SELAMAT DATANG DI BLOG KOLEKSI TAUJIH

Semoga Bermanfaat

Selasa, 01 Oktober 2013

Taujih Anis Matta: Sifat Perjalanan Dakwah Tak Pernah Sepi Dengan Tantangan

Jumat, 05 Juli 2013


Transkrip Taujih Presiden PKS Anis Matta
Graha Mandala Alam, Bandar Lampung
(Ahad, 30 Juni 2013)


Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Ikhwan dan akhwat yang saya cintai khususnya para mas’ulin di DPW Lampung juga para undangan kita (Cawagub Bachtiar Basri, Bupati Tulang Bawang Hanan A Rozak, Plt Bupati Tulang Bawang Barat Umar Ahmad, ket). Saya bersyukur sekali pagi hari ini dapat bertemu antum semuanya. Ini adalah DPW ke22 yang saya kunjungi sejak saya menjadi Presiden PKS.

Saya memutuskan untuk berkeliling ke seluruh DPW, bertemu dengan kader sejak prahara yang menimpa partai kita ini hanya untuk meyakinkan diri saya sendiri prahara ini tidak mencabut senyum dari wajah antum semuanya [audiens: Allahu akbar!]

Saya ingin meyakinkan diri saya sendiri bahwa prahara ini tidak membuat kader-kader PKS kehilangan rasa percaya diri [Allahu akbar!].  Saya juga ingin meyakinkan diri saya sendiri bahwa prahara ini adalah kiriman Allah SWT untuk memicu dan membesarkan partai kita saat ini. Insyaallah. [Allahu akbar!]

Dan itulah yang saya temukan. Itulah yang saya temukan sepanjang saya berkeliling. Dan karena itu setiap kali saya ditanya apakah prahara ini akan meruntuhkan, menjatuhkan elektabilitas PKS? Saya jawab tidak. Itu tidak akan terjadi.

Kenapa itu tidak akan terjadi? Karena justru setelah kita mendapat prahara ini kita justru mendapat kemenangan-kemenangan besar. Bukan hanya di dua provinsi besar. Bukan hanya di Jawa Barat dan Sumatra Utara tapi juga kota kabupaten di berbagai tempat. Terakhir kemarin kemenangan di Kota Bandung dengan perolehan suara sebesar 45%.

Dan insyaAllah besok 1 Juli masih ada satu lagi pilkada gubernur di Maluku Utara. Dan insyaAllah mudah-mudahan kita juga akan memenangkan pilkada gubernur ini. Yang maju saudara kita, kader kita Ust Abdul Ghani Kasuba dulu Ketua DPW Maluku Utara, lalu anggota DPR RI, sekarang Wagub. Sekarang calon gubernur. Mudah-mudahan besok kita mendapat satu tambahan berita gembira.

Saudara-saudara sekalian,

Karena itu saya percaya bahwa Allah SWT menurunkan satu kaidah dalam kehidupan kita ini bahwa semua amal iman, semua amal aqidah, semua amal yang dimulai atas nama iman dan aqidah akan mempunyai satu sifat yang ditakdirkan Allah SWT yaitu sifat PERTUMBUHAN BERKESINAMBUNGAN.

Semua amal iman, semua amal aqidah pasti ditakdirkan Allah SWT terus bertumbuh dan tak berhenti bertumbuh. Gerakan dakwah ini adalah amal iman, adalah amal aqidah yang sudah kita mulai sejak lama bahkan sebelum kita mendirikan partai politik.

Maka Allah akan takdirkan gerakan ini terus bertumbuh tanpa henti. Kita percaya pada keyakinan ini bahwa tidak ada satu kekuatan di dunia ini termasuk di negeri ini yang bisa menghentikan laju gerakan dakwah ini insyaallah.

***

Saudara-saudara sekalian,

Kita sekarang ini memang menghadapi tantangan besar. Saya yakin antum juga merasakan bagaimana tantangan ini menekan perasaan kita semuanya. Tapi marilah kita persepsi tantangan ini dengan cara yang lain. Dalam persepktif iman. Kita kembali pada Al Quran kita kembali pada sejarah para nabi kita untuk mencari inspirasi tentang bagaimana mereka memandang tantangan-tantangan seperti ini.

Tantangan yang pertama kita hadapi tentu saja tantangan dari luar: dari para kompetitor kita. Dan saya kira antum tahu tantangan apa yang sedang kita hadapi ini. Tapi yang penting bagi kita bukanlah tantangan itu, yang penting adalah cara kita mempersepsi tantangan tsb.

Nah ikhwah sekalian,

Tidak pernah ada dalam sejarah nabi-nabi itu satu model kehidupan yang ringan. Tidak pernah ada hidup yang santai. Hidupnya selalu keras. Tapi mereka selalu santai dalam menghadapi tantangan yang keras itu. Tahu kenapa? Karena mereka percaya bahwa tidak ada satu peristiwa yang terjadi tanpa kehendak Allah SWT. Itu yang mereka percaya.

Bahkan ketika Nabi Yunus ada dalam perut ikan hiu. Apa yang bisa dilakukan orang dalam perut ikan hiu? Masih ada. Doa. Doa itu juga pekerjaan. Apa doa Nabi Yunus? Jadi Yunus cuma berdoa memuji Allah dan mengakui kesalahannya. Subhanaka inni kuntu minazh zholimiin. Itu yang terus diucapkan. Dan alhamdulillah ia dilepehkan oleh ikan hiu itu.

Kata orang Palestina pada orang Yahudi: silakan minum darah kami. Itu darah pahit..

Iman kepada takdir ini, satu dari 6 rukun iman,  yang harus kita perbaharui lagi dalam diri kita semua. Memahami makna takbir yang kita ucapkan. Bahwa Allah Maha Besar dan semua yang lain itu kecil. Dan kita percaya bahwa apapun yang terjadi di bumi ini atas kehendak Allah SWT.

Sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW, jika seluruh dunia ini berkumpul memberi manfaat tidak akan ada manfaat kecuali yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT dan sudah ditulis sebelumnya. Begitu juga tidak akan ada satu mudharat walau seluruh manusia berkumpul kecuali apa yang sudah ditetapkan Allah SWT. Dalam perspektif iman inilah seharusnya kita menghadapi,  meyakini, mempersepsi dan melihat seluruh tantangan besar yang sedang kita hadapi.

Nah ikhwah sekalian,

Kalau kita ukur dengan tantangan yang dihadapi oleh generasi dakwah terdahulu tidaklah terlalu besar. Tapi ini adalah sifat perjalanan dakwah yang tidak pernah sepi dengan tantangan. Bukan hanya sebelum berkuasa. Bahkan setelah berkuasa juga tantangan tak akan hilang. Lihat Turki. Erdogan bekerja keras 10 tahun meningkatkan taraf hidup masyarakat, mengangkat nama Turki di dunia dan menciptakan kemajuan yang luar biasa. Tiap hari diganggu.

Mesir juga sama. Justru tantangan makin besar.  Jadi ini sifat perjalanan ini. Maka kita harus menyiapkan diri, menyiapkan mental untuk jenis perjalanan yang seperti ini.

Jika kita kembali pada tantangan dari luar, serangan-serangan pada PKS ini, saya ingin menjelaskan satu kaidah. Bahwa dalam quran ayat konspirasi bukan hanya dihubungkan dengan takdir tapi juga yang bagus bahwa kerja konspirasi hanya dinisbatkan pada dua pihak. Pertama pada orang kafir, kedua pada Allah SWT. Tidak ada yang dinisbatkan kepada orang beriman.

Misalnya, Allah mengatakan wamakaru wama karallah. Mengapa bukan wamakaral mukminun. Supaya kita tahu kaidah ini.

Artinya konspirasi ini jangan dijawab dengan serangan yang sama. Dikembalikan ke langit, supaya kita punya waktu istirahat. Wamakaruu wamakarallah. Karena tidak ada perintah, ini barang kita kembalikan pada Allah SWT. KIta tidak diminta melakukan konspirasi yang sama. Biarlah Allah SWT yang mengurus orang-orang itu semua.

Antum masih mengingat kisah ashabul kahfi? Tujuh anak muda dikejar-kejar negara, jadi buron, lari sembunyi lalu apa takdir Allah pada mereka? Tidur. Ada perintah melawan? Tidak ada. Seakan-akan Allah ingin mengatakan ‘Hai anak muda, silakan kamu tidur, biar saya urus ini orang.’ Begitu mereka bangun, itu kerajaan sudah tidak ada. Mata uangpun sudah ganti.

Jadi perlawanan dengan tidur itu dahsyat sekali. Kenapa tidur itu dahsyat? Karena tidur itu menunjukkan kepasrahan. Hanya orang yang benar-benar pasrah, yang tenang jiwanya yang bisa tidur dengan nyenyak. Orang paranoid tidak bisa tidur, pasti insomnia.

Makanya kita diajarkan doa sebelum tidur. Ah, pasti antum tidak diajarkan Ustadz Komar (Komiruddin Imron, Ketua DSW Lampung, ket.) doa yang panjang. Bismika Allahumma ahya wa amuut. Hanya doa yang pendek.

Yang panjang itu kira-kira bunyinya begini: Allahumma inni aslamtu nafsi ilayk. Ya Allah kuserahkan jiwaku padaMu. Wa alja’tu zhohri ilayk. Dan kusandarkan punggungku padaMu. Wa fawadhtu amri ilayk. Dan kuserahkan semua urusanku padaMu. Laa malja’a. Tidak ada tempat pergi, tempat berlari.  Walaa man jaminka. Tidak ada juga tempat berlindung dariMu. Illa ilayk. Kecuali hanya padaMu. Amantu bikitabikalladzii andzalt wa bi rosuulikalladzii arsalt. Aku beriman kepada kitab yang Kau turunkan dan Nabi yang Kau utus.  Baru baca syahadat. Baru tidur.

Perhatikan. Jiwa kita serahkan. Punggung kita sandarkan. Perkara juga kita serahkan. Jadi jangan cuma jiwa kita serahkan tapi juga masalah. Insyaallah tidur kita nyenyak. Iman kepada takdir ini adalah kesadaran akan qudratullah.

Saya selalu mengulangi kisah ini. Tapi kisah ini luar biasa menginspirasi kita semua.

Dalam hati saya , saya merasakan pembukaan kisah ini seakan tampak di depan kita. Dalam Surat Al Qashas. Permulaan surat itu dimulai dengan sebuah statemen. Thoo siin miim. Tilka aayatul kitaabil mubiin …

Sesungguhnya Fir’aun telah melampaui batas di dunia ini. Dia pecah belah rakyatnya. Dia lemahkan sebagian kelompok dari rakyatnya sendiri. Dia sembelih anak laki-lakinya. Dan dia hidupkan anak-anak perempuan.

Firaun dikagetkan oleh mimpi tentang lahirnya seorang bayi laki-laki yang akan menjatuhkan kerajaannya. Menurut riwayat, jumlah anak laki-laki yang dibunuh 600 ribu. Penduduk Bandar Lampung berapa? 1 juta? Kalau Fir’aun hidup di Bandar Lampung bisa jadi 50% penduduk hilang.

Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang dizalimi, dilemahkan. Dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan Kami ingin menjadikan mereka pewaris di bumi. Dan kami tancapkan kekuasaan mereka di bumi ini. Lalu Kami perlihatkan kepada Firaun beserta Hamam dan tentara-tentaranya segala hal yang mereka takutkan.

Setelah membuat statemen ini, dimulailah kisah Nabi Musa. Kisah ini dimulai dengan sebuah permainan satu hari. Apa itu? Wa aw hayna ilaa ummi muusa.Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa. Coba bayangkan. Ada raja sedang mencari bayi laki-laki, yang sudah membunuh ratusan bayi. Di tengah pencarian bayi laki-laki itu, lahir Nabi Musa.

Waktu PKS lahir, rezim orde baru sudah tidak ada. Artinya waktu kita lahir itu hidup kita jauh lebih baik dari saat Nabi Musa as. Tapi saat Musa lahir sudah ada pencarian.

Lalu Kami wahyukan ibu musa ‘Susui bayi ini. Kalau kamu takut keselamatan bayi ini, buang ke sungai.’ Mana ada bayi dibuang di sungai. Ibu-ibu di sini tahu apa arti perintah ini. Bayi dibuang ke sungai. Tapi Allah ingin memperlihatkan sebuah drama yang diaturNya sendiri dengan caraNya sendiri.

Walaa takhoofii walaa tahzanii. Wahai ibunya Musa, kamu jangan takut dan tidak perlu sedih kalau bayi itu kamu buang ke sungai. Kami akan kembalikan bayi itu padamu dan akan kami angkat sebagai seorang Rasul. Perhatikan. Sebuah drama dimulai.

Dibuanglah Nabi Musa ke sungai. Entah bagaimana. bayi itu di dalam kotak. Saya sedang berimajinasi ya, bayi itu di dalam kotak sedang menari-nari tidak tahu dibawa sungai kemana tiba-tiba kotak itu masuk ke dalam istana. Sungai yang ada di pinggir istana. Waktu masuk ke istana, keluarga Firaun sedang mandi-mandi. Dipungutlah bayi itu oleh istri Firaun. Lihat. Semua ini seperti kebetulan padahal sesungguhnya ini adalah perencanaan.

Supaya bayi ini menjadi musuh bagi mereka dan menjadi sumber kesedihan. Sesungguhnya Fir’aun dan Hamam dan seluruh tentaranya benar-benar salah.

Begitu bayi ini dipungut istri Firaun ternyata ia langsung jatuh cinta dengan bayi itu. Tidak pakai bertanya lagi kok bayi ini bisa ke sini ya? Logikanya tidak ada. Siapa yang membuat istri Fir’aun cinta pada bayi itu? Qurratu ‘aynin lii walak. Ini adalah sumber kegembiraanmu dan aku. Kenapa dia ga lapor Firaun, nih ada satu bayi lagi nih.

Tapi yang lebih penting adalah reaksi Firaun. Ketika istrinya berkata “Jangan bunuh dia. Karena bayi ini bisa bermanfaat bagi kita. Kita angkat menjadi anak.” Dan tiba-tiba Firaun dilembutkan hatinya. Tiba-tiba dia ingin tampil menjadi suami yang baik. Jadi usul istrinya diterima. Mungkin dia tidak cinta pada bayi itu tapi dia cinta pada istrinya. Raja bengis  yang sudah membunuh ratusan ribu bayi.

Ini semua hanya tombol-tombol perasaan yang dipencet Allah SWT lalu semua berubah. Semua adalah takdir yang diciptakan Allah SWT. Tiba-tiba bayi Musa masuk daftar pengecualian. Padahal Musa tidak dicari. Ia menyerahkan dirinya pada orang yang ingin membunuhnya, sambil tersenyum.

Coba antum perhatikan ikhwah sekalian, ada dalam lingkaran istana, ibu Musa benar-benar cemas.  Hatinya kosong, miris, takut, cemas. Hampir-hampir dia datang mengakui ini bayi saya. Tapi Kami kendalikan hatinya agar ia menjadi orang beriman. Lalu Kami ilhamkan ia mengutus saudara perempuan Musa. Kamu datang kepada mereka, sampaikan kepada mereka.

Dan kami haramkan seluruh susu wanita yang ada di istana yang cocok dengan bayi Nabi Musa. Maka berkatalah perempuan ini (saudara perempuan Nabi Musa), inginkah kalian kutunjukkan keluarga yang bisa menyusui bayi ini. Keluarga ini berkata, itulah yang kami cari-cari.

Jadi antum perhatikan. Tidak ada lagi yang bertanya atau berpkir kritis kenapa bayi ini bisa masuk istana. Semua larut dalam kasih sayang pada bayi ini dan cemas bayi ini tidak makan. Maka Kami kembalikan Musa pada ibunya. Begitu ibunya menyusui, Musa pun meminum air susu ibunya.

Kalau kita menyaksikan panorama pada hari itu, mungkin kita akan bilang, “Ih, Firaun PKS banget.” Coba antum perhatikan. Hanya ada satu tombol. Adakah lobi-lobi politik di situ? Tidak ada.

Sama dengan antum lihat kisah Nabi Yusuf yang sering saya ulangi. Mereka (saudara-saudara Nabi Yusuf) memutuskan membunuh nabi Yusuf tapi satu orang di antara mereka mengatakan jangan kita bunuh, buang saja ke tempat yang jauh. Nanti ada musafir yang lewat biar dia diambil. Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya mengatakan satu orang yang berkata itu adalah saudara tertua. Kelihatannya Ketua Majelis. Jangan bunuh.

Jadi antum perhatikan ikhwah sekalian, siapa yang merubah ide mereka dari bunuh menjadi buang. Bunuh, buang, bunuh, buang. Ini kan sama dengan keluar, tidak, keluar, tidak.

Begitu diswitch idenya dari bunuh menjadi buang, jarum sejarah berubah, arah sejarah berubah. Mereka pikir begitu Yusuf dibuang ke sumur, riwayat selesai. Mereka tunjukkan baju Yusuf kepada ayahnya, Yusuf dimakan serigala, dikasih darah sedikit. Nih. Mereka pikir riwayat Yusuf selesai.

Di dalam sumur itu Allah SWT memberikan wahyu kepada Yusuf. Antum perhatikan. Wa awhayna ilayhi, kami wahyukan kepada Yusuf di dalam sumur itu – sama dengan tadi ibu musa wa aw hayna ilaa ummi muusa …

Nanti kamu akan ceritakan ulang apa yang telah terjadi ini dan mereka tidak sadar.

Saya tanya antum semuanya. Dimana yusuf menceritakan ulang peristiwa itu pada saudara-saudaranya? (audience scream out loud): ISTANA!! Dimana? ISTANA! Coba ulangi sedikit? ISTANA! Yang besar.. ISTANA!!! Dimana? ISTANA! Dimana? ISTANA!!!

Mudah-mudahan kita akan menceritakan hal yang sama di tempat yang sama [takbir, big applause].

Jadi ikhwah sekalian. Orang pikir itu peristiwa, riwayat Yusuf selesai. Begitu dibuang ke sumur, saudara-saudaranya pulang, ada musafir lewat. Begitu dia mau ambil air, yang keluar anak muda. Dan mereka pikir mereka tidak perlu anak muda ini. Akhirnya dibawa ke kota untuk dijual. Tahu-tahu yang beli orang istana. Masuklah dia ke dalam istana.

Jadi alam raya ini dikendalikan Allah SWT. Oleh karena itu Allah katakan di akhir Surat Yaasin, dan saya minta seluruh kader banyak-banyak membaca surat Al Baqarah, Yaasin, Ash-Shofat, Al Waaqiah, Al Mulk, Al Ikhlas dan al mauizhatayn.

Bagaimana akhir dari Surat Yaasin? Innamaa amruhu idzaa araada syay-an an yaquula lahu kun fayakuun. Fasubhaanlladzii biyadihi malakuutu kulli syay-in wa-ilayhi turja’uun. Kelihatannya antum rajin baca ini surat. Kira-kira berapa hari  Nabi Yusuf dalam sumur itu. Yang ini pulang, yang itu datang. Ini kan masalah jadwal. Dan jadwalnya ada di Allah SWT. Dan sebuah sejarah selesai.

Ini dikisahkan untuk menunjukkan kepada kita semua peristiwa sejarah ini  ada dalam genggaman Allah SWT. Karena itu ikhwah sekalian, begitu kita menghadapi tantangan yang besar seperti sekarang ini kita persepsi dulu ini semua dalam kehendak Allah SWT.

Dan kedua, kita hanya disuruh Allah SWT untuk mengembalikan serangan bukan kepada musuh tapi kepada Allah SWT. Nah, kita tidur kan. Kita rehat.

Kalau kita mengembalikan kepada Allah SWT, itu jugalah yang menjelaskan mengapa dalam Islam itu  Allah mengatakan idfa’ billati hiya ahsan. Balaslah sesuatu dengan sesuatu yang lebih baik. Kita tahu orang ini berkonspirasi kepada kita. Nanti kita berkuasa apakah kita akan balas dendam kepada mereka? [TIDAAK!}

Kita ini adalah pembawa api cinta dalam kehidupan manusia.

Kita tidak lawan itu karena kita juga cinta pada orang-orang yang melakukan konspirasi itu kepada kita. Nanti suatu waktu kita berkuasa kita tidak akan membalas orang-orang yang sudah melakukan konspirasi itu kepada kita.

Kita hanya akan bercerita seperti Nabi Yusuf bercerita kepada saudara-saudaranya. Hanya cerita-cerita. Tidak ada balas dendam. Hanya cerita buat memori. Iya kan? Supaya semua orang tahu bahwa kita ini sekali lagi adalah pembawa api cinta dalam kehidupan manusia.

Dakwah ini ikhwah sekalian, adalah cinta. Kita datang untuk menyelamatkan orang. Kita datang untuk membawa orang ke jalan kebenaran. Boleh jadi orang menyerang kita karena tidak memahami siapa kita. Dan karena itu perlu waktu bagi mereka untuk memahami.

Bahkan ketika Nabi Yusuf melakukan siasat kepada saudara-saudaranya memasukkan timbangan ke dalam karung. Ia sedang membuat permainan cinta. Dimasukkan supaya kamu balik lagi membawa saudaranya yang bernama Benyamin. Begitulah Yusuf memulai sebuah cerita. Setelah itu bapaknya disuruh datang. Setelah itu barulah ia cerita semuanya.

Siasat Yusuf itu adalah siasat cinta. Politik Yusuf juga adalah politik cinta. Ia tidak mau menyusahkan saudaranya. Ia membuat politik menjadi sebuah game. Sebuah permainan yang lucu, yang menarik.

Ia katakan. Saya bersyukur kepadaMu yang telah mempertemukan aku dengan saudara-saudaraku ini setelah Engkau Ya Allah mencabut apa-apa yang telah dilakukan syaitan, yang telah mempertengkarkan aku dengan saudara-saudaraku ini.

Tapi antum perhatikan, dalam ayat itu Yusuf akhirnya mengatakan. Inna Robbi lathiifun liman ya syaa. Sesungguhnya Tuhanku jika ada maunya Dia mencapainya dengan cara yang sangat lembut. Tuhan kalau ada maunya, ia memberlakukan takdirnya dengan cara yang sangat halus.  Orang tidak tahu. Dan kita tidak tahu apa yang kehendak Allah semuanya selain dari apa yang kita percaya bahwa amal iman itu Allah takdirkan untuk terus bertumbuh.

Dan boleh jadi Allah SWT memberikan kita musibah ini hanya untuk menguatkan kita dan memicu kita untuk terbang lebih tinggi insyaallah.

***

Nah, ikhwah sekalian,

Kalau kita sudah tahu cara menghadapi tantangan dari luar tadi, maka kita harus siap menghadapi tantangan kedua yaitu tantangan dari pemilih. Pemilih ini ikhwah sekalian, selama 3 tahun terakhir dan saya kira bahkan selama 15 tahun terakhir selama masa reformasi menyaksikan politik yang gaduh.  Penuh dengan konflik dan tidak menarik.

Tadi malam saya ngobrol dengan anak-anak muda Slankers sama komunitas mobil, ya. Vespa dst. Saya tanya beberapa orang di antara mereka itu. Apa yang Anda rasakan kalau Anda menonton debat-debat di tivi itu? Dia bilang “Bingung. Ga tau apa itu.”

Jadi orang-orang ini tiap hari menonton peristiwa-peristiwa di tivi yang membuat mereka semakin benci kepada politik. Tidak suka kepada partai politik. Dan tidak suka juga kepada politisi. Tidak percaya kepada semua. Alah, semua sama saja. Termasuk PKS. Sama saja! Ternyata semua suka uang. Suka wanita.

Dan ikhwah sekalian, ini ada gelombang ketidakpercayaan terhadap partai-partai politik. Inilah yang disebut deparpolisasi. Saya men-trace, mengikuti semua survei yang ada, jika boleh mengambil kesimpulan, angka undecided, orang yang belum memilih lebih dari 30%.

Tapi angka orang yang sudah memilih dan masih akan berubah lebih dari 50% daripada yang sudah memilih. Artinya, total orang yang belum punya piihan yang fix bisa 60—70%. Orang-orang tidak percaya kepada partai politik. Jadi nanti mereka akan memilih di akhir, kalau toh mereka mau.

Dan inilah tantangan kita sekarang ini ikhwah sekalian.

Sampai-sampai ada anekdot yang sering saya ceritakan juga berulang-ulang. Ada seorang gadis yang sudah menikah 3 kali tapi masih perawan. Suatu waktu dia konsultasi ke dokter.

Dokter bertanya bagaimana bisa tetap perawan. Suaminya yang pertama ternyata impoten sehingga malam pertama dan malam-malam selanjutnya tak terjadi apa-apa. Lalu kami bercerai. Suami kedua seorang gay. Seorang homoseks. Lebih suka laki-laki daripada perempuan. Jadi malam itu tidak terjadi apa-apa. Malam selanjutnya, malam selanjutnya tidak terjadi apa-apa. Akhirnya kami bercerai.

Suami kamu yang ketiga apa? Kata perempuan ini, suami saya yang ketiga politisi. Dokter bertanya, tidak impoten kan? Oh, tidak. Juga bukan gay kan? Bukan. Jadi tidak impoten, bukan gay, lalu apa masalahnya? Masalahnya adalah dia cuma janji-janji tapi tidak pernah datang. (LOL LOL).

Jadi itu anekdot yang dibuat orang betapa tidakpercayanya orang kepada politisi.

Nah, ikhwah sekalian, kalau orang tidak percaya kepada kata jangan bikin janji. Orang kita kasih janji dia tidak akan percaya. Iya kan?  Jadi kita tidak perlu banyak janji-janji sekarang. Sekarang kalau orang tidak percaya pada kata-kata, kita masih punya sorot mata. Andalkan sorot mata.

Bagaimana caranya ikhwah sekalian? Caranya dengan silaturahim. Turunlah pada seluruh kelompok masyarakat tanpa kecuali. Jangan ada sekat antara antum dengan masyarakat ini. Turun dan temui mereka semuanya. Dan jangan antum pikir antum akan mudah menemui orang di mesjid. Di mesjid tidak banyak orang sekarang.

Dimana ada kerumunan, di situ antum datang. Di warung-warung kopi, di semua tempat orang berkumpul, datang. Temui mereka. Beri salam. Afsyus salaam. Tebarkan salam. Wa ath’imuth tho-am. Dan berikan makan. Nah ini maksudnya mentraktir. Jadi mentarktir orang itu tradisi Nabi. Itu tradisi Nabi kalau kita bawa ke dalam politik, insyaAllah top hasilnya.

Wasilul arham. Dan sambung tali silaturahim. Jadi saya bilang ke ikhwah-ikhwah di DPTW semalam, kantor antum sekarang bukan lagi DPW tapi rumah warga, warung-warung kopi, tempat orang ngumpul. Di situ kantor antum sekarang. Kantor DPW nanti buat logistik, menyiapkan bendera buat sebelum dipasang.

Tapi antum semuanya sekarang jangan ada di situ. Turun. Kantor saya sekarang juga bukan di DPP. Di jalanan. Semua. Dan saya bilang ikhwah sekalian, kita bikin peraturan, sejak saya jalan jangan ada naik kelas bisnis. Kita naik kelas ekonomi semuanya. Tanpa kecuali. Supaya kita bertemu dengan orang.

Pertama kali prahara ini terjadi saya katakan kepada ikhwah, ayo kita masuk ke bandara pake baju PKS. Jangan ke longue. Kita ke waiting room. Ga usah ngomong-ngomong. Kita diam saja berdiri begitu. Pelan-pelan orang berbisik. Itu PKS. Itu PKS. Lama-lama orang datang minta foto bareng. Nah.

Jadi ikhwah sekalian, kita perlu mencairkan politik ini menjadi sesuatu yang benar-benar punya rakyat. Sebenarnya masyarakat Sumatra secara umum, kemarin saya juga mengatakan ini mungkin khusus di Sumatra Utara, Sumatra Barat, kalangan masyarakat Sumatra bahwa pada dasarnya politik itu bukan di DPRD, bukan di kantor gubernur tapi di warung-warung kopi.

Dan politik itu sebenarnya apa sih? Itu kehidupan kita sehari-hari. Negara ini hanya sebuah organisasi sosialyang diperlukan oleh manusia untuk mengatur dirinya sendiri. Itu organisasi. Sama dengan rumah tangga, sama dengan yayasan, sama dengan sekolah, sama dengan perusahaan. Bedanya cuma skala. Skala negara lebih besar daripada organisasi rumahtangga, yayasan, sekolah, dan perusahaan. Itu saja.

Dan inti dari negara adalah manusia.

Jadi kalau orang di Jakarta buat keputusan menaikkan harga BBM, orang di daerah bisa bicara. Mereka bicara, mempertanyakan neraca rumah tangga mereka. Kalau BBM naik, ongkos angkot naik mereka masih bisa bayar ga?  Kan itu yang dibicarakan orang. Itulah sebabnya kita harus turun dan mendengar dari masyarakat, ikhwah sekalian.

Dan di dalm survei saya menemukan hal yang aneh. Orang-orang di luar sana punya persepsi terhadap PKS ini sebagai partai yang tidak mau bergaul. Bahkan ada yang mengatakan ini islamnya beda. Saya ke lapangan, saya cek pantas juga orang mengatakan begitu.

Saya ke Demak, orang-orang mengatakan bahwa PKS tidak akan dapat suara salah satunya karena anti tahlil dan anti ziarah kubur. Jadi saya pergi ziarah ke makam Sunan Kalijaga juga ke Raden Patah. Waktu berkunjung ke sana saya diantar oleh DPD. Sekretaris DPD saya tanya, antum sudah pernah kesini ga sebelumnya? Belum pernah, Ustadz. Pantas orang bilang begitu.

Kita ini orang-orang soleh jam 9 malam sudah tidur. Tidak gaul. Setelah itu kita cuma bergaul dengan orang-orang masjid.  Padahal coba antum perhatikan apa yang dilakukan Nabi-nabi seperti dalam Al Quran. Mereka makan, mereka minum. Apa lagi? Wa yamsyuna bil aswaq. Mereka juga jalan-jalan di pasar. Masalahnya PKS, kita ke pasar ga ada orang PKS di pasar. Iya kan? Nah, sekarang kita ingin semua tempat yang tidak ada kader PKS ini dipenuhi oleh kader PKS.

Di Election Update yang kemarin kita buat satu konsep yang disebut pacarita. Ini pake bahasa Makassar. yaitu tukang cerita. Story teller.

Jadi bentuklah tim sekarang ini, bikin daftar warung kopi tempat orang-orang kumpul. Bentuk tim, serbu tempat-tempat itu semuanya, bikin daftar ngopi dimana setiap hari, ngobrol dengan orang-orang di situ. Cerita-cerita. Cerita aja terus.

Nanti kalau sudah ada caleg. DCT sudah ditetapkan nanti, tukang cerita kerjanya memoles itu caleg. Dipoles-dipoles sampai mengkilap. Saya punya jago beda bos dengan yang lain, nih. Nah, begitu calegnya datang, orang sudah punya persepsi sebelumnya. Apalagi Lampung ini targetnya tumbuhnya 100%. Dari 2 kursi jadi 4 kursi. Dan yang kita pertaruhkan ini Ketua DPW. Ini tidak boleh gagal.

Jadi ikhwah sekalian. Ini yg harus kita lakukan. Turun. Dulu antum kenal yang namanya Babinsa, tentara yang ada di kampung-kampung itu. Nah sekarang bikin tim Babinsa itu. Kerjanya nongkrong-nongkrong dengan masyarakat. Malam-malam. Kalau orang pake sarung, pake sarung juga. Jangan pakaian yang beda dengan mereka. Tidak perlu pake baju PKS. Yang penting ada nomor 3-nya.

Jadi kalau orang pake sarung antum pake sarung. Mereka begadang, antum ikut begadang. Kali ini ikhwah sekalian, begadang ada perlunya. Begadang sekarang pekerjaan. Bukan untuk buang waktu tapi ini pekerjaan. Bawa teh panas, kopi Lampung, pisang goreng dst. Ngobrol dengan mereka. Ongkosnya murah kan? Datanglah. Bergaul sesama mereka.

Saya miris ikhwah sekalian, beberapa waktu yang lalu kita mengumpulkan tokoh ormas se-Jawa Barat. Rata-rata mereka punya satu protes diwakili satu orang. “Bapak Presiden PKS, saya mau menyampaikan satu kritik kepada PKS. Selama ini orang-orang tidak berani menyampaikan ini tapi saya mau menyampaikan mumpung Bapak ada di sini. PKS ini terlalu PKS sentris. Hanya mau bergaul dengan sesama orang PKS dan ga mau bergaul dengan yang lain. Pesantren saya tidak pernah dikunjungi orang-orang PKS.”

Saya bilang, semua yang anda katakan ini benar. Saya terima. Nanti saya bicarakan dengan teman-teman di sini. Saya tidak membela diri. Itu ada benarnya. Kita ini memang kurang gaul.

Gaulnya cuma sama orang baik-baik karena bergaul sama orang baik itu tidak banyak masalahnya. Iya kan? Apalagi kalo di masjid. Di masjid tidak ada kursi yang diperebutkan. Tafadhol, antum di depan. Damai.

Tapi ikhwah sekalian, kita mau merubah tradisi ini, harus merubah budaya ini. Kita harus menunjukkan kepada masyarakat PKS yang terbuka. PKS yang gaul. Karena islam yang kita bawa adalah islam yang penuh kedamaian, islam yang penuh toleransi. Islam yang terbuka, islam yang moderat. Itulah islam yang kita bawa. Islam yang seperti kata rasulullah afsyus salam, wa ath’ imuth thoam, wawasiul arham, washollu wannasu qiyam. Qiyamul lailnya nanti belakangan. Itu kan hadits gaul.

Tebarkan salam, traktir orang makan, sambung silaturahim. Orang islam itu harus gaul. Ini saja yang kita terapkan. Jadi tidak perlu ada teori. Kalau kita sewa tujuh konsultan politik, saya yakin kesimpulannya sama. Bilang pada PKS supaya lebih gaul lagi.

Orang perlu memandang bahwa kita ini bagian dari mereka dan kita penyambung lidah mereka. Itu yang seharusnya dirasakan orang tentang kita. Kita turun pada mereka dan saat turun, jangan suruh, jangan larang. Turun saja, gaul.

Tadi malam waktu kita ketemu dengan Slankers itu ada teman istri yang seorang pendeta. Romo Krisna. Kita bawa ikut juga ke sana. Saya katakan saya sedang mendorong semua kader PKS untuk bergaul dengan semua lapisan masyarakat tanpa kecuali.

Saya katakan juga bahwa saya pernah diundang Persatuan Gereja Indonesia untuk ceramah di depan para pendeta semuanya. Kemarin kita di London 2011 mengadakan suatu seminar oleh ikhwah di London yang temanya Dialog Peradaban. Tahun 2012 kita bikin lagi di Belanda, temanya sama. Juga tentang Dialog Peradaban.

Kita sedang mendorong keterbukaan seperti ini supaya kita mendorong bahwa walau kita berbeda agama namun kita bisa tetap hidup damai. Begitu pulang, Romo ini BBM, saya dukung 100% PKS yang seperti ini. Sebab memang yang seperti ini yang dinantikan oleh orang.

Ikhwah sekalian. Orang memandang antum semua sebagai kumpulan orang baik-baik. Cuma jauh dari mereka, begitu. Iya kan? Cuma jauh dari mereka. Pengakuan antum itu orang baik, insyaaLLah walau ada kasus ini, tidak akan berubah persepsi orang. Tidak akan berubah.

Penting juga bagi kita untuk tahu. Jika kita kirim 100 prajurit ke medan tempur, ada yang gugur 1 orang , lalu pulang 99, itu menang atau kalah? Menanglah. Kalau kita kirim 100, pulang 25. 75 tewas. Itu menang atau kalah? Kalah kalau begitu kan. Tapi kalau kita kirim 100, pulang 100, tidak ada luka tidak ada debu di wajahnya. Itu tidak sampai namanya kan? Dia tidak sampai ke sana.

Jadi ikhwah sekalian,

Kita ini turun bergaul dengan masyarakat otomatis kita kena debunya. Tidak mungkin tidak. Kita pergi perang, bunuh orang. Darah orang itu juga ciprat ke kita. Tapi itulah yang disebut Rasulullah SAW bahwa Allah lebih mencintai orang mukmin yang bergaul dengan masyarakat dan bersabar atas gangguan-gangguan mereka.

Daripada orang mukmin yang tidak bergaul dan tidak sabar dengan gangguan-gangguan orang itu. Antum turun, jadwal tidur terganggu. Orang ngomong kasar, antum terganggu. Antum turun orang merokok. Pasti terganggu. Banyak pasti gangguannya. Tapi sabar saja. Mudah-mudahan itu dicatat sebagai pahala bagi kita semuanya.

Insyaallah dengan cara seperti ini kita yakin kita akan memenangkan Pemilu 2014 yang akan datang. Insyaallah. Apalagi antum semuanya muda-muda, ganteng-ganteng, dst. Datang kepada orang dengan wajah yang segar seperti itu orang juga senang kok.

Orang melihat wajah soleh ada di sekitarnya, orang senang. Ini yang tadi disebut Ketua DPW, datang dan tebarkan aura cinta kepada orang-orang itu semuanya.

Nah ikhwah sekalian, kalo kita mau pemilu nanti kita tidak perlu menungggu hasil survei untuk meyakinkan diri kita apakah kita akan menang atau kalah. Kita bisa tahu apakah kita menang atau kalah dengan sering-sering meraba hati kita semuanya.

Coba antum pegang semua dada antum sekarang. Saya mau tanya. Pegang dadanya. Allah SWT menyebutkan kata sakinah di dalam Quran sebanyak 6 kali. Semua kata sakinah ini berhubungan dengan peperangan. Kalau ada sakinah sebelum peperangan itu artinya kita akan menang.

Sakinah itu artinya kemantapan hati.

Saya mau tanya antum semuanya. Pegang dadanya. Mantap ngga menang di 2014 yang akan datang? [MANTAP!]  Di sini mantap? [MANTAP!] ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR!

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Taujih :Tak Cukup Hanya Berbekal Semangat

Oleh : Cahyadi Takariawan


”Apa bekal antum menghadapi pertempuran politik ini ?” pertanyaan itu saya lontarkan kepada seorang aktivis saat dirinya akan maju sebagai salah satu bakal calon kepala daerah dalam perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
”Semangat ustadz. Itu bekal yang paling utama. Semua kader bersemangat mendukung, maka sayapun semakin bersemangat”, jawab sang aktivis dengan mantap.
Energik, penuh semangat, itulah ciri semua aktivis dakwah. Loyo, lesu, dan lemah semangat adalah penyakit para aktivis yang selalu mereka hindari dan mereka lawan. Maka dimanapun kita berada, yang kita jumpai adalah semangat yang senantiasa menyala dan menggelora. Para aktivis selalu siap melaksanakan amanah dengan segenap jiwa yang tak pernah lesu. Segala tugas dikerjakan dengan hati tulus. Inilah yang menyebabkan para aktivis mampu menjaga semangat.

Alhamdulillah, segala puji milik Allah. Modalitas dalam dakwah yang paling utama adalah kader yang bersemangat tinggi. Tanpa kehadiran kader yang penuh semangat, program akan menghadapi banyak kendala. Sebagaimana diketahui, kegiatan dakwah itu sepi dari publisitas dan sepi dari kecukupan materi. Semboyan ”sunduquna juyubuna”, dana dakwah berasal dari kantong saku kami sendiri, selalu menjadi perilaku para aktivis setiap hari. Untuk menjalankan sebuah program dakwah, mereka tidak menunggu kucuran dana, tidak bergantung kepada tersedianya dana. Itulah sebabnya kegiatan dakwah selalu marak dimana-mana, karena dibiayai oleh pelakunya sendiri.
Semangat ini wajib dijaga dan dipelihara pada jiwa para aktivis dakwah. Jangan sampai melemah dan memudar, karena dengan semangat yang menyala inilah berbagai program bisa terlaksana. Namun pertanyaannya adalah, apakah pertempuran bisa dimenangkan hanya berbekal semangat ? Saya menjawab dengan yakin dan pasti : TIDAK !
Pertempuran lapangan antara kebaikan dengan keburukan, tidak cukup dimenangkan oleh semangat. Memang salah satu modal yang penting adalah semangat yang menyala, namun tentu saja tidak cukup berbekal semangat semata. Pertempuran di segala medan memerlukan roadmap atau peta proses yang jelas, dimana ada sejumlah indikator keberhasilan dalam setiap tahapannya. Konsekuensi dari roadmap pertempuran harus ditempuh, karena ada konsekuensi ”iman” yang bercorak ideologis dan ada pula konsekuensi praksis. Kita tidak bisa memilih salah satu saja dari konsekuensi logis yang muncul untuk memenangkan pertempuran.
Jika dua kekuatan berhadapan dan siap saling menyerang, satu kekuatan kebaikan dan satu kekuatan kejahatan, maka pemenangnya bukanlah siapa yang paling semangat di antara mereka. Dalam perspektif keimanan, kebaikan diyakini pasti mengalahkan kejahatan. Sebagai manusia beriman, kewajiban kita adalah berjuang menegakkan nilai-nilai kebaikan dalam berbagai bidang kehidupan. Kewajiban kita adalah berjuang menghilangkan kejahatan dari muka bumi. Ini konsekuensi iman yang telah dimiliki para aktivis, dan oleh karena itu memunculkan gelegak semangat yang sangat besar dalam dirinya. Nilai-nilai kebaikan harus dimenangkan dan dimunculkan dalam berbagai bidang kehidupan.
Namun untuk menghadapi pertempuran terbuka melawan kekuatan kejahatan, ada perspektif praksis yang harus dimasukkan ke dalam hitungan. Coba kita resapi sabda Nabi saw “Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya, apabila tidak mampu maka hendaklah mengubah dengan lisannya dan apabila tidak mampu hendaklah mengubah dengan hatinya, yang sedemikian itu selemah-lemahnya iman” (Riwayat Muslim). Kalimat fa in lam yastathi’ –jika kalian tidak mampu—menandakan adanya keharusan melakukan perhitungan yang cermat dan teliti.
Sering kali kita tidak suka berbicara konsekuensi praksis, karena seakan berada dalam suasana yang lain, atau bahkan berada dalam dunia yang lain sama sekali dengan keyakinan iman yang telah tertanam selama ini. Bagaimana untuk bertempur menghadapi kejahatan, masih harus berpikir dan berhitung tentang realitas kemampuan yang ada ? Seakan-akan itu adalah perbuatan para pengecut dan pecundang, yang enggan melakukan perjuangan, yang enggan berkorban demi tegaknya kebenaran. Karena untuk berjuang masih harus berhitung dan memetakan konsekuensi praksis yang sering kali tidak kita miliki.
Apa tidak cukup berbekal semangat untuk bisa menang ? Saya ajak anda mengingat kembali ”nasihat lama” dari Syaikh Musthafa Masyhur. Nasihat ini muncul sebagai mutiara hikmah dan kristalisasi dari pengalaman puluhan tahun terlibat dalam medan dakwah yang sangat keras.
“Bekerja dan berkhidmat untuk Islam memerlukan pandangan yang luas dan kepahaman yang mendalam. Persoalannya bukan sekedar memenuhi gejolak semangat dan emosi untuk diledakkan dengan sewenang-wenang tanpa memperhatikan natijah (hasil) dan akibatnya. Sebenarnya kesengsaraan dan pengalaman-pengalaman yang telah dilalui membuktikan bahwa semangat yang meluap-luap bukan gambaran iman yang kuat. Sebaliknya semangat yang demikian itu seringkali menandakan kelemahan diri dan ketidakmampuan bersabar menempuh derita perjalanan.”
Lebih lanjut Syaikh Musthafa Masyhur menjelaskan :
“Orang yang terlalu semangat dan emosional ini menyangka bahwa hanya dengan semangat dan emosinya mereka akan mampu memberikan kepada Islam sesuatu yang tak pernah dapat diberikan oleh orang-orang sebelumnya. Malahan kadang keadaanya menjadi lebih keterlaluan. Apalagi mereka dengan sewenang-wenang menuduh dan menyebut orang-orang yang tidak menyamai semangat dan emosinya sebagai orang-orang yang lemah, penakut, dan pengecut.”
Kebaikan jangan sampai dikalahkan oleh kejahatan, yang disebabkan karena terlalu semangatnya para aktivis dalam memasuki wilayah pertempuran, tanpa berhitung dan menyiapkan konsekuensi praksis untuk bisa menang. Pelaku kejahatan menyiapkan sangat banyak amunisi, memiliki banyak fasilitas, sangat banyak jaringan, sangat banyak perangkat teknis untuk menang. Sementara pelaku kebaikan hadir di kancah pertempuran tanpa mempersiapkan perbekalan yang memadai. Tentu saja kebaikan bisa mudah dikalahkan oleh kejahatan. Ini kondisi umum.
Tentu saja ada kondisi khusus, dimana situasinya berbeda dengan kondisi yang berlaku secara umum. Misalnya masyarakat Palestina yang harus menghadapi agresor Israel yang memiliki kekuatan militer sangat lengkap. Mereka harus menghadapi dengan semangat dan segala keterbatasan yang ada, karena tidak mungkin agresor Israel dibiarkan saja membantai dan menindas rakyat Palestina. Apapun kondisi yang ada, harus bangkit melawan agresor. Tidak mungkin menunggu lengkapnya kekuatan sarana dari rakyat Palestina, baru berani menghadapi agresor. Harus dihadapi dengan kondisi apapun. Ini kondisi khusus, dimana yang dimiliki dan diandalkan hanyalah konsekuensi keimanan, karena tidak memiliki kemampuan untuk menghadirkan konsekuensi praksis berupa sarana dan prasarana yang memadai.
Kita sedang berbicara dalam kondisi umum, bukan kondisi khusus. Sepuluh orang pejuang kebaikan tanpa memiliki sarana, akan mudah dikalahkan oleh seribu pelaku kejahatan yang memiliki sarana lengkap. Sepuluh orang pejuang kebaikan ini rela menjadi martir, siap syahid untuk menyuburkan gelora perjuangan. Namun persoalannya bukan sekedar kesiapan berkorban dan kesiapan untuk hancur lebur bersama keyakinan dan kebaikannya. Jika sepuluh pejuang ini mati, maka berarti barisan kebaikan telah kehilangan sepuluh tenaga utama. Jadi, harus dihitung dengan cermat, apakah kehilangan sepuluh tenaga utama ini sudah memadai dibanding dengan hasil pertempurannya ? Seperti matinya Ghulam sang Pembawa Kebenaran, telah berdampak menyadarkan masyarakat untuk mengikuti Kebenaran.
Syaikh Musthafa Masyhur memberikan beberapa saran bagi pergerakan dakwah untuk membantu membuat perhitungan dan pertimbangan yang tepat dalam mengambil keputusan:
  1. Resiko kesalahan membuat perhitungan dan penilaian tidak bisa diperbaiki atau ditebus. Hal ini akan menyebabkan munculnya orang-orang yang semata-mata bermodalkan semangat berkorban dengan seluruh jiwa raganya dan siap untuk syahid. Tetapi masalahnya terletak pada persoalan apa yang akan dicapai dengan pengorbanan tersebut ? Apakah kehilangan itu lebih menguntungkan dakwah dan organisasi dari pada keberadaannya ?
  2. Jiwa anggota bukan hak miliknya dalam arti kata yang sebenarnya. Dengan demikian tak wajar bagi seorang anggota melaksanakan suatu tindakan sesuka hatinya tanpa dibenarkan oleh pemilikinya, yaitu Allah SWT. Organisasi bertanggung jawab dan berkewajiban mengendalikan dakwah dengan sebaik-baiknya sesuai aturan Islam, atau sekurang-kurangnya yang dibenarkannya.
  3. Harus selalu mendalami perjalanan dakwah masa permulaan Islam dengan memanfaatkan pengalaman gerakan dakwah yang telah ada. Gerakan Islam hendaknya tidak menyia-nyiakan pengalaman itu, karena seorang mukmin tidak selayaknya terperosok dua kali dalam lubang yang sama.
  4. Hendaknya dipahami benar-benar bahwa tindakan yang menentang bahaya secara terbuka memerlukan kekuatan yang seimbang atau jika kurang, harus sesuai dengan kadar kekurangannnya. Sebab kekuatan yang tidak seimbang tidak mungkin mampu menentangnya secara terbuka. Seribu kafir yang lengkap senjatanya, tidak mungkin menurut logika dapat dihadapi oleh sepuluh orang muslim tanpa senjata. Persoalan kalah dan menang berjalan sesuai sunatullah.
Jadi, semangat sangatlah penting. Namun menghadapi pertempuran terbuka, tidak cukup bermodalkan semangat semata. Bahkan semangat yang sudah menyala, bisa memudar jika tidak dibarengi dengan kemampuan untuk menyiapkan sejumlah sarana dan prasarana dalam upaya memenangkan pertempuran. Organisasi dakwah wajib menyiapkan berbagai konsekuensi praksis yang memadai, jika terlibat dalam pertempuran terbuka. Apapun jenis pertempuran itu, termasuk pertempuran politik.
Jika konsekuensi praksis ini tidak disiapkan, bisa jadi hasilnya justru kontraproduktif. Soliditas yang diharapkan muncul justru kendur, semangat yang sudah menyala justru meredup. Betapapun semangat yang melimpah dari para kader, tetap saja mereka manusia biasa. Mereka memiliki anak dan isteri yang harus tercukupi kebutuhan hidupnya. Jika para suami habis waktunya untuk berjuang memenangkan pertempuran, maka harus ada kesanggupan organisasi untuk menjamin tercukupinya kebutuhan hidup keluarga yang ditinggalkan. Jika para isteri habis waktunya untuk berjuang, harus ada kesanggupan organisasi untuk menjamin terperhatikannya kondisi anak-anak yang ditinggalkan di rumah, serta jaminan kerelaan suami yang ditinggalkan.

Kenapa saya katakan praksis ? Karena bentuknya memang sangat praktis bahkan pragmatis. Para aktivis yang bekerja siang dan malam tanpa imbalan materi ini, semangatnya luar biasa. Namun jika mereka dibiarkan bekerja tanpa kepastian bahwa anak dan isteri bisa makan, semangat seperti apa yang bisa mereka pertahankan ? Kondisi kita selalu saling terkait satu dengan yang lainnya. Anak-anak harus sekolah dan oleh karena itu perlu biaya sekolah. Untuk menjalankan kegiatan dakwah, minimalnya perlu biaya transportasi dan akomodasi, sekedar makan apa adanya selama menjalankan program. Namun tetap perlu uang bukan ? Inilah betapa praksisnya bab yang satu ini.
Jika anak para aktivis mendapat peringatan di sekolah karena terlambat membayar biaya pendidikan, apa yang diperlukan ? Pasti perlu uang untuk membayar tunggakan biaya pendidikan mereka. Sementara dalam menghadapi pertempuran terbuka, semua aktivis telah rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran bahkan harta yang sesungguhnya sangat terbatas kondisinya. Dana yang terbatas itu harus terbagi-bagi dan ternyata tidak mencukupi untuk memenuhi semua keperluan hidupnya.
Sudahlah, cukup itu saja gambarannya. Khawatir anda menuduh saya berpikiran materialistis dan pragmatis. Khawatir anda menuduh saya pengecut yang tidak mau berjuang. Khawatir dipahami secara salah, tulisan ini digunakan untuk melemahkan semangat dakwah.  Saya hanya ingin mengatakan, bahwa untuk menang dalam pertempuran terbuka, tidak cukup bermodalkan semangat semata. Harus ada peta proses yang jelas dan kemampuan memenuhi konsekuensi logis dalam perjuangan. Termasuk dalam medan pertempuran politik, seperti Pilkada. Dalam medan Pilkada ini, gambarannya bukan “kebaikan melawan kejahatan”, namun sering kali lebih kepada perbedaan kompetensi antara satu calon dengan calon lainnya. Bukan hitam putih.
Kejelasan peta proses dan kemampuan memenuhi konsekuensi logis sangat diperlukan untuk menang dalam medan pertempuran Pilkada. Ini semua justru dalam rangka menjaga soliditas dan menyuburkan semangat yang telah demikian menyala.
Maafkan saya.

nDalem Mertosanan, 20 Juni 2011

Taujih : KESUNGGUHAN MEMBANGUN PERADABAN

Oleh : Cahyadi Takariawan
Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan. Kadang kita mengalami peristiwa hidup tidak seperti yang kita inginkan, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesungguhan dalam menggapainya. Kita terlalu santai, atau pasrah sebelum bekerja keras mencapai cita-cita.
Cobalah sedikit kita tengok kesungguhan orang-orang Hollywood bekerja menghasilkan karya film. Kesungguhan mereka tampak dalam besaran biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatan film, dan tampak pula dari kualitas produk yang dihasilkan. Kita tercengang melihat kesungguhan insan perfilman Hollywood yang mudah sekali menghamburkan dana ratusan juta dolar Amerika, demi memuaskan ambisi mereka. Padahal, dari keseluruhan usaha dan kesungguhan tersebut, hasilnya hanyalah : sebuah film !

Ya, film berdurasi dua jam. Diputar di bioskop dan layar televisi. Sekali orang menonton, mungkin ada yang mengulang menonton sekali lagi. Setelah itu bosan, tidak akan mengulang menontonnya lagi. Seluruh kesungguhan tim dalam menggarap sebuah film, mengeluarkan dana ratusan juta dolar Amerika, dan hasilnya hanyalah panggung hiburan. Hanya film. Sebuah khayalan, sebuah ketidakseriusan, ketidaksungguhan, karena bernuansa fiksi walau diangkat dari kisah nyata yang pernah ada.
Coba kita perhatikan. Film Avatar menjadi film paling mahal yang ada saat ini. Film yang diproduksi James Cameron ini menghabiskan biaya 500 juta dolar Amerika untuk pembuatannya. Berikutnya adalah film Pirates of the Caribbean: At World’s End buatan Gore Verbinski, menghabiskan biaya 300 juta dolar Amerika. Peringkat ketiga adalah film Spiderman 3 produksi Sam Raimi, menelan biaya produksi 258 juta dolar Amerika.
Peringkat keempat adalah film Pirates of the Caribbean: Dead Man’s Chest buatan Gore Verbinski, memerlukan biaya 225 juta dolar Amerika. Peringkat kelima adalah film X-Men: The Last Stand produksi Brett Ratner yang menghabiskan dana 210 juta dolar Amerika. Setelah itu barulah film Titanic. Film produksi James Cameron tahun 1997 ini menghabiskan biaya 200 juta dolar Amerika, padahal pembuatan kapalnya sendiri “hanya” memerlukan 123 juta dolar Amerika pada masanya.
Pada contoh film Avatar, biaya produksi 500 juta dolar Amerika dianggap kecil, karena sampai dengan awal tahun 2010 kemarin telah menghasilkan uang US $ 1,840,797,418. Fantastik, baik dana pembuatan maupun hasil yang didapatkan dari pemutaran film Avatar di seluruh dunia, selama setahun saja. Dari modal US $ 500 juta, hanya setahun di pasaran, sudah kembali US $ 1,8 M.
Coba kita rupiahkan, dengan kurs US $ 1 sama dengan Rp 8.600. Biaya pembuatan film Avatar adalah Rp 4.300.000.000.000 atau 4,3 trilyun rupiah. Bisakah kita hitung, proyek dakwah apakah yang bisa dibiayai dengan 4,3 trilyun rupiah ? Proyek kebaikan apa saja yang bisa dihadirkan dengan sediaan dana 4,3 trilyun rupiah ? Mimpi apa saja yang bisa terwujudkan oleh dana sejumlah itu ? Cobalah kita buat proposal untuk menghabiskan dana pembuatan film Avatar itu. Ternyata mereka habiskan begitu saja demi membuat hiburan bernama film.
Di Hollywood, dana 4,3 trilyun rupiah ternyata hanya diwujudkan dalam sebuah tayangan berdurasi sekitar 2 jam. Ya, hasilnya hanyalah film, hanya hiburan, hanya khayalan, hanya ketidaksungguhan. Padahal prosesnya sangat bersungguh-sungguh, namun hasilnya berupa hiburan dan tontonan saja. Kita sering mendengar keluhan sulitnya menghadirkan tuntunan, karena tidak ada yang serius membiayai, sedangkan untuk tontonan begitu mudah orang mengeluarkan biaya.
Dengan kurs yang sama (kita samakan kurs-nya sekedar untuk memudahkan penghitungan), kita bisa menghitung produksi film Titanic menghabiskan biaya Rp 1.720.000.000.000, atau 1,72 trilyun rupiah. Dana itu juga dianggap murah, karena sampai awal tahun 2010 telah mengeruk keuntungan sebesar US $ 1,835,300,000 atau sama dengan Rp 15.783.580.000.000, yaitu sekitar Rp 15,8 trilyun.

Jika kita ambil sampel enam film itu saja, total biaya produksinya mencapai US $ 1.693.000.000, atau sekitar Rp 14.559.800.000.000. Ya, 14,5 triliun rupiah hasilnya hanyalah enam buah film, enam tontonan, enam hiburan. Uang dalam kisaran Rp 14 triliun, apakah yang bisa dilakukan di Indonesia dengan uang sejumlah itu ? Coba kita tengok salah satu program pemerintah Indonesia, yang dikoordinasikan oleh Kementrian Koordinator Kesra.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono mengatakan, pemerintah mengalokasikan anggaran Rp 14 triliun untuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri pada tahun 2010 kemarin. Menko Kesra menyatakan, peningkatan alokasi anggaran untuk PNPM bisa membantu masyarakat untuk membangun dan mengembangkan potensi diri hingga bisa keluar dari kemiskinan.
Menurut Menko Kesra, PNPM Mandiri merupakan wadah pembelajaran bagi masyarakat terhadap nilai moral dan etika, “Masyarakat dibimbing untuk membangun kemitraan dalam mewujudkan keinginan bersama”. Agung Laksono menyebutkan, jumlah tersebut meningkat jika dibanding tahun 2009 yang sebesar Rp 9,9 triliun. Peningkatan ini karena respons masyarakat terkait program PNPM sangat positif. Dengan program ini masyarakat dibina dan diberdayakan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai tradisi yang baik, menguatkan semangat kegotongroyongan sosial dan ekonomi dalam rangka meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat.
Kita bisa melihat anggaran PNPM Mandiri selama satu tahun hanya setara dengan biaya pembuatan enam buah film Hollywood saja. Enam film itu kalau kita lihat berturutan hanya memerlukan waktu satu hari saja. Padahal jika digunakan untuk program pemberdayaan masyarakat, ternyata bisa menjadi program nasional selama satu tahun. Luar biasa etos dan kesungguhan insan perfilman Hollywood, tidak berhitung uang yang dikeluarkan, demi sempurnanya produk sesuai yang diharapkan.
Lalu bagaimanakah dengan kesungguhan kita melakukan proyek kebaikan selama ini ? Bagaimana kesungguhan kita melakukan proses pembangunan manusia Indonesia seutuhnya  ? Bagaimana kesungguhan kita dalam melakukan dakwah ? Sudah pasti, kesungguhan tidak bisa diukur dari banyaknya dana yang dikeluarkan. Namun perbandingan tadi saya angkat dalam rangka untuk menunjukkan betapa sebuah hiburan, sebuah tontonan, ternyata dibangun dari kerja keras dan kesungguhan menghadirkan berbagai hal terbaik, sehingga biayanya menjadi mahal.
Sekedar membuat tontonan 2 jam, proses pembuatannya berbulan-bulan, menggunakan berbagai peralatan canggih, menghimpun sangat banyak pakar dan keahlian, melibatkan ratusan hingga ribuan orang dalam pembuatannya. Mereka sangat perfect dalam pengambilan gambar, sehingga harus melakukan latihan serius dan harus mengulang-ulang adegan demi mendapat hasil yang sempurna. Tidak jarang harus membuang banyak bagian karena hasilnya tidak memuaskan. Dalam proses animasi, mereka menggunakan teknologi super canggih untuk mendapatkan hasil maksimal. Bayangkan bagaimana harus menggambarkan proses tenggelamnya kapal Titanic agar tampak seperti nyata.
Sementara untuk melakukan kebaikan, kadang belum tampak usaha yang serius dan belum tampak kesungguhan yang optimal dalam merancang maupun menjalankan programnya. Padahal yang akan dihasilkan bukanlah tontonan, bukanlah hiburan, namun sebuah peradaban yang nyata. Kita masih banyak permakluman dan permaafan kepada kegiatan yang ala kadarnya, yang kurang terencana, yang kurang bagus manajemennya. Semua kita maklumi sendiri, dengan alasan masih belajar, sedang berproses, harus bersabar, dan lain sebagainya.
Padahal kita tidak sedang mengada-ada tentang gambaran kapal Titanic, yang kita lakukan justru membangun sebuah kapal peradaban sesungguhnya. Kapal yang tidak boleh pecah dan karam. Kapal yang akan membawa kehidupan menuju kepada kebaikan dan cahaya. Kapal yang akan menjauhkan penumpangnya dari kerusakan, dan membawa mereka semua dalam bimbingan Ketuhanan. Kapal yang akan menghantarkan kepada pulau harapan. Seharusnya dilakukan dengan segenap kesungguhan jiwa, dilakukan dengan segenap pikiran dan perasaan. Bukan ala kadarnya, bukan semaunya, bukan sesempatnya.
Sudahkan kita bersungguh-sungguh melakukan kebaikan ? Sudahkah kita menghadirkan segenap kesungguhan dalam kerja di medan perjuangan ? Ingatlah, hasil akhir yang kita dapatkan bukanlah sebuah hiburan, bukanlah sebuah tontonan, namun sebuah peradaban. Sebuah kehidupan. Sebuah harapan.
Mari bekerja sepenuh kesungguhan.