selalu akan kita temukan di sepanjang perjalanan dakwah yang sangat menantang.
Disebabkan karena cinta kita yang luar biasa besarnya kepada dakwah, jamaah dan umat, maka kita akan selalu tegar dalam melewati berbagai dinamika yang setiap saat datang. Yang menyergap kesadaran kita tiba-tiba. Mendera kesungguhan kita sejadi-jadinya. Menggeriap memasuki relung-relung jiwa kita tanpa terasa. Tidak peduli waktu dan kesiapan kita.
Disebabkan karena energi yang kita  sediakan sangat besar bagi upaya meretas jalan dakwah ini, maka kita akan selalu sanggup menghadapi dinamika apapun yang akan terjadi. Berpagi-pagi, di tengah siang hari, ataupun di malam-malam yang sangat kelam menyelimuti, jiwa aktivis selalu dipenuhi energi. Ya, selalu penuh energi.
Energi untuk mengerti dan memahami, energi untuk mencintai, energi untuk peduli, energi untuk berbagi, energi untuk berkontribusi, energi untuk bertahan di semua kondisi, energi untuk tetap bekerja walau tengah disakiti. Energi yang selalu bertambah setiap hari.
Semuanya, disebabkan oleh karena cinta kita yang tidak bertepi kepada jalan dakwah ini.
 
Semarang, 6 Oktober 2012