SELAMAT DATANG DI BLOG KOLEKSI TAUJIH

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 16 November 2013

Taujih Pernikahan : Komunikasi Suami-istri Itu Membahagiakan Hati

Oleh : Ustadz. Cahyadi Takariawan

Komunikasi merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan semua orang. Tidak bisa dibayangkan bagaimana seseorang tidak berbicara dan tidak berkomunikasi dengan orang lain satu minggu saja. Pasti orang itu akan stress atau depresi, karena merasa hidup sendirian di muka bumi ini. Berkomunikasi adalah kebutuhan, sekaligus sarana yang mampu membahagiakan pelakunya. Apalagi bagi pasangan suami isteri.
Dalam kehidupan keluarga, suami dan isteri harus menjadi satu kesatuan, karena telah diikat dengan akad nikah yang sakral. Mereka tidak sekedar tinggal bersama dalam sebuah rumah, atau tidur bersama di suatu kamar. Pasangan suami isteri harus selalu berkomunikasi dan berinteraksi secara positif satu dengan yang lain. Tidak bisa dibayangkan bagaimana suami dan isteri yang saling mendiamkan tanpa komunikasi, padahal mereka hidup bersama dalam sebuah rumah tangga. Tentu akan sangat menyiksa.
Namun tidak jarang, problematika suami dan isteri justru bermula dari komunikasi ini. Seakan sudah saling mengerti, namun ternyata masih banyak yang gagal membangun komunikasi yang nyaman antara suami dan isteri. Pertengkaran, salah paham, ingin menang sendiri, kata-kata yang menyakitkan, saling menyalahkan, saling menuduh, ungkapan yang kasar, dan lain sebagainya, sering melanda kehidupan keluarga, yang akhirnya mengarah kepada konflik berkepanjangan dan membahayakan keutuhan serta kebahagiaan rumah tangga.
Sepuluh Kiat Komunikasi Suami Isteri
Agar komunikasi antara suami dan isteri bisa efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak, sebagai berikut:
1. Komunikasi berlandaskan cinta
Suami dan isteri hendaknya selalu mengembangkan perasaan cinta dan kasih sayang di antara mereka. Dengan landasan cinta inilah akan muncul suasana komunikasi yang menyenangkan dan melegakan kedua belah pihak. Suami dan isteri menjauhkan diri dari perasaan saling curiga, saling tidak percaya, saling menuduh, saling menyalahkan, karena mereka berdua saling mencintai dan mengasihi serta saling menyayangi.
Sangat berbeda antara komunikasi yang berlandaskan cinta dengan benci. Jika landasannya benci, sangat mudah bagi suami dan isteri untuk saling mencaci maki dan saling           menyakiti. Muncullah kata-kata yang keras dan pedas, tidak ada kelemahlembutan dalam pergaulan sehari-hari, sehingga semakin lama mereka berdua semakin menjauh satu dengan lainnya.
2. Mengetahui ragam komunikasi
Hendaknya suami dan isteri mengetahui, bahwa komunikasi itu bukan hanya berbicara atau mengomong. Komunikasi itu adalah menyampaikan pesan secara tepat, maka media yang digunakan bisa beraneka macam. Sejak dari berbicara, menulis, ekspresi wajah, bahasa tubuh, hingga menyampaikan pesan lewat berbagai teknologi.
Ketika hanya mengetahui satu cara komunikasi, menyebabkan mereka akan cepat menemukan kesulitan saat satu-satunya cara tersebut mengalami kendala. Misalnya, suami isteri yang selama ini hanya mengandalkan komunikasi verbal dengan obrolan. Ketika mereka tengah menghadapi masalah, menjadi tidak bisa mengobrol, dan tidak mengerti cara lain untuk menyampaikan pesan kepada pasangan. Maka sangat penting untuk mengetahui berbagai ragam komunikasi, baik verbal maupun non verbal, baik langsung maupun tak langsung.
3. Bersikap empati
Yang dimaksud dengan empati adalah memposisikan diri pada situasi perasaan dan pikiran yang sedang dialami pasangan. Jangan memaksakan kehendak kepada pasangan, atau memaksa pasangan berpikir dan merasakan seperti situasi pikiran serta perasaan dirinya. Hendaknya memahami situasi yang tengah dihadapi oleh pasangan, sehingga lebih tepat dalam membangun komunikasi.
Misalnya ketika isteri tengah sedih dan menangis, hendaknya suami bisa empati perasaan tersebut dan mencoba memahami kesedihannya. Atau ketika suami sedang emosi, hendaknya isteri mencoba memahami situasi yang tengah dihadapi suami, sehingga tidak dihadapi dengan emosi pula. Komunikasi lebih nyaman jika saling bisa mengerti suasana jiwa dan pikiran pasangan.
4. Fleksibel dan egaliter
Hendaknya suami dan isteri bisa fleksibel dalam gaya komunikasi, dan menjauhi sikap-sikap kaku. Suatu ketika komunikasi memerlukan suasana dan gaya yang serius, namun ada kalanya lebih efektif menggunakan suasana dan gaya yang santai, tergantung materi pembicaraan dan tujuan dari komunikasi yang dilakukan. Suami dan isteri yang bisa luwes dalam berkomunikasi, akan menjadi pribadi yang memikat, karena akan cenderung menyenangkan pasangan.
Ketika membangun sikap yang kaku, feodal, serta berjarak antara suami dan isteri, akan muncul pula kekakuan dan jarak dalam hubungan secara umum. Misalnya suami yang tidak bisa bercanda, hendaknya bisa menikmati gaya isteri yang senang bercanda. Atau seorang isteri yang tidak suka suasana serius, hendaknya bisa berkomunikasi dengan suami walau suasananya serius. Dengan keluwesan komunikasi, akan menciptakan tautan hati antara suami dan isteri.
5. Memahami bahasa nonverbal
Komunikasi tidak selalu dilakukan dengan cara-cara formal dan verbal. Kadang ekspresi wajah dan bahasa tubuh pasangan anda sudah mengisyaratkan sesuatu pesan tertentu. Tanpa berbicara, tanpa mengobrol, tanpa menulis pesan, namun ada banyak pesan tersampaikan lewat ekspresi wajah dan bahasa tubuh lainnya.
Belaian, tangisan, elusan, pelukan, senyum mesra, kerlingan mata, anggukan kepala, jabat tangan, ciuman di kening, wajah yang merona, dan lain sebagainya, sesungguhnya sudah menyampaikan banyak pesan. Kemampuan memahami dan mengerti pesan yang tersampaikan lewat komunikasi nonverbal ini, akan sangat banyak membantu mengatasi kebuntuan hubungan antara suami dengan isteri.
6. Menjadi pendengar yang baik
Jangan menguasai komunikasi dengan terlalu banyak bicara dan tidak mau mendengar. Suasana komunikasi menjadi tidak nyaman jika bercorak searah, dari suami ke isteri, atau dari isteri ke suami. Satu pihak mendominasi pembicaraan dan yang lain hanya mendengarkan. Hendaknya suami dan isteri mampu menjadi pendengar yang baik bagi pasangannya.
Kadang dijumpai gaya komunikasi yang sangat dominan pada satu pihak, sehingga membuat pihak lainnya menjadi tidak berdaya dan tidak bisa mengungkapkan keinginan serta pendapatnya. Padahal salah satu maksud komunikasi adalah agar keinginan, pendapat, curahan perasaan, bisa tersampaikan kepada pasangan. Jika komunikasi berjalan searah, bisa dipastikan ada pihak yang tertekan secara perasaan dan kejiwaan, karena tidak bisa mengekspresikan keinginan dan pendapat.
7. Tidak menyakiti hati
Komunikasi akan membuat bahagia, apabila dilakukan dengan penuh kelegaan. Tidak ada kalimat dan gaya bahasa yang menyakiti hati pasangan, atau menyinggung perasaannya. Walaupun rutin berkomunikasi, namun ketika dilakukan dengan arogan, banyak umpatan, banyak kritikan, dengan cara dan gaya yang menyinggung perasaan, maka justru akan semakin menambah parah persoalan keluarga.
Suami dan isteri hendaknya saling menjaga agar kedua belah pihak saling menghormati, saling menghargai, saling mengerti, saling memahami, walaupun dalam komunikasi kadang dijumpai perbedaan keinginan serta perbedaan pendapat. Kendati muncul beda pendapat, beda keinginan, beda persepsi, namun tidak boleh saling menyakiti hati dan perasaan. Suami dan isteri harus tetap saling menghormati dan menjaga kebaikan hubungan mereka.
8. Lembut dan bijak
Salah satu kunci tersampaikannya pesan dalam komunikasi adalah cara penyampaian pesan itu sendiri. Komunikasi suami dan isteri bukanlah antara atasan dengan bawahan, bukan pula antara komandan dengan prajurit, bukan antara majikan dengan buruh. Komunikasi antara suami dengan isteri hendaklah dilakukan dalam suasana yang menyejukkan dan melegakan, bukan dengan bentakan dan hardikan.
Sampaikan pesan dengan lembut dan bijak. Jangan berlaku kasar dalam komunikasi karena suami dan isteri adalah sepasang kekasih yang saling mencintai dan saling mengasihi. Tidak layak mereka saling berlaku keras dan kasar dalam komunikasi. Sampaikan keinginan dengan bahasa yang sopan dan enak didengarkan. Sampaikan pendapat dengan cara yang lembut dan bijak, tidak terkesan arogan, menggurui dan memaksakan kehendak.
9. Mengalah demi kebaikan bersama
Suami dan isteri sama-sama memiliki ego, dan masing-masing berkecenderungan untuk memenangkan egonya. Ketika suami dan isteri bersedia menundukkan ego, bersedia mengalah demi kebaikan bersama, maka komunikasi akan sangat lancar dan tidak berbelit-belit. Ego yang mengajak manusia untuk selalu merasa benar, selalu ingin menang, tidak mau mengalah dan dikalahkan. Ego yang mengajak manusia untuk berat meminta maaf dan mengakui kesalahan.
Jika suami dan isteri bersedia menundukkan ego masing-masing, segala persoalan di antara mereka akan sangat mudah diselesaikan. Mengalah itu tidaklah berarti kalah. Mengalah itu adalah bagian dari seni berkomunikasi. Apalagi ketika hal itu dilakukan antara suami dengan isteri, maka sudah sepantasnya mereka berlomba mengalah demi kebaikan pasangan.
10. Tepat memilih waktu, tempat dan suasana
Sesungguhnya komunikasi harus dilakukan kapanpun dan dimanapun. Namun komunikasi akan lebih nyaman apabila dilakukan pada waktu yang tepat, tempat yang kondusif dan suasana yang mendukung. Pilih waktu, suasana dan tempat yang tepat untuk mendukung kelancaran berkomunikasi, terutama apabila materi komunikasi menyangkut hal yang sangat serius atau hal-hal yang besar.
Ketepatan dalam memilih waktu, tempat dan suasana ini menjadi faktor penting yang menentukan keberhasilan tersampaikannya pesan-pesan dalam komunikasi, dan terselesaikannya berbagai persoalan yang dibicarakan dalam komunikasi. Suami dan isteri harus pandai menentukan, untuk berbincang tentang sesuatu tema, dilakukan kapan, dimana dan dalam suasana seperti apa. Jika memilih waktu, tempat dan suasana yang tidak tepat, akan menjadi kendala yang menghalangi kehangatan komunikasi.
Demikianlah sepuluh kiat yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi antara suami dengan isteri. Selamat membangun komunikasi yang sehat bersama pasangan. Dan rasakan, betapa bahagia hati kita apabila mampu membangun komunikasi yang nyaman dengan pasangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar