SELAMAT DATANG DI BLOG KOLEKSI TAUJIH

Semoga Bermanfaat

Kamis, 11 April 2013

Tujuan yang Jelas dan Kerja Keras… Jalan Menuju Kebangkitan

TAUJIH : Tujuan yang Jelas dan Kerja Keras… Jalan Menuju Kebangkitan

Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad saw dan orang-orang yang mendukung risalahnya, selanjutnya…
Setiap insan yang cerdas akan senantiasa memiliki tujuan jelas yang ingin berusaha dicapai dan dirainya, memiliki misi besar yang ingin berusaha direalisasikannya dalam rangka meraih kebahagiaan yang diidamkannya; baik kebahagiaan di dunia atau kebahagiaan di akhirat, atau kebahagiaan pada keduanya
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. (Al-Baqarah:148)
Dan sesuatu yang sesuai bagi kemaslahatan individu tentunya akan sesuai pula bagi kemaslahatan jamaah, bahkan bagi kemaslahatan umat secara keseluruhan. Karena itulah, suatu jamaah tidak mungkin akan kokoh atau cerdas kecuali harus memiliki misi yang mulia yang ingin berusaha diraihnya dan tujuan besar yang ingin berusaha direalisasikan dan diwujudkan secara mudah, singkat dan terarah.
Rasulullah saw telah memberikan contoh yang menakjubkan bagaimana cara menentukan tujuan dan bekerja keras untuk meraih dan merealisasikannya, meskipun harus menanggung beban berat dan rasa letih, meskipun harus menghadapi banyak musuh dan sekutunya, meskipun ada usaha tipu daya dari para pembuat makar
وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ
“Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu)”. (Al-Qalam:9)
Maka beliapun bersabda:
يا عمَّاه.. والله لو وضعوا الشمس في يميني والقمر في يساري على أن أترك هذا الأمر ما تركته حتى يظهره الله أو أهلك دونه
“Wahai Pamanku… Demi Allah sekiranya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara ini, maka aku tidak akan meninggalkannya sempai Allah memenangkannya atau menghancurkannya”.
Umat Islam telah melewati -pada generasi awal- masa diatas manhaj yang lurus ini.. menyeru kepada Allah kepada petunjuk Allah yang hak, membimbing manusia dan memberikan keteladanan kepada akhlak dan perilaku mulia, menyebarkan nilai-nilai kebaikan, bersabar saat menghadapi berbagai cobaan dan siksaan, menghadang berbagai rintangan dan konsisten pada kebenaran, kemudian melakukan hijrah yang penuh berkah ke bumi yang indah dan sejahtera, adanya para pembela (kaum Anshar) yang tulus, kemudian mendirikan daulah yang berada dalam naungan petunjuk kebenaran dan keadilan, lalu mempertahankan agama yang mulia ini serta menyebarkan risalah ke seantero alam…
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran:110)
Di era modern kita saat ini.. pada saat dakwah ikhwan mulai berusaha memberikan bimbingan kepada umat dan membangunkannya kembali, mengembalikannya ke posisi semula dan risalahnya, setelah mengalami kemunduran dan keterpurukan dalam jangka waktu yang begitu panjang…
حدد الإمام البنا في (رسالة المؤتمر السادس) غايتين لجماعته المباركة فقال: ”يعمل الإخوان المسلمون لغايتين: غاية قريبة يبدو هدفها وتظهر ثمرتها من أول يوم ينضم فيه الفرد إلى الجماعة، تبدأ بتطهير النفس وتقويم السلوك وإعداد الروح والعقل والجسم لجهاد طويل (وَنَفْس وَمَا سَوَّاهَا ﴿ ٧﴾ فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ﴿8﴾ قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا ﴿9 ﴾ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا ﴿ 10﴾ (الشمس)، وغاية بعيدة: لا بد فيها من توظيف الأحداث وانتظار الزمن وحسن الإعداد وسبق التكوين، تشمل الإصلاح الشامل الكامل لكل شئون الحياة، وتتعاون عليه قوى الأمة جميعها، وتتناول كل الأوضاع القائمة بالتغيير والتبديل لتحيا من جديد الدولةُ المسلمة وشريعة القرآن.. (ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿ 18 ﴾إِنَّهُمْ لَن يُغْنُوا عَنكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْض وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ ﴿ 19﴾ (الجاثية).
Imam Al-Banna dalam risalah al-muktamar ke enam menargetkan dua tujuan bagi jamaah yang penuh berkah ini, beliau berkata: ”Ikhwanul Muslimin berusaha mencapai dua target penting:
1. Target jangka pendek; yang tampak tujuannya dan jelas hasilya sejak awal bergabungnya setiap individu di dalamnya kepada jamaah, dimulai dengan target mensucikan dan membersihkan diri, meluruskan perilaku, menyiapkan ruh, jasad dan akal untuk berjihad yang panjang
وَنَفْس وَمَا سَوَّاهَا . فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا  . قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
“Demi Jiwa yang diciptakan dengan sempurna, lalu diberikan ilham yang jahat dan taqwa, sungguh beruntung bagi siapa yang berusaha mensucikannya. dan sungguh merugi orang yang mengotorinya”. (As-Syams:7-10),
2. Dan tujuan jangka panjang; yaitu berusaha memfungsikan dan memanfaatkan berbagai kondisi dan menunggu suatu masa yang tepat, yang tentunya terlebih melakukan persiapan dan pembentukan, mencakup perbaikan yang konfrehensif dan integral ke dalam seluruh lini kehidupan, bekerja sama dengan seluruh potensi yang dimiliki oleh umat, dan mencakup seluruh kondisi yang terjadi berupa perubahan dan pergantian untuk menghidupkan negara muslim dan syariat Al-Qur’an.
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ . إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ .
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa”. (Al-Jatsiyah:18-19)
Imam Al-Banna telah menetapkan misi besar dan agung tersebut dengan beberapa tujuan periodik dan sarana yang terperinci… diawali dengan tujuan melakukan perbaikan bagi setiap individu, kemudian membangun keluarga, lalu masyarakat, kemudian pemerintah lalu khilafah yang penuh berkah lalu menjadi pemimpin dunia.. pemimpin yang membawa hidayah, pemberi arahan, kebenaran dan keadilan.
ولقد حدد الإمام البنا لتلك الغاية العظمى أهدافًا مرحلية ووسائل تفصيلية.. تبدأ بإصلاح الفرد ثم بناء الأسرة ثم إقامة المجتمع ثم الحكومة فالخلافة الراشدة فأستاذية العالم.. أستاذية الهداية والرشاد والحق والعدل. وبين أن هذه الغايات والأهداف تحتاج بعد تحديدها ووضوحها إلى جِديَّة في التنفيذ، وإصرار على الإنجاز، وتدرج فى الخطوات، واستمرار فى العمل، وضم الصفوف بالإقناع لا بالإجبار، وبالحب لا بالجبروت (فَذَكِرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِرٌ ﴿ ١8 ﴾لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِر ﴿ 19﴾ (الغاشية)، (وَمَا أَنتَ عَلَيْهِم بِجَبَّار فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَن يَخَافُ وَعِيدِ ﴿ 45﴾ (ق)، ثم الثبات على الطريق مهما اعترضته من عقبات وشدائد أو مكائد ومؤامرات،
Dan beliau juga menjelaskan bawa tujuan dan misi ini, meskipun telah ditetapkan targetnya dan penjelasannya, tetap membutuhkan adanya kesungguhan dalam mengeksekusinya, membutuhkan kerja keras untuk mencapainya, langkah-langkah bertahap, kerja yang berkesinambungan dan kontinyu, kesatuan barisan dengan penuh kepuasan bukan pemaksaan, dengan cinta bukan kekerasan.
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ. لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ
“Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”. (Al-Ghasyiah:21-22)
وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍ فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ
“Dan kamu sekali- kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku”. (Qaaf:45)
Kemudian tsabat di jalan dakwah sekalipun harus menghadapai berbagai rintangan dan cobaan, siksaan, tipu daya dan konspirasi. dalam risalah yang sama beliau juga berkata:
إن تكوين الأمم وتربية الشعوب وتحقيق الآمال ومناصرة المبادئ تحتاج من الأمة التي تحاول هذا، أو من الفئة التي تدعو إليه على الأقل إلى قوة نفسية عظيمة تتمثل فى عدة أمور: إرادة قوية لا يتطرق إليها ضعف، ووفاءٍ ثابت لا يعدو عليه تلون ولا غدر، وتضحية عزيزة لا يحول دونها طمعٌ ولا بخل، ومعرفةٍ بالمبدأ وإيمان به وتقدير له، يعصم من الخطأ فيه والانحراف عنه والمساومة عليه والخديعة بغيره
“Bahwa pembentukan umat dan pembinaan bangsa, mewujudkan impian dan cita-cita serta mempertahankan prinsip-prinsip sangat membutuhkan dari umat yang memiliki kecendrungan perkara ini atau kelompok yang menyeru kepadanya minimal kekuatan jiwa yang kokoh berupa hal-hal berikut:
- Keinginan yang kuat yang tidak pernah terbetik sedikitpun perasaan lemah,
- Pemenuhan janji yang kokoh yang tidak pernah sedikitpun ternodai oleh kontaminasi muslihat dan tipu daya, dan pengorbanan yang besar yang sedikitpun tidak pernah berubah karena ketamakan dan kekikiran. Mengenal dan memahami prinsip dan keimanan kepadanya dan penghargaan untuknya, sehingga hatinya terlindungi dari kekeliruan, penyimpangan, konspirasi dan tipu muslihat dengan yang lainnya”.
Dan dalam berbagai revolusi  kita yang penuh berkah – dimusim semi arab ini- keinginan yang kuat umat revolusioner terhadap target dan tujuan yang telah ditetapkan dan jelas adanya nyata, menyatu dan tidak pernah surut sedikipun, sehingga inilah yang menjadi sebab utama dalam mewujudkan jatuh dan turunnya rezim diktator dan pemerintah  yang zhalim, mengubahnya menjadi kondisi bersih dari berbagai sistem yang rusak yang telah mengakar di negeri kita ini, sehingga membuat berbagai kerusakan dan kemunduran, perampasan berbagai sumber daya alam, terhalang kemajuannya dan tentunya kita saat ini sudah mendekati era dalam rangka mewujudkan target besar yaitu menegakkan sistem dan pemerintahan yang adil dan penuh dengan petunjuk kepada seluruh lembaga-lembaganya.
Meskipun para penentang dan pembangkang mencoba – sengaja atau tidak sengaja – meletakkan berbagai macam rintangan dan hambatan atau membuat umat sibuk dengan pertempuran internal; dengan berbagai klaim glamor tapi palsu, merobek (memecah belah) barisan  umat dan tenggelam dalam berbagai perdebatan yang tak berguna, yang mana Nabi saw telah memperingatkan perkara tersebut:
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ
“Tidaklah suatu kaum tersesat setelah diberikan hidayah dan petunjuk kepadanya kecuali karena perdebatan yang tidak berguna” ,
Bahkan permasalahannya telah sampai pada tahapan pertempuran dan konfrontasi yang beragam, bahkan hingga pada kepada terjadinya pertumpahan darah dari orang  yang tidak bersalah dan bersih dari dosa, semua ini mengganggu sebuah perjalanan dakwah dan mengaborsi revolusi dan membuat kita sibuk dari tujuan utama dan target yang ditetapkan, namun berkat karunia Allah SWT -dan keberkahan dari syura- kita mampu melewatinya dan tetap bekerja keras di atasnya untuk mencapai tujuan umat.
Bahwa diantara tujuan sebuah revolusi, yang bercita-cita untuk membentuk kekuatan umat dengan sejuta ragam permasalahan di  Dewan Perwakilan Rakyat mewakili umat dengan perwakilan yang hakiki dan jujur, dimulai dari tahap pembentukan lembaga negara dan pemerintahan yang baik .. Negara kebebasan dan kesetaraan, membuat aturan tentang hak dan keadilan, dengan partisipasi dari semua kekuatan politik dan strata sosial.
Semua yang direkomendasikan untuk diri kita dan saudara-saudara kita dan mitra kami di negeri ini .. Janganlah kita sibuk dengan pertempuran atau polemik internal, atau ditarik ke dalam labirin jalan yang dibuat-buat dan direncanakan oleh musuh-musuh sehingga lupa melakukan perhatian terhadap agenda Besar dan tujuan mulia
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (Al-An’am:153)
Dan kitapun harus berhati-hati terhadap berbagai usaha yang ingin memecah belah umat  ke arah yang berbeda dan saling berbenturan, bahkan kepada usaha untuk memecah belah barisan yang satu; kepada para pemuda, orang-orang tua, laki-laki dan wanita, umat Islam dan Kristen, mazhab dan sekte-sekte; kita membutuhkan kepada semua energi dan potensi umat dan pengalaman-pengalamannya, kita membutuhkan semangat para pemuda dan kekuatan yang dimilikinya, kita membutuhkan kebijaksanaan para orang tua dan pengalaman mereka dalam jihad yang telah mereka lakukan, yang menyatukan mereka semua dalam suasana cinta sejati, ketulusan, kepercayaan dan tujuan bersama.
ولنستمع إلى إمامنا الشهيد في خطابه للمخلصين العاملين من الشباب والشيوخ: “ألجموا نزوات العواطف بنظرات العقول، وأنيروا أشعة العقول بلهب العواطف، وألزموا الخيال صدق الحقيقة والواقع، واكتشفوا الحقائق في أضواء الخيال الزاهية البرَّاقة، ولا تميلو كل الميل فتذروها كالمُعَلَّقة، ولا تصادموا نواميس الكون فإنها غلاّبة، ولكن غالبوها واستخدموها وحولوا تيارها، واستعينوا ببعضها على بعض”.
Marilah kita simak ucapan Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam sambutannya dihadapan para aktivis yang ikhlas dari kalangan orang tua dan muda: ”Marilah kita membungkam keinginan emosi dengan tatapan akal yang jernih, marilah kita sinari pikiran dengan tetupan emosi  yang berapi-api, berkomitmenlah dengan impian dalam bentuk yang nyata dan realitas, marilah kita temukan fakta-fakta yang ada dalam imajinasi yang cerah dan cemerlang, janganlah kamu terlalu cenderung (kepada apa yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung, dan jangan melakukan bentrokan dengan hukum alam karena pasti dia yang akan memenangkannya namun berusahalah untuk mengendalikannya, memanfaatkannya dan menyetir haluan dan arusnya, dan berusahalah untuk saling memberikan bantuan satu sama lain. ”
Karena itu selamat bekerja dan berjuang dengan gigih dalam rangka menyatukan barisan dan mewujukan tujuan yang jelas, sambil memohon pertolongan kepada Allah SWT dan bertawakkal kepada-Nya
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (At-Thalaq:3)
Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Allah Maha Besar dan Segala puji hanya milik Allah semata.
Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’

Selasa, 09 April 2013

TAUJIH : BENARKAH KITA KADER DAKWAH ?

Benarkah kita kader DAKWAH?



Ust. Cahyadi Takariawan

Kader dakwah itu memiliki kepahaman yang utuh. Paham akan falsafah dasar perjuangan, paham akan nilai-nilai yang diperjuangkan, paham akan cita-cita yang hendak dicapai, paham akan jalan yang harus dilalui. Kader dakwah memiliki pemahaman yang komprehensif. Paham akan tahapan-tahapan untuk merealisasikan tujuan, paham akan konsekuensi setiap tahapan, paham akan logika tantangan yang menyertai setiap tahapan, paham bahwa di setiap tahapan dakwah memiliki tingkat resiko yang berlainan. Kepahaman kader dakwah terus berkembang.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki keikhlasan yang tinggi. Ikhlas artinya bekerja hanya untuk Allah semata, bukan untuk kesenangan diri sendiri. Sangat banyak godaan di sepanjang perjalanan dakwah, baik berupa harta, kekuasaan dan godaan syahwat terhadap pasangan jenis. Hanya keikhlasan yang akan membuat para kader bisa bersikap dengan tepat menghadapi segala bentuk godaan dan dinamika dakwah. Sangat banyak peristiwa di sepanjang perjalanan dakwah yang menggoda para kader untuk meninggalkan jalan perjuangan. Ikhlas adalah penjaga keberlanjutan dakwah.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki amal yang berkesinambungan. Amal dalam dakwah bukanlah jenis amal yang setengah-setengah, bukan jenis amal sporadis, spontan dan tanpa perencanaan. Sejak dari perbaikan diri dan keluarga, hingga upaya perbaikan masyarakat, bangsa, negara bahkan dunia. Amal dalam dakwah memiliki tahapan yang jelas, memiliki tujuan yang pasti, memiliki orientasi yang hakiki. Kader dakwah tidak hanya beramal di satu marhalah dan meninggalkan marhalah lainnya. Kader dakwah selalu mengikuti perkembangan mihwar dalam dakwah, karena itulah amal yang harus dilalui untuk meretas peradaban.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki etos jihad yang abadi. Jihad dalam bentuk kesungguhan, keseriusan, dan kedisiplinan dalam menggapai visi dakwah yang hakiki. Kesungguhan membela hak-hak umat, kesungguhan mendidik masyarakat, keseriusan mengusahakan kesejahteraan masyarakat, kedisiplinan membersamai dan menyelesaikan persoalan kehidupan yang semakin kompleks. Kader dakwah harus memberikan kesungguhan dalam menjalankan semua agenda dakwah, hingga menghasilkan produktivitas yang paripurna, di lahan apapun mereka bekerja. Itulah makna jihad dalam konteks perjalanan aktivitas dakwah.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki pengorbanan yang tak terhingga nilainya. Dakwah tidak mungkin akan bisa dijalankan tanpa pengorbanan. Sejak dari pengorbanan harta, waktu, tenaga, pikiran, fasilitas, hingga pengorbanan jiwa. Rasa lelah, rasa jenuh, rasa letih selalu mendera jiwa raga, kesenangan diri telah dikorbankan demi tetap berjalannya roda dakwah. Aktivitas dijalani sejak berpagi-pagi hingga malam hari. Kadang harus bermalam hingga beberapa lamanya, kadang harus berjalan pada jarak yang tak terukur jauhnya, kadang harus memberikan kontribusi harta pada kondisi diri yang belum mapan dari segi ekonomi. Pengorbanan tanpa jeda, itulah ciri kader dakwah yang setia.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki ketaatan kepada prinsip, keputusan organisasi, dan kepada pemimpin. Prinsip-prinsip dalam dakwah harus dilaksanakan dengan sepenuh ketaatan. Taat kepada pondasi manhaj adalah bagian penting yang akan menghantarkan dakwah pada tujuannya yang mulia. Taat kepada keputusan organisasi merupakan syarat agar kegiatan dakwah selalu terbingkai dalam sistem amal jama’i. Taat kepada pemimpin merupakan tuntutan agar pergerakan dakwah berjalan secara efektif pada upaya pencapaian tujuan. Ketaatan bukan hanya terjadi dalam hal-hal yang sesuai dengan pendapat pribadi, namun tetap taat terhadap keputusan walaupun bertentangan dengan pendapatnya sendiri.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki keteguhan tiada henti. Kader dakwah harus selalu tegar di jalan dakwah, karena perjalanan amatlah panjang dengan berbagai gangguan dan tantangan yang menyertainya. Teramat banyak aktivis dakwah semasa, dimana mereka memiliki semangat yang menyala pada suatu ketika, namun padam seiring berjalannya usia. Ada yang tahan tatkala mendapat ujian kekurangan harta, namun menjadi gugur saat berada dalam keberlimpahan harta dunia. Ada yang tegar saat dakwah dilakukan di jalanan, namun tidak tahan saat berada di pucuk kekuasaan. Kader dakwah harus berada di puncak kemampuan untuk selalu bertahan.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki kemurnian dan kebersihan dalam orientasi aktivitasnya. Sangat banyak faktor yang mengotori kebersihan orientasi dakwah. Ada kekotoran cara mencapai tujuan. Ada kekotoran dalam usaha mendapatkan harta. Ada kekotoran dalam langkah menggapai kemenangan. Kader dakwah harus selalu menjaga kemurnian orientasinya, tidak berpaling dari kebenaran, tidak terjebak dalam kekotoran. Karena dakwah memiliki visi yang bersih, sehingga harus dicapai dengan langkah dan usaha yang bersih pula.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki solidaritas, persaudaraan dan kebersamaan yang tinggi. Ukhuwah adalah sebuah tuntutan dalam menjalankan agenda-agenda dakwah. Semakin besar tantangan yang dihadapi dalam perjalanan dakwah, harus semakin kuat pula ikatan ukhuwah di antara pelakunya. Kader dakwah saling mencintai satu dengan lainnya, saling mendukung, saling menguatkan, saling meringankan beban, saling membantu keperluan, saling berbagi dan saling mencukupi. Kader dakwah tidak mengobarkan dendam, iri dan benci. Kader dakwah selalu membawa cinta, dan menyuburkan dakwah dengan sentuhan cinta.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki tingkat kepercayaan yang tak tertandingi. Berjalan pada rentang waktu yang sangat panjang, dengan tantangan yang semakin kuat menghadang, menghajatkan tingkat kepercayaan prima antara satu dengan yang lainnya. Berbagai isu, berbagai fitnah, berbagai tuduhan tak akan menggoyahkan kepercayaan kader dakwah kepada para pemimpin dan kepada sesama kader dakwah. Berbagai caci maki, berbagai lontaran benci, berbagai pelampiasan kesumat, tak akan mengkerdilkan kepercayaan kader terhadap langkah dakwah yang telah dijalaninya.
Jadi, benarkah kita kader dakwah?

TAUJIH : Meraih Kemenangan Di Mata Allah SWT

MERAIH KEMENANGAN DIMATA ALLAH SWT


Ust.Hilmi Aminuddin

sumber : PKS PIYUNGAN
Dakwah ini adalah proyeknya Allah, dan kita hanyalah pelaksananya saja. Kalau langkah-langkah kita sesuai dengan irsyadat (bimbingan) dan taujihat (arahan-arahan) rabbaniyyah wa-nnabawiyah (Rabb dan Nabi), kita akan dimenangkan oleh Allah SWT, insya Allah…
Karena dengan selalu disiplin terhadap manhaj rabbani, dengan taujihat rabbaniyyah, irsyadat rabbaniyah yang diberikan Al-Qur’an dan sunnah, maka kita sebelum dinilai menjadi pemenang di hadapan manusia, insya Allah telah dinilai menjadi pemenang di hadapan Allah.
Ikhwan wa akhwat fillah…meraih kemenangan di mata Allah harus menjadi target utama dan pertama sebelum meraih kemenangan menurut penilaian manusia. Na’udzubillah, kalau meraih kemenangan menurut penilaian manusia, sementara kalah menurut penilaian Allah, maka faqad khasira khusraanan mubiina. Rugi serugi-ruginya.
Saya pernah menjelaskan rumusan kemenangan rabbani yang sangat sederhana, seperti disampaikan oleh Imam Ahmad bin Hambal yang mengatakan bahwa definisi kemenangan itu adalah ‘Maa laazumul haqqu qulubana’ artinya: ‘selama kebenaran masih tetap kokoh di dalam hati kita.” Luzumul haq fi qulubina, itulah kemenangan. Itulah intishar. Itulah keberhasilan. Dalam percaturan, pertempuran, apakah ma’rakah siyasiyah, ma’rakah fikriyah, atau ma’rakah intikhabiyah, bentuknya apakah Pilkada di Kabupaten, Kota, Provinsi, Pemilu Nasional, Legislatif atau Presiden, pertama-tama yang harus diraih adalah kemenangan menurut penilaian Allah.
Insya Allah, jika kita dinilai Allah sebagai pemenang, Allah akan memberikan kemenangan yang dinilai oleh manusia. Itu rumusan dasar yang harus kita pegang. Jangan sampai target kemenangan-kemenangan pilkada atau pemilu nasional, membuat kita kalah menurut perhitungan Allah SWT. Kalah karena godaan-godaan jabatan jadi gubernur, bupati, walikota, bahkan presiden. Menang menurut manusia, kalau kemudian dalam posisi itu adalah hasil kecurangan, kezaliman dan ketamakan, maka maghlub ‘indallah, itu kalah menurut Allah.
Sebab ada inkhila-ul haq minal qalb, tercabutnya kebenaran dari hati. Tercerabutnya amanah dari hati. Inkhila-ul shidq, tercerabutnya kejujuran dari hati. Itu adalah kekalahan di sisi Allah. Tentu semua itu tidak kita inginkan. Karena itu kader-kader yang sudah memasuki lembaga-lembaga Negara, yang jadi gubernur atau wagub, atau walikota, atau wakil, agar mempertahankan kemenangan di sisi Allah dalam posisi itu. Agar tetap mustahiq (berhak) mendapatkan kemenangan berikutnya di arena perjuangan dan pergaulan antar manusia. [ ]